Selasa, 17 April 2012

saya

Ditangan seorang balita, ada perseteruan lucu antara siput dan kura-kura. Siapa yang menang saat ada lomba lari?

Kura-kura punya rumahnya sendiri, siput pun tak kalah cemerlang tempatnya melindungi diri.

Dari kesekian obyek mainan si balita, mereka sama-sama pemenang untuk kategori yang terpelan.

Tapi jika mereka berdua saja?
.

Pernah tercipta kisah, kura-kura dan siput bergandengan, apa ada yang meminjamkan tangan untuk mereka? Entah. Kabar cerita mereka dulunya mesra.

Lalu ada tsunami. Siput menggelinjang, asin laut yang lancang memeluk daratan membuatnya menangis. Pedih sekali.

Sementara kura-kura gembira, senyumnya melebar hingga telinga. Laut ini teman barunya, ada janji banyaknya kura-kura yang secantik ia.

Siput patah hati. Dengan sisa-sisa cangkang yang rapuh oleh asin, dibawanya kulit berlendir mengisut menjauh. Siput sengaja lupa bahwa dia kenal kura-kura.


Kura-kura menggelinding jauh diatas pasir. Hei, ini memang rumahnya yang lain. Hari-hari yang ada siput-nya dipinjam ombak pergi, sepertinya belum akan dipulangkan. Pun juga kura-kura lupa.

Lantas dua belah tangan kecil milik balita ini menabrakkan kenangan kura-kura dan siput. Mereka hanya menjadi dirinya.

Balita tak tau, siput yang cangkang barunya semegah istana ini hancur lebur dalam lendir yang ia banggakan.

Balita tak tau, kura-kura gagah berkulit keras yang cangkangnya sekuat baja bermotif ini.. Eng.. Entah, apa yang ia lakukan? Dia mengelus parut di kepala. Rupanya tsunami meninggalkan luka.

Dan saat balita lelap. Siput serta kura-kura kembali menjadi pemenang, dalam perlombaan 'paling tak peduli'

apa ceritanya tamat? Belum.

Siput masih suka mencuri, dedaunan ingatan yang ia makan, pahit oleh rasa tak nyaman.

Kura-kura yang mengantuk dalam sepoi pantai, mengeruk lebih dalam, parut-parut yang dulunya terlarang bahkan untuk ia sebut dalam bisikan.


Semua telah beda. Kecuali..

Sama-sama. Kura-kura dan siput sekuat tenaga mengalihkan tanya tabu yang hendak muncul.

Jika kutolehkan apa yang disebut kepala, apa masih kan kutemukan ia di sana?

Dan siput kembali makan. Dan kura-kura kembali menyelam.

Jejak lendir sebagai tanda. Jejak pepasir menggurat luka. Semua terbaca ketika semburat matahari tenggelam menjingga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar