Minggu, 01 Desember 2013

[fanfic] The Unintended chapter 3

The Unintended chapter 3



Tags: OC, friendship, romance, arranged marriage, marriage life.

Description: 

Love isn’t always a compromise. Sometimes, it’s a complete surprise. And the best love story is when you fall in love with the most unexpected person at the most unexpected time - Unknown


Foreword:

Apa yang akan terjadi jika pernikahan yang akan kamu jalani tak seperti yang kamu bayangkan? Apa jadinya jika kamu harus menikah dengan seseorang yang tak kamu kenal dan bukan orang yang kamu cintai karena sebuah permintaan?  

haiiiiii, chiqux is back! muehehehe... ya ampun maaf lagi, beribu-ribu maaf, kalau semua maaf saya bisa dirajut mungkin udah berbentuk selimut yang bisa dipake buat nutupin satu kabupaten huhuhu. jadiiii, mo sedikit curcol nih ceritanya, laptop saya mati dan sisa chapteran The Unintended yang masi unpublished ada di dalemnya TT.TT ilaahhhh, saya kudu nulis ulang semuanya huhuhu. dan berhubung ingatan saya terbatas, ada beberapa poin yang mungkin saya lupa buat nulis atau gimana jadi ini saya berusaha mengorganisir kotak ingatan saya TT.TT syedihhhh.. sementara chapter ini terselamatkan soalnya dulu sempet saya titipin di laptop mawid alhamdulillahnya :'))
cukup dengan blabbering saya deh, jadi chapter ini saya buka sedikit isi kepala jaehyun (?) hahaha emang ngegemesin sih orangnya, sosok aslinya ga misterius gini sumpah pdhl saya emang niatan buat ngejiplak orangnya asli tapi tangan saya bergerak menggambarkan si jaehyun kaya punya mesin sendiri, ga bisa dikontrol sampe kadang-kadang saya hilang dalam pemikiran saya sendiri tentang cowok satu ini, sebenernya maunya dia apa sih? aslinya dia manis dan tipe orang yang menghargai hal-hal kecil, segelas kopi hangat yang bisa dia nikmati saat dia sedang sendirian aja bisa bikin dia bahagia sampe update kata-kata dalem di twitter, sweet bgt ya hihihihi
eh kok jadi ngegosipin ttg jaehyun sih.. udah deh silahkan nikmati updatean yang terselamatkan ini, semoga bisa menjadi obat kangen (hah emang ada yang kangen?wkwkwk) sama tulisan saya #pede geeelaaaa/ditimpuk tomat busuk/
cekidot deh! :D

PS: humm gada bonusan pic di updatean ini :( semua foto2 jaehyun joowon hana soohyun ad di laptop yang mati, sedihhhh :(((

***

“Kau menghindariku kan?”
Joowon berdiri tepat di depan Hana yang hendak membuang sampah melalui pintu belakang.
Hana tak menjawab, dia berusaha mengabaikan Joowon dengan memilih sisi jalan lain. Joowon tak menyerah begitu saja, dia tetap memblokade kemanapun Hana hendak lewat, begitu berulang kali.
Hana sebal, dia berhenti mengelak lalu mendongak, menatap Joowon tepat di mata dengan tajam. Joowon menyipitkan mata, tak yakin dengan apa yang akan dilakukan Hana selanjutnya.
Menggembungkan pipi dan meniup poninya sekali sebagai tanda dia merasa benar-benar terganggu,  tanpa diduga Hana langsung menginjak ujung sepatu Joowon keras-keras.
“AWWWW..!!!”
Sementara joowon mengaduh, Hana memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyelesaikan apa yang semula hendak dia lakukan dan kembali masuk ke dapur, meninggalkan Joowon yang masih mengaduh dan mengumpat serta berteriak ke arah punggung Hana.
Sudah berulang kali Joowon menghadang Hana di berbagai kesempatan, teutama saat mereka hanya berdua saja entah di dapur atau di ruang depan saat melayani pengunjung. Lama-lama Hana merasa jengkel, awalnya dia tak berencana untuk menghindar sebegitu ekstrimnya tapi karena tindakan Joowon tersebut rasa-rasanya dia akan benar-benar melancarkan aksi menghindari Joowon secara terang-terangan.
“Aish, jinjja.. apa kau tau apa yang diinginkan Joowon? Kenapa dia tak berhenti saja dan membiarkan aku sendirian?”
Hana mengeluh keras-keras, saat itu dia sedang berada di dapur bersama Soohyun. Salah satu dari beberapa kesempatan langka saat Joowon sedang tidak berada di kafe.
“Kenapa tak kau bilang saja itu di depan mukanya alih-alih bermain kucing-kucingan seperti ini?” Soohyun menanggapi sambil tangannya memindahkan beberapa biskuit yang baru matang dari oven ke wadah.
“Aku tak bermaksud seperti ini, aku hanya meminta waktu sebentar saja untuk menyembuhkan sakit hatiku atas ucapannya. Hanya karena aku mencintainya bukan berarti dia bisa berkata seperti itu padaku kan? Hmph.. menari di mimpi yang salah? Aku tak pernah bermimpi, aku hanya mencintainya dan melihat jika dia mencintaiku, itu saja..” Hana mencomot sebutir biskuit dari depan Soohyun lalu menggigitnya.
Soohyun terkekeh, “Kau delusional kalau berpikir begitu, dari mana kau bisa menyimpulkan kalau dia mencintaimu, ha?”
“Well, dia baik, dia selalu mengistimewakanku, dia perhatian..eng.. apa lagi ya?”Hana menepuk keningnya dengan potongan biskuit yang sedang dia pegang, berpikir.
“YAH, aku juga melakukan hal yang sama terhadapmu, tapi aku tak merasa kalau aku mencintaimu sebagai seorang pasangan”. Ujar Soohyun, protes.
Hana tertawa kecil, “Kau benar juga, oppa.” Dia memakan sisa potongan biskuit di tangannya sebelum melanjutkan, “Mungkin sudah saatnya aku menata ulang hatiku dan melupakan dia..”
“Melupakan siapa?” Tiba-tiba suara Joowon terdengar dekat sekali di belakang Hana.
“UHUKKK....!!” Hana tersedak remah biskuit yang belum sempat dia telan karena suara tersebut, Soohyun menepuk-nepuk punggung Hana dengan panik.
Joowon segera menyodorkan bubble tea yang sedang di tangannya ke arah Hana.
“Yah, berapa umurmu? Makan biskuit saja bisa sampai tersedak!” omel Joowon.
Hana meradang, “Kau pikir ini karena siapa hah??!” teriaknya jengkel.
Soohyun terkekeh, “Baiklah, karena kalian sudah saling bertemu, lebih baik kalian selesaikan masalah kalian sekarang juga.” Dia melepas apron dan sarung tangan plastik yang dia kenakan lalu duduk di kursi tinggi dekat meja dapur.
“Aku sih merasa tak ada masalah, dia yang menghindariku karena itu mungkin dia yang punya masalah.” Ujar Joowon santai sambil melipat tangan di depan dada, dia masih berdiri dan menatap Hana tajam di dekat oven. Yang ditatap sedang sibuk, pura-pura masih tersedak dan menghabiskan bubble tea yang tadi disodorkan Joowon.
Soohyun mengerling ke arah Joowon, sedikit memperingatkan untuk lebih bersikap dewasa. Joowon mendehem sekali lalu mendekat ke depan Hana tepat sambil menatapnya penuh intimidasi. Hana sampai harus mundur dua langkah karena Joowon terlalu dekat.
“Jadi nona, kenapa kau menghindariku semenjak selesai pernikahanmu?”
Hana meletakkan cup kosong bubble tea tadi lalu membalas tatapan Joowon, menyahut dengan manis.
“Ahjussi, nuguseyooo? Apa aku mengenal anda?”
Joowon membelalakan mata tak percaya, Hana hanya berkedip sambil tersenyum polos. Soohyun sudah terguling dari tempatnya duduk sambil memegangi perutnya yang kaku karena tertawa.
“YAH JUNG HANA!”
***
Jaehyun sedang mengecek kameranya, sebentar lagi akan ada pemotretan konsep portofolio perusahaan untuk setahun kedepan. Secara personal, Direktur Moon memintanya untuk menjadi fotografer kali ini. 
“Jaehyunie..”
Suara seorang wanita memanggilnya penuh sayang, jaehyun mendongak dan menemukan Direktur Moon sedang berjalan ke arahnya dengan tersenyum. Di detik terakhir Jaehyun mengingatkan lidahnya agar tidak menyahut ‘sajangnim’...untuk yang kesekian kalinya.
“Umma..”
How is it ?”
“Semua sudah siap, hanya tinggal menunggu modelnya, Umma..” Jaehyun menarik kursi terdekat untuk tempat duduk Direktur Moon..er..ibu tirinya.
“Apa umma ingin memeriksanya lagi?” tawar Jaehyun sembari menyodorkan berkas mengenai konsep untuk pemotretan kali ini.
“Ani, umma percaya kau mampu mengurusinya” direktur Moon menepuk-nepuk punggung tangan Jaehyun penuh sayang.
Tiba-tiba “Chogiyo..”
Baik jaehyun dan Direktur Moon menoleh ke arah suara secara bersamaan. Salah satu staff mendekati mereka berdua dan mengabarkan jika model yang semula akan mereka pakai terkena flu berat dan dikhawatirkan tidak akan mampu mengikuti pemotretan dengan baik.
“Saya khawatir, sepertinya pemotretan untuk portofolio kali ini harus diundur hingga Mikki agak baikan, sajangnim..” ujar staff tersebut.
Jaehyun mengangguk-angguk paham, “Uh, tidak masalah Taekgun-ssi. Kabarkan saja kapan kita akan melanjutkannya..”
Tapi sepertinya direktur Moon memiliki pemikiran lain, dengan sedikit tersenyum beliau memotong ucapan Jaehyun.
“Tidak perlu, kita bisa tetap melanjutkan pemotretan kali ini dengan model lain..serahkan saja semuanya pada umma.” Ujar Direktur Moon menenangkan, dari kerlingan matanya nampaknya ide beliau sangat brilian karena kerutan senyum tak juga bisa lepas dari bibirnya saat menatap Jaehyun lekat-lekat.

***
 Rasanya dunia berhenti berputar. Jaehyun sering mendengar kalimat tersebut, tapi baru kali ini dirinya benar-benar mengerti maksudnya. Gadis yang dibawa Direktur tadi nyaris membuatnya kehilangan nafas.
“Annyeonghaseyo, Jung Hana imnida ”
Naksir teman masa kecil, ngefans pada artis idola, Jaehyun sudah pernah mengalami itu semua. Tapi yang dia rasakan kali ini lebih dari apapun yang pernah dia rasakan selama ini. Gadis ini menyesaki sudut pandangannya, menyedot segenap perhatian, menumpulkan semua indera.
“Jaehyunie, dia yang akan menggantikan model hari ini.. Dia ini...”
Sisa penjelasan Direktur Moon sudah tak terdengar di telinga Jaehyun. Dunia Jaehyun berhenti berputar untuk sesaat, dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis ini.
Tak ada yang istimewa, gadis ini pendek, senyumnya terlalu lebar, poni rata seperti pelajar, kulitnya sedikit gelap dan mukanya cuma diisi dengan pipi. Tak ada hal yang menarik, kecuali kalian melihat matanya. Sinar yang ada di dalam mata itu yang membuat dunia Jaehyun berhenti berputar, tak sadar hingga dia menahan nafasnya.
Semua novel dan film menggambarkan jatuh cinta dengan taburan bunga-bunga, hujan rintik-rintik atau percikan kembang api. Bebrapa menggambarkan seseorang yang kikuk dan menabrak segala yang ada di depan kecuali dia, berusaha menatap manapun selain ke arah si dia, sedangkan beberapa lainnya tersedak dan memalukan diri mereka sendiri. Siapa yang mengira love at first sight yang Jaehyun alami rasanya justru seperti naik bianglala yang macet lalu berhenti berputar ketika sedang berada di puncak putaran. Bisa kau bayangkan paniknya?
Sunyi. Sesak napas. Sendirian. Bukankah itu menakutkan?
Suara pesan masuk di handphone membuat Jaehyun tersadar dari lamunannya. Saat di buka, ternyata dari Hana.
Oppa, apa kau tidak akan pulang malam ini?
Tanpa sadar Jaehyun tersenyum saat membaca pesan tersebut. Pulang. Jaehyun belum pernah merasakan kata pulang bisa terlihat seindah ini.
***
Sekali lagi Hana menendang kerikil tak bersalah yang ada di depan kaki saat dia berjalan. Kerikil sialan. Dapur sialan. Soohyun sialan.
Tak henti-hentinya Hana mengutuk semua yang menurutnya menyebalkan. Semua yang membuatnya harus berakhir dengan keluar dari kafe jam 8 malam menuju minimart terdekat. Bersama Joowon. Sialan!
Sekali lagi, Hana menarik nafas seolah terpaksa. Lalu tarikan nafas tadi berubah menjadi dengusan. Lalu dengusan menjadi gerutuan singkat. Belum pernah Hana merasakan suasana secanggung ini, terutama dengan Joowon. Rasanya Hana ingin melepas syal yang dia pakai lalu menggigit-gigitnya sembari melompat-lompat di tempat. Rasanya...
“AWWW!! Apa-apaan ini?!”
Hana mengaduh, Joowon baru saja menjitak kepalanya. Bukan jenis jitakan sayang ala pria pada wanitanya, tapi jitakan ala brotherhood. Benar-benar sialan braderrrr...
“Kau ini kenapa sih?” Joowon berhenti berjalan. Dia memfokuskan tatapan pada Hana sepenuhnya.
“Hng.. kau yang kenapa, semena-mena menjitak kepala orang..”
Hana menggerutu, tapi tak ikut berhenti. Dia terus berjalan sembari mengelus-elus kepalanya yang bekas dijitak Joowon. Joowon terkekeh, tangannya meraih ujung syal yang dipakai Hana lalu menariknya ke belakang.
“Hekh..!” Hana otomatis kehilangan keseimbangan dan sedikit terpelanting, menabrak Joowon yang masih berdiri tepat di belakangnya.
Belum sempat Hana protes ataupun mengamuk, Joowon sudah melingkarkan lengannya ke bahu Hana, memeluknya dari belakang dan menyisipkan kepalanya di pundak Hana.
Hana membeku seketika, tapi tak berkata apa-apa.
Tak ada yang bersuara kecuali nafas keduanya, yang anehnya masing-masing helaan terdengar stabil baik Hana maupun Joowon.
. . . . . . . . .
Semenit keduanya bertahan dalam posisi tersebut, entah tepat semenit atau justru lebih, tak ada yang peduli. Tak ada yang mau bersusah payah menghitung.
Hana terpaku. Sementara Joowon menutup mata dan menikmati semuanya.
“Aku merindukanmu” gumpalan abstrak di kerongkongan Hana sulit ditelan, suara Joowon terdengar sangat dekat...
Terlalu dekat di samping telinganya..
Sangat nyata..
Terlalu nyata..
“Aku merindukan kita..” baru saja jantung Hana hendak berdetak lebih cepat dari biasanya, kalimat selanjutnya yang diucapkan Joowon menyiramkan udara dingin di ubun-ubun dan tulang belakang. Kita. Bukan ‘-mu’ lagi. Suasana beku tadi pecah. Lalu Hana berontak dan melepaskan diri dari pelukan Joowon.
Hana berbalik dan menatap Joowon tepat di mata. Joowon membalasnya sama kuat.
“Aku tak pernah bisa marah padamu, sengaja atau tidak kesalahanmu, kau selalu punya tempat termaafkan di mana dosa-dosa buruk bisa menjangkaunya di hatiku. Kau tau itu, kan?” Hana mengucapkan semuanya dengan pelan, bernada serius. Tangannya meraih tangan Jooowon dan mengaitkan semua jari-jarinya dengan jari-jari Joowon.
Senyum di mata Joowon bertemu dengan senyum di mata Hana. Semuanya terasa pas, tapi ada yang masih mengganjal..
Entah selesai atau masih berjalan, cinta satu arah milik Hana kepada Joowon, tak ada yang bisa menilai..
Dering telepon mengagetkan keduanya. Hana dan Joowon saling mengerling dan tertawa geli, keduanya telah melupakan untuk apa mereka tadi keluar bersama.
“Halo, Soo-..”
Sapaan Joowon saat mengangkat panggilan yang masuk ke handphonenya tak terselesaikan, karena Soohyun di ujung sana sudah berteriak...
“MANA SUGAR POWDER YANG KUPESAN TADI, HA?!!!!”
***
Hana tak sabar menunggu, jam di dinding sudah menunjukkan lewat tengah malam. Matanya mulai terasa berat. Jaehyun belum juga pulang. Pun tak ada sedikitpun kabar.
Untuk kesekian kalinya Hana menguap. Dia berulangkali pindah posisi di sofa. Televisi di depannya masih menyala dan menayangkan entah apa, tapi sedari tadi Hana sibuk berbaring lalu ganti duduk lalu menggoyang-goyangkan kaki, sembari menguap, lalu berdiri dan memutar-mutar badannya lalu berjalan menuju dapur dan membuka pintu kulkas lalu kembali ke sofa. Oh, sibuk sekali.
Semakin tak sabar, Hana meraih handphone di meja kopi sebelah sofa lalu mengetik pesan untuk Jaehyun.
Oppa, apa kau tidak akan pulang malam ini?
Semenit, dua menit, lima belas menit, duapuluh menit tak ada balasan. Hana sudah akan mengangkat kakinya dan bersiap-siap untuk masuk ke kamarnya, memutuskan kesimpulan jika Jaehyun tak akan pulang malam ini, saat suara mobil terdengar memasuki halaman.
“Oh, kau belum tidur?”
Suara Jaehyun seperti kaget saat melihat Hana masih duduk di sofa, menunggunya. Hana memutarkan kedua bola matanya, oh-plis-deh.
“Apa kau lebih suka jika aku tidur dan membuatmu terkunci di luar tanpa peduli apapun yang terjadi padamu?” sahut Hana sarkatis. Moodnya untuk cerita tentang Joowon pada Jaehyun hilang seketika.
Jaehyun tertawa kecil, sarkasme Hana terasa sangat tajam.
“Kau bisa tidur sekarang, aku sudah pulang.” ujar Jaehyun.
Hana mengerutkan kening, cara Jaehyun bicara sedikit membuatnya tak suka. Jaehyun seolah bicara sambil lalu, sembari melepas jas dan sepatu, ewwww, kayaknya tidak tulus banget. Hana membalikkan badan dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. Jaehyun is being a pain in ass...again.
“Dan, Hana...”
Tapi Hana pun berbalik dengan cepat saat Jaehyun memanggilnya lagi, kali ini dengan lembut.
“..terima kasih karena telah menungguku” wajah Jaehyun penuh dengan senyuman, sedikit aneh, tapi tak terasa menganggu. Sejujurnya Hana sempat merasa berdebar-debar walau hanya sebentar.
Hana menggaruk kepalanya yang tak gatal, “uh.. tak masalah, aku istrimu, ingat?”
Jaehyun tersenyum hingga telinga, Hana merasa wajahnya memerah lalu buru-buru masuk kamarnya. Dia memutuskan jika sudah saatnya dia tidur.
***
Rasanya baru sebentar Hana merebahkan diri di kasurnya. Baru sebentar dirinya terlelap. Kali ini dia terbangun kaget, bukan karena kesiangan. Suara kelontangan di dapur yang membuatnya terlempar dari nyenyak tidur yang baru beberapa menit, menurutnya.
Tanpa membenahi rambut ataupun mengecek kembali penampilannya, Hana berjingkat keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Di ruang tengah televisi menyala, tapi Hana tak berhenti dalam perjalanannya menuju dapur. Instingnya mengatakan Jaehyun sedang lapar dan berusaha memasak sesuatu.
“Kau sedang apa?”
“OH!!!”
Jaehyun terlonjak, kaget setengah mati. Telor di tangannya melenting, jatuh tepat dipunggung kaki kanannya.
Suasana kikuk sejenak.
. . . . . . . .
“HAHAHAHAHAHAA..”
Hana tak bisa berhenti tertawa sambil tangannya mengaduk-aduk ramyeon yang sedang dia masak. Jaehyun ada di kamarnya, mandi dan berganti baju karena telor yang tak sengaja terpelanting tadi membuatnya berbau...yah, tentu saja seperti telor kan?
Rupanya Jaehyun tadi berencana untuk bergadang guna menonton pertandingan bola. Dia sedang dalam proses membuat ramyeon ketika Hana muncul dan membuatnya kaget sampai-sampai telor yang rencananya hendak dia masukkan dalam kuah ramyeon, jatuh dan pecah di kakinya.
Jaehyun sudah duduk di sofa dan pertandingan sudah dimulai di televisi saat Hana membawa mangkuk ramyeon ke hadapan suaminya.
“Kenapa hanya satu?” Jaehyun mengerutkan kening, dia menerima mangkuk yang Hana sodorkan dengan hati-hati.
“Kau mau dua porsi?” Hana balik bertanya dengan serius.
“Maksudku, kau tidak membuat untuk diirmu sendiri?” Jaehyun menyuap penuh-penuh sembari bertanya.
Hana mengambil posisinya di samping Jaehyun dan duduk dengan nyaman sebelum menggeleng, menjawab pertanyaan Jaehyun.
“Kau mau wajahku bengkak besok pagi, ha?” seolah-olah merasa tersingung tapi ekspresi Hana terlihat jika dia sedang bercanda.
“Itu akan terlihat hebat, si gadis berpipi tembam yang bengkak. Kau bisa bayangkan?” Jaehyun tertawa, tangannya masih memegang mangkok ramyeon dengan mata sesekali berpindah dari layar televisi dan ke arah Hana.
Hana ikut tertawa, dia meninju lengan Jaehyun pelan.
“Ini klub apa dan apa yang sedang bertanding?” Hana menyandarkan kepalanya dengan santai ke bantalan sofa di belakang lehernya.
Jaehyun menelan kunyahannya sebelum menjawab, “Entahlah..”
“Yah!” Hana berpikir jika Jaehyun sedang menggodanya.
“Apa kau tadi marah padaku?” tiba-tiba saja Jaehyun bertanya.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Hana menukas, dia membuka mulutnya saat Jaehyun menyodorinya sesuap kecil dari ramyeon yang dia pegang.
“Ya, karena tadi aku telat pulang, makanya aku bertanya apa kau marah padaku”
Hana menelan ramyeon yang ada di mulutnya sebelum menjawab, “Hampir.. tapi belum sih, heran kenapa rasanya aku ini wanita pemarah ya? Kalian para pria kadang bisa terlihat sangat sensitif”
Jaehyun mengerutkan kening, “Apa ada lagi yang menanyakan hal yang sama padamu?”
Hana mengangguk, dia melahap ramyeon yang disuapkan oleh Jaehyun.
“Joowon?” sekilas nada Jaehyun terdengar setengah menebak, tak yakin.
Hana mengangguk sekali lagi.
“Tapi apa kau tau, tadi dia memelukku..”
Jaehyun sedikit tersentak mendengarnya, tetapi ekspresinya kembali berubah seperti biasa. Dia menawarkan suapan sekali lagi pada Hana namun Hana menolak.
“Apa kalian sudah baikan?”
Hana menoleh cepat, wajahnya terlihat terkejut. “Bagaimana kau tau kami sedang marahan?”
Jaehyun memutar kedua bola matanya, “Siapapun di jarak satu kilo bisa melihatnya dengan jelas, tau!”
Hana terkekeh, “entahlah...” dia menyendok sesuap ramyeon lagi dari mangkuk Jaehyun sebelum melanjutkan, “Dia adalah orang paling membingungkan yang pernah aku kenal, selalu menolakku terang-terangan tapi tetap bertingkah manis padaku. Kadang-kadang seperti seorang pacar. Apa semua pria seperti itu terhadap seseorang yang mencintai mereka? Tarik ulur dan selalu memberi harapan.”
Jaehyun diam sebentar sebelum menanggapinya, mangkuk ramyeon dan pertandingan bola benar-benar terlupakan dari benaknya.
“Apa kau tau apa yang kupikirkan?”
Hana menggeleng sambil menatap Jaehyun dengan tatapan polos.
“Pria ini mencintaimu” Jaehyun menelan ludahnya dengan susah payah, kalimat yang dia ucapkan memiliki makna ambigu, lalu melanjutkan, “Pria ini benar-benar sudah jatuh cinta padamu, hanya saja dia bingung tentang beberapa hal. Bisa saja tentang persahabatan kalian atau juga hal lain. Tapi yang terlihat, pria ini juga memiliki perasaan yang sama terhadapmu.”
Hana ternganga, “whuaaa... benar sekali! Aku juga berpikir seperti itu, tapi semua orang menolak fakta itu. Joowon bahkan Soohyun juga bilang itu tak mungkin. Tapi aku... aku merasakan semuanya dengan jelas, aku melihat semuanya dengan jelas. Benar-benar, kau adalah oppaku! Jjang!! Kau memiliki pandangan yang sama dengan pandanganku... kyaaaa~ aku jadi ingin memelukmu karena terharu!”
Hana berusaha memeluk Jaehyun yang duduk tepat di sampingnya, namun sebelum dia bisa melakukannya Jaehyun buru-buru berdiri menghindar.
“Opaaaa, kenapa kau menolak pelukankuuuuu..”
“Siapa yang mau dipeluk sama kurcaci pendek macam kau? Aku mau meletakan mangkuk kosong ini ke bak cuci piring” Lalu Jaehyun melenggang pergi, masih sempat terdengar gerutuannya di belakang. “katanya ogah makan ramyeon tengah malam, tapi semangkuk dihabiskan sendirian, dasar wanita!”
Hana terkikik mendengarnya, dia kembali menyandarkan kepalanya di bantalan leher sofa sambil mengembalikan fokusnya pada televisi di depan.
“Oppaaaaa...”
Terdengar sahutan Jaehyun dari belakang.
“ini klub apa dan apa yang sedang bertanding sekarang? Kenapa seragamnya sama-sama merah?”
Jaehyun yang telah selesai mencuci mangkuk lalu kembali duduk di sofa bersama Hana, memfokuskan matanya pada layar televisi juga. Hana menelusup masuk dalam lengan Jaehyun dan bersandar di bahunya.
“sudah kubilang aku tak tau.. sudahlah lihat saja sampai selesai nanti juga ada tulisannya di akhir pertandingan atau disebutkan oleh komentator”
Hana terbelalak, dia menarik kepalanya dari bahu Jaehyun dan menatap pria di sampingnya ini dengan tak percaya.
“Jadi kau benar-benar tak tau? benar-benar benar-benar tak tauuuu??”
Jaehyun mengangguk, matanya masih tak terlepas dari layar televisi, mengabaikan tatapan heran dari Hana.
“Lalu kenapa kau menontonnya kalau begitu, ha?” desak Hana.
Jaehyun tak menjawab, dia melipat kedua tangannya di belakang kepala lalu menyandar di bantalan leher sofa. Lama sekali dia terdiam dan Hana masih menatapnya tak percaya. Akhirnya dia mendesah kelu sebelum menjawab Hana, matanya tetap tertuju pada layar televisi tapi jelas sekali terlihat jika pikirannya berlari pada hal lain.
“Aku tak pernah paham pertandingan bola, aku juga tak tau klub-klub mana yang bagus. Aku menonton setiap pertandingan bola yang disiarkan lewat tengah malam... hanya karena dulu Appa selalu melakukannya bersamaku. Appa akan membangunkanku dan meminta ditemani, kadang kami bercerita hal lain sementara pertandingan terabaikan. Aku hanya melestarikan kebiasaan lama”
Hana terdiam. Jawaban jaehyun lebih serius dari yang dia bayangkan.
“Apa kau merindukan aboji?”
Jaehyun menatap Hana saat menjawabnya, “kau pikir untuk apa aku bergadang tengah malam demi acara yang sama sekali tak kupahami?” bibirnya tersenyum lalu meraih kepala Hana untuk disandarkan di bahunya. “Hanya dengan cara seperti ini aku merasa Appa tak pernah pergi dariku, dengan tetap melakukan kebiasaan lama kami” Jaehyun melanjutkan sembari menepuk-nepuk kepala Hana penuh sayang.
“Tidurlah, ini sudah sangat larut” Jaehyun berbisik, tangannya tak berhenti menepuk-nepuk kepala Hana.
Hana melingkarkan tangannya ke badan Jaehyun, memeluknya. Tak pernah terbayang sosok orang asing yang pertama kali dia lihat sangat pendiam itu memiliki sisi lain se-mellow ini.
“Oppa, apa kau tau apa yang kupikirkan saat pertama kali kita bertemu di pemotretan portofolio dulu itu?” Hana mendongak, Jaehyun menatap tepat di bola matanya. Dia menggeleng.
“Aku berpikir kau ini seorang penyendiri. Sekilas lihat dan aku bisa mengatakan kau ini orang yang dingin, lalu sempat aku ingin menyeplos ‘hei apa kau penyendiri? apa kau tak punya teman karena kau terlalu jelek?’ hahaha untung aku bisa menahannya.” Jaehyun ikut tertawa bersama Hana, “bayangkan saja aku mengucapkannya di pertemuan pertama kita, aku pasti sudah gila” lanjut Hana masih sambil tertawa.
“kau memang gila, kau wanita tergila yang pernah ku kenal” sahut Jaehyun. “Sudahlah, tidur sana” Jaehyun mengetatkan pelukannya pada Hana masih sambil sebelah tangannya menepuk-nepuk kepala Hana pelan. Hana menguap sekali tapi mengatakan apa yang disuruh Jaehyun, matanya mulai menutup.
Sebelum dia benar-benar terlelap, Hana teringat akan satu pertanyaan yang selalu membayanginya tentang Jaehyun.
“Oppa, apa kau masih bisa mengingat cinta pertamamu?” ucap Hana tak jelas.
“Tentu saja. Aku punya cinta pertama yang selalu kuingat sampai sekarang.”
“Seperti apa dia?” Hana menguap lagi, matanya sambil tertutup sat melemparkan pertanyaan tersebut.
“cinta pertamaku... adalah salah satu model di perusahaan kita” Jaehyun tertawa pelan saat menjawabnya.
“Oya?” Hana menguap lagi, “Lain kali ingatkan aku untuk bertanya lebih lanjut..”
Jaehyun hanya tersenyum simpul, tangannya tak berhenti menepuk-nepuk kepala Hana.
“Cinta pertamaku Joowon..” bisik Hana tak jelas, dia sudah di ambang lelap.
“Aku tau..” Jaehyun menyahutinya dalam satu tarikan nafas. Terbayang lagi perasaan naik bianglala yang tadi sempat dia pikirkan saat masih di kantor.
Sunyi. Sesak nafas. Sendirian.
Dan malam itu Hana tertidur dalam pelukan Jaehyun sampai pagi, berdua meringkuk di sofa mengabaikan televisi yang menonton mereka. Mimpi Hana mengerikan, melibatkan seorang wanita berwajah lancip dan berbibir merah dengan postur tinggi menjulang memakai tag yang di kalungkan di lehernya bertuliskan Jaehyun. Sementara mimpi Jaehyun lebih mengerikan, melibatkan sebuah bianglala macet dan senyum Hana di sebuah studio foto.

Tbc-

PSS: boong deng kalo gada bonus pic Jaehyun :D