Selasa, 17 April 2012

[PUISI] Buat Penyair Hujan

ada yang mencela hujan di depan saya, bapak.
dia bilang hujan itu tak pernah tumbuh dengan kesetiaan.
hujan cuma playboy, ujarnya.

saya terluka, bapak. sungguh.

gatal lidah saya hendak menampar ucapannya dengan pedas.
tapi saya ditikam, bapak.

"bodoh, jika kau percaya hujan adalah kesetiaan. yang sebentar ini bukan bukti setia. tak cuma sekali aku di bohongi. hujan punya batas kadaluarsa, cantik. saat ia berhenti merinai.
dan kau tau, saat kau membutuhkannya untuk sembunyikan sungai kecil di kedua matamu, mungkin saat itu ia tengah bercinta dengan tanah lain entah di belahan dunia mana." tuturnya dengan sorot menerawang.


dan saya luluh bersama angin, bapak.
terluka, terkhianati dan mencintai pada saat yang bersamaan.
saya benci, bapak. benci, sungguh.


bukan membenci sosoknya yang juga kecewa saat mencela hujan.
bukan membenci ketidaksetiaan hujan.
tapi membenci diri saya sendiri.


yang hanya berdiri disini, basah dan lalu kering bergantian. sementara hujan berlari kesana kemari melintasi waktu.


(percakapan tentang hujan dengan Hujan. 21 November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar