Sabtu, 29 Juni 2013

[fanfic] The Unintended chapter 1

The Unintended Chapter 1



Tags: OC, friendship, romance, arranged marriage, marriage life.

Description: 

Love isn’t always a compromise. Sometimes, it’s a complete surprise. And the best love story is when you fall in love with the most unexpected person at the most unexpected time - Unknown


Foreword:

Apa yang akan terjadi jika pernikahan yang akan kamu jalani tak seperti yang kamu bayangkan? Apa jadinya jika kamu harus menikah dengan seseorang yang tak kamu kenal dan bukan orang yang kamu cintai karena sebuah permintaan?  

Hey hey heyyy, chiqux is baaack! Muehehehe.. saya membawa kisah baru nih. Kali ini tentang perjodohan dan cinta tak terduga. Well, pasaran sih tapi saya akan membuatnya tidak pasaran dengan memfokuskan pada persoalan-persoalan komunikasi sesuai dengan apa yang sudah saya pelajari di bangku kuliah tentang romantic relationship XD

kisah ini sama-sekali OC, jadi misalkan ada beberapa idola yang ikut bermain di dalam ceritanya maka dia bermain seperti yang diplotkan oleh author dan bukan sebagai idola seperti yang kita lihat sehari-hari. Owkeeee? :)

Disclaimer: This fict and the story along are mine, the pict is just randomly takes from MV’s screencaps and tumblr. Credit for picts are belong to the owner. 
enjoy the update XD
***

Hana mengeliat pelan di atas kasurnya, matahari terlihat menyorotkan sinar di sela-sela tirai kamarnya yang serba renda-renda. Sedikit bergidik, Hana mengeratkan bedcover yang masih membungkus tubuhnya erat. Kelihatannya matahari sudah tinggi, tapi masih terlalu dingin untuk turun dari tempat tidur. Hana menguap sekali, apa Jaehyun sudah bangun ya?
Tangan Hana terjulur dari lipatan bedcover untuk meraih handphone yang terletak di nightstand sebelah tempat tidur.
Terdengar nada tunggu sekali sebelum Jaehyun mengangkat panggilannya.
“Opppaaaaa....” Hana merengek dengan sura bangun tidurnya yang masih serak.
“Hmmm..” terdengar Jaehyun menyahutinya singkat.
“Kau sedang apa?”
Terdengar bunyi kelontang sesuatu sebelum Jaehyun menjawab, “Bikin sarapan..”
“Ah Oppa, tak bisakah kau sedikit menjawab dengan lembut? Ini masih pagi, kau akan merusak hariku dengan moodmu yang tidak menyenangkan, pagi ini sudah terlalu dingin tanpa harus kau tambahi dengan nada bicaramu yang dingin, tau??!” Hana sedikin merengut, kesal.
Terdengar Jaehyun mendesah sekali lalu, menjawab dengan sedikit lebih lembut meskipun kaku.
“Aigoo, buka tirai kamarmu, ini sudah siang dasar tukang tidur~”
Hana tergelak ringan, “Benarkah~?” dia berguling sekali untuk pindah posisi tengkurap. “Apa kau membuatkan sarapan untukku juga?”
“Apa kau mau sarapan?”
“Eung~” Hana menyahut dengan cepat, senyumnya melebar hingga telinga. Lalu dia menambahkan dengan hati-hati. “..tapi Oppa, apa kau mau membantuku?”
“Apa?”
“Bisakah kau menggendongku turun ke dapur? Aku malas jalaaaannnn~” Hana merajuk dengan nada semanja mungkin.
Terdengar hening sejenak sebelum Jaehyun menghela nafas kesal, “..Aigooyaa.. what have i gotten into..” sayup-sayup terdengar gerutuannya sebelum sambungan panggilan diputus.
Hana berguling sekali lagi sambil terkekeh, menggoda Jaehyun sangat menyenangkan. Dia merepatkan gulungan bedcover di badannya sambil sambil mendesah pelan, menunggu Jaehyun sampai di kamarnya. Senyumnya tak jua hilang, menikah dengan Jaehyun tidaklah terlalu buruk nyatanya, dia hanya bertambah satu Oppa yang ada di dekatnya. Oppa yang bersedia melakukan apa saja untuknya.
***
Resepsi pernikahan Hana dan Jaehyun
“Kemarin sepertinya aku baru bertemu dengan Hana, dengan Soohyun. Saling mengejek sebelum memulai perlombaan makan cupcake. Lalu buru-buru ke toilet untuk memuntahkan semua cupcakes yang kami makan karena rasanya seperti tepung mentah.” Joowon memulai pidatonya dengan perlahan, matanya tersenyum menatap Hana yang duduk di samping mempelai pria.
“Rasanya baru kemarin saat kami di marahi umma gara-gara mengacak-acak dapur dan membolos les demi membuat cupcake untuk lomba. Baru kemarin pula rasanya kami batal untuk berlibur ke Maldive karena Hana tak sengaja membuang tiket pesawat dan tanda reservasi wisata bersama dengan tissue bekas make upnya.” Beberapa hadirin terkekeh, Hana memelototkan mata ke arah Joowon. Joowon tersenyum sambil melanjutkan, “Siapa yang mengira pengantin wanita cantik yang duduk di samping kakakku itu adalah gadis ceroboh yang sama? Siapa mengira jika sahabat perempuanku yang tidak terlalu manis itu akan menikah dengan hyungku hari ini?” suara Joowon sedikit tercekat.
“Aku, Soohyun dan Hana bersahabat sudah sejak lama, aku bahkan tak bisa lagi membedakan apakah mereka itu teman atau kembaranku. Orang-orang menyebut kami cupcakes trio, dimana ada perlombaan, pameran, dan event tentang cupcakes, selalu ada kami.”
Soohyun menimang-nimang gelas wine di tangannya, dia melirik Hana yang tak bisa dibedakan ekspresinya antara sedih karena terharu atau sedih karena hal lain. Nyonya Moon yang duduk di samping Soohyun nampak menusut ujung matanya dengan lengan hanbok yang dia kenakan. Soohyun mengalihkan tatapan ke arah Joowon dengan sedih dan menghembuskan nafas risau.
“Hana memang bukan tipe gadis kebanyakan yang terlihat kuat namun lemah di dalam, dia terlihat kuat karena dia memang kuat. Dia tidak manis, dan bahkan dia selalu iseng. Lelucon-leluconnya tak pernah membuat orang tertawa, tetapi justru makin tertekan. Dia adalah gadis yang seperti itu. Dia banyak bicara, ceplas-ceplos dan selalu mengatakan ‘iya’ saat orang lain bilang ‘jangan’ hanya untuk membuktikan jika dia tak mau di setir dan mengikuti hal kebanyakan orang selalu lakukan.” Dari podium Joowon memandang Hana penuh sayang. Tangannya terlihat gemetar.
“Hana kami, Jung pabo Hana kami ini sangat spesial.” Joowon berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan, “Hana bukan gadis yang menonjol dengan style yang berbeda demi pengakuan orang. Hana menonjol karena.. yah.. dia banyak kekurangan. Hana tak pernah menangis saat mendapat peringkat kelas terbawah selama dua bulan berturut-turut di bangku kelas 2 SMA, tapi dia menangis karena patah hati saat artis yang dia sukai punya skandal cinta”, kembali beberapa hadirin terkekeh mendengar pidato Joowon.
“Menjelaskan siapa Jung Hana yang sedang menikah hari ini butuh beratus-ratus lembar halaman novel, mungkin akan mengalahkan serial Harry Potter. Bisa dijamin sebagian besar isinya adalah kekurangan dan hal-hal yang tak bisa dia lakukan.” Hana cemberut mendengar ucapan Joowon, “..namun jika aku ditawari untuk mengganti Hana kami dengan Hana lain yang lebih sempurna, dibujuk bermilyar-milyar Won atau dengan ratusan iming-iming lainpun, aku tak akan menerimanya”, lanjut Joowon, nada suaranya sedikit goyah, menahan tangis.
“Hana kami, Jung Hana kami, hanya satu-satunya Jung pabo Hana buat ku dan Soohyun. Teman, adik, dan saudara perempuan satu-satunya..” Joowon tak mampu melanjutkan kalimatnya.
Hana menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ingin menangis dan menghambur ke dekapan Joowon saat itu juga.
Soohyun menunduk, menyembunyikan ujung matanya yang mulai berair dan bibirnya yang bergetar.
Joowon menghapus airmatanya dengan ibu jari, lalu melanjutkan, “Hyung, dengan segala kekurangannya, tolong jaga Hana kami baik-baik. Segala keberuntungan ku yang ada di dunia ini untuk kebahagiaan pernikahan kalian”. Joowon membungkuk ke arah Jaehyun dan Hana duduk, pipi Hana sudah basah oleh airmata. Jaehyun membalas dengan sedikit membungkuk dari tempat dia duduk, ekspresinya dingin dan tak tertebak.
“Yorobeun, untuk kebahagiaan Hana dan kakakku, mari bersulang!” Joowon mengakhiri pidatonya dengan mengangkat gelas winenya tinggi-tinggi, senyumnya getir menahan rasa haru.
“Bersulang!”
Sementara hadirin yang lain bersulang dan bercakap-cakap, Soohyun melihat Joowon menghapus airmatanya dan beranjak dari podium menuju pintu belakang.
“Kau telah melakukannya dengan baik, hyung” desah Soohyun pelan, punggung Joowon terlihat kuyu di matanya.
                                                             ***
Dia Joowon oppaku, salah satu dari dua oppa yang aku miliki di dunia. Aku tak bisa mendengar ucapannya selama pidato di resepsi pernikahanku dengan kakak tirinya selain kalimat “Hana kami, Jung Hana kami hanya satu-satunya.. ”. Kebaikan apa yang telah aku lakukan di kehidupan lalu untuk mendapatkan ucapan itu? Aku tak bisa menahan airmataku. Rasa-rasanya aku ingin berlari ke arahnya dan melepaskan cincin di jari manisku yang baru genap sejam ada di sana. Berat rasanya.
Aku mencintainya, adakah orang yang belum tau? Aku mengucapkannya dengan mulut, tindakan, kebiasaan, hati dan pikiranku setiap hari. Aku mencintai Joowon oppa, aku mencintai teman baikku sendiri. Tapi kenapa bukan dia yang duduk di sampingku sekarang?
Aku menangis di hari pernikahanku, bukan karena terharu, marah atau merasa tak berdaya. Aku sedih. Ku pikir masih akan ada jalan untuk melarikan diri saat cincin ini mulai dipasangkan oleh siapa yang orang-orang sebut sebagai suamiku sekarang. Tapi saat Joowon oppa mengakhiri pidatonya, aku tau aku tak akan pernah bisa lari, karena itu aku sedih. Aku kalah. Jung pabo Hana yang selalu berkata ‘Ya, aku akan melakukannya’ untuk setiap ketidakmungkinan yang diucapkan orang, kini mendeklarasikan ketidakmungkinan pertama dan satu-satunya yang dipunyai. Aku tak bisa menjadi cintanya. Ketok palu, cintaku benar-benar sudah bertepuk sebelah tangan.
Kucari sosok lain di ruangan ini, sosok yang juga selalu ada di hari-hariku dan hari-hari Joowon oppa. Sosok Soohyun oppa. Mataku dan mata Soohyun oppa bertemu, aku menemukan lukaku, lukanya dan hei.. apa itu? Apa aku melihat sorot kasihan darinya?
Soohyun oppa selalu menghiburku, menguatkanku tapi belum pernah dia memandang dengan rasa kasihan. Dia mencela, memuji, atau memotivasi untuk menguatkan, bukan mengasihani karena seseorang menyedihkan.
Apa yang ingin kau katakan sebenarnya, Soohyun oppa? Apa aku..menyedihkan?
                                                                 ***
Joowon adalah adikku, orang-orang bilang begitu. Tapi aku belum pernah merasa menjadi kakak untuknya. Aku hanya anak dari istri pertama appa. Aku memasang tembok setiap kali berbicara dengannya. Hanya karena ummanya, yang juga istri appa, merawatku, bukan berarti kami bisa akrab begitu saja, kan? Diantara pilihan jawaban antara mengenal, memahami, menerima dan menghormati, aku akan menuliskan jawaban tak peduli di kolom pertanyaan tanggapanku terhadap Joowon.
Joowon adalah tipe anak yang diimpikan ibu temanmu, atau ibumu, atau ibu-ibu siapapun. Dia mudah bersosialisasi, memiliki passion, bekerja keras dan dilimpahi dengan senyum menawan. Semua orang mengenal dia sebagai pria idola anak-anak, impian para gadis dan anak menantu idaman para orang tua yang memiliki putri. Lalu adakah yang mempercayaiku saat kubilang sosok yang berpidato di resepsi pernikahanku tadi, matanya memancarkan kekalahan seorang pria yang berjiwa besar? Tegur sapa kami hanya seputar halo dan bye saat kebetulan berpapasan di rumah, dia meninggalkan rumah umma saat dia menyelesaikan pendidikan chef dan pattisiernya, lalu memilih membeli sebuah ruko di kawasan Hongdae yang ramai pelajar. Dia membangun hidup mandiri serta cafenya di sana. Tapi sebagai seorang pria lain, aku bisa merasakan getir di gerak gerik dan pilihan katanya. Apa cuma aku yang merasakannya?
Pernikahan ini bukanlah mauku, aku hanya menuruti apa kata umma. Aku tak menolak, tak membantah pun tak pernah menyetujui. Aku melakukannya semata-mata karena beliau mengucapkan tawaran pernikahan ini dengan penuh harap. Kenapa aku tak menolak jika aku tak ingin? Entahlah, aku tak bisa. Mungkin karena aku tak pernah menganggap dia sebagai seorang umma. Aku bekerja untuknya, di perusahaannya, sehingga di rumah atau di kantor, bagiku dia adalah direktur. Pernikahan ini hanyalah sebuah project lain yang disodorkannya pdaku tanpa ucapan permintaan tapi penuh harapan. Apa yang bisa kulakukan?
Aku melirik wanita dengan weddingdress anggun di sampingku. Bolehkah aku mengakui jika dia juga salah satu faktor aku tak menolak ‘project’ ini? Aku canggung didekatnya, tapi aku menikmati keberadaannya dalam jangkauan pandangku. Rasanya jika dia yang harus kunikahi, semua akan baik-baik saja. Ada sesuatu di dalam senyumnya yang membuatku merasa di terima, pengertiankah?
Hanya saja aku menemukan sorot yang sama di matanya dengan  sorot mata milik Joowon. Umma, demi ‘project’ ini, apa yang telah ku kacaukan?
                                                                   ***
Aku melepaskan anak perempuanku untuk menikah. Begitu seolah rasanya saat aku berpidato di resepsi pernikahan Hana tadi. Hana menyebalkan tiap hari, tapi hari ini dia sangat sangat sangaaaaat menyebalkan hingga membuatku ingin menangis keras. Dia tidak pergi, dia juga tidak mengecewakanku. Hana hanya menikah dengan kakakku. Yang di dalam hati ini, rasanya seperti aku diusir pergi. Aneh bukan?
Sambil berjalan menuju beranda belakang gedung, berulang kali ku hirup nafas dalam-dalam. Kau melakukan semuanya dengan baik Joowon. Mungkin ini rasanya bahagia, orang-orang yang kau sayangi saling terikat satu sama lain. Kecil kemungkinan kau akan kehilangan mereka karena toh nyatanya mereka masih di sini-sini saja, di sekelilingmu.
Kusentuhkan tanganku yang masih gemetaran di teralis tangga besi yang dingin, ku lipat-lipat dan lipat semua kenanganku dengan Soohyun dan Hana di dalam pikiranku. Apa aku menangis karena hatiku takut kehilangan kehadiran Hana? Tentu saja kuakui dia adalah orang yang menjadi parameter keseharianku bersama Soohyun. Melihat Hana dan berbicara dengannya ataupun dengan Soohyun bagiku adalah suatu kebiasaan, aku baru bisa menyebutnya hari jika aku melengkapi kebiasaanku tersebut. Yang seperti ini perasaan apa?
Jujur aku malu saat menangis ketika membawakan pidato pernikahan Hana dan Jaehyun hyung tadi. Kenapa aku harus menangis? Apa aku benar-benar terharu? Apa melepas sahabat menikah biasanya akan terasa sedemikian mengharukannya?
“Pabo..” kurasakan bibirku mengutuk diriku sendiri sambil tersenyum. Aku mendongak menatap langit yang terlihat dari beranda belakang gedung pernikahan ini. Mungkin nanti akan ada saat-saat aku kehilangan Hana karena dia sudah menjadi istri orang. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya. Aku yakin Hana akan bahagia bersama Jaehyun hyung. Jika aku ditanya siapa orang terbaik di dunia yang pantas buat Hana, aku hanya akan menyebut Soohyun dan Jaehyun hyung.
Seharusnya aku bahagia jika ingin agar Hana bahagia, bukan? Diam-diam aku memuji tindakan cerdas umma yang menjodohkan Jaehyun hyung dengan Hana.
                                                            ***
Empat bulan yang lalu..
Hana berulang kali menyentuh pipinya, blushing, saat terngiang-ngiang kata-kata bos besarnya tadi.
“Hana-ya, jika aku memintamu menjadi menantuku, apa kau bersedia?”
Hana tersedak udara, saat ini yang terakhir berada di ruang rapat hanya dirinya dan direktur perusahaan, Nyonya Moon. Dia menoleh ke sekitar untuk memastikan jika memang Nyonya Moon sedang berbicara dengan dirinya.
 “Nde?” dengan tolol Hana seolah meminta penjelasan.
Nyonya Moon tersenyum, “Aku akan sangat bahagia jika kamu bersedia menjadi menantuku, Hana-ya”
“Eng.. eh, saya tak tahu harus bilang apa pada Anda, Nyonya Moon. Saya.. er..” Hana tak bisa meneruskan ucapannya.
Nyonya Moon terkekeh, lalu menepuk pundak Hana pelan.
“Aku jamin, kau tak akan menyesal menjadi menantuku, Jung Hana”, ujar Nyonya Moon sembari berjalan meninggalkan ruang rapat.
Sungguh Hana tak bisa berhenti tersenyum, Nyonya Moon memintanya menjadi menantunya, Direktur Utama di perusahaan clothing The Moon’s tempat dia bekerja sebagai Pimpinan Manajer. Nyonya Moon ibu dari Moon Joowon, teman baik sekaligus pria yang dia taksir dari dulu.
“Kau kenapa?”
Seorang pria menghampiri meja tempat dia duduk di bagian belakang cafe, lalu ikut duduk bersamanya. Pria ini, Kim Soohyun, juga adalah teman baiknya.
Soohyun, Joowon dan Hana adalah satu paket. Orang-orang mengenal mereka sebagai cupcakes trio. Mereka membangun sebuah cafe cupcake dan kopi karena kesukaan mereka pada cupcakes. Selain Joowon yang murni menjadi cheff, Soohyun yang jadi guru SMA dan Hana yang bekerja di perusahaan clothing milik keluarga Joowon, bergantian menjaga dan memproduksi cupcakes di cafe mereka. Bagaimana mereka bisa berteman baik, sangat panjang jika diceritakan. Bisa dibilang mereka bertemu dan berkenalan dalam sebuah perlombaan membuat cupcakes saat mereka masih menjadi pelajar.
Hana terkikik, “Tidak apa-apa” sahutnya sok misterius.
Soohyun memutarkan bola matanya, “Tidak apa-apamu selalu berarti sangat apa-apa buat ku dan Joowon, ingat?”
“Aku kenapa?” tiba-tiba seorang pria datang lagi, dia memakai baju cheff dan sebelah pipinya belepotan tepung sementara tangannya memegang satu cup bubble tea, “Mau?” dia menawarkan minumannya ke kedua orang yang lebih dulu duduk.
Soohyun menggeleng, namun Hana hanya mengerling dan mengedip-ngedip genit. Joowon yang semula hendak duduk di samping Hana sedikit takut. Dia menggeser duduknya mendekati Soohyun.
“Dia kenapa?” bisiknya tanpa terlalu berbisik sehingga Hana bisa dengar apa yang dia tanyakan pada Soohyun.
Hana mencondongkan badannya ke arah Joowon, tapi yang di tuju semakin menggeser posisi badannya ke arah Soohyun.
“Oppaaaa~” panggil Hana ke Joowon dengan nada manja.
“Apa??” tantang Joowon, dia terlihat benar-benar takut, sebelah tangannya memeluk lengan Soohyun dengan sebelah tangan yang memegang bubble tea diacungkan ke arah Hana sebagai perisai.
Hana tersenyum, “Aku tau sebenarnya kau juga menyimpan rasa terhadapku, Oppa” ujar Hana sedikit seduktif. “Just admit it lover boy!”* desisnya sambil nyengir.
Joowon mengerjapkan matanya sekali, bingung.
Soohyun terkekeh, “Duh, women and their hormones on the month” komentarnya.
Joowon menoleh ke arah Soohyun, ekspresinya bingung. “Apa?”
Soohyun melepas cengkeraman Joowon dari lengannya lalu berusaha bangkit, “Kau seperti tak tau saja jika Hana.. well, uh we can say its stupid period factor hahaha”.
“Hey hey, jangan tinggalkan aku! Hana akan memakanku!” Joowon merengek ke arah Soohyun yang mulai memakai seragamnya cheffnya.
“Itu urusanmu, ..hyung” Soohyun menambahkan kata paling belakang dengan nada licik.
“SOOHYUN-AH! KIM SOOHYUN! KEMBALI KAU..!!” teriakan Joowon seperti orang tercekik.
Hana tertawa, dia memamerkan jemarinya dengan centil. “You gotta put a ring on it soon, eh?”*
Joowon yang semula hendak mengesot mengejar Soohyun, jadi terhenti.
“Huh?” dengan tampang bingung joowon mendongak ke arah Hana yang membungkuk ke arahnya.
Just get in touch with your feelings, Babe!”* bisik Hana penuh perasaan lalu mengusap poni depan Joowon dengan gemas, dia melangkah meninggalkan Joowon yang masih dalam posisi hampir mengesot di lantai dan menuju ke dapur dengan tertawa renyah.

PS: * Hana mengucapkan penggalan kalimat LSP dari serial Adventure Time dari cartoon Network
                                                              ***
Resepsi pernikahan Hana dan Jaehyun
Resepsi pernikahan telah usai, para tamu sudah berjajar di depan gedung untuk menunggu Hana melempar buket bunga sebelum menuju ke rumah baru bersama suaminya. Hana memeluk ibunya erat sebelum keluar dari gedung. Dia akan sangat merindukan kehidupan lamanya. Menikah dengan orang yang belum kau kenal baik, apa yang bisa diprediksikan di hari-hari selanjutnya?
Perjalanan sepulang dari gedung resepsi sangat sepi, hanya ada Jaehyun dan Hana di dalam mobil, dengan suasana canggung.
“Jaehyun-ssi..”
Jaehyun menoleh saat mendengar Hana memanggil namanya.
“Begini..” Hana menarik nafas sejenak sebelum memulai pembicaraannya. “Aku tau, pernikahan ini bukanlah apa yang kau mau. Dan aku hanya ingin memberi tau jika ini juga bukan apa yang aku mau.” Hana menelan ludahnya dengan susah, rasanya berat menjelaskan semua ini terhadap Jaehyun.
“Eng.. bolehkah aku memanggilmu Oppa?” tanya Hana hati-hati.
Bibir Jaehyun berkedut dibagian ujungnya, yang Hana asumsikan sebagai senyuman sekilas. “Tentu saja kau harus memanggilku Oppa, orang-orang melihat kau sebagai istriku.” Sahut Jaehyun singkat.
Hana ikut tersenyum mendengarnya.
“Aku lega mendengarnya.” Pundak Hana perlahan-lahan mulai lemas, tak setegang tadi. “Kupikir, karena kita sama-sama tak menginginkan pernikahan ini namun juga tak bisa menolaknya, kita bisa membuat semuanya lebih mudah dengan saling mengerti perasaan masing-masing” Hana melirik ke arah Jaehyun yang masih berkonsentrasi pada setir. “Bagaimana menurutmu?”
“Joha..” Jaehyun menjawab singkat. Hana mengerutkan kening. Agak tak puas dengan jawaban Jaehyun.
“Oppa... apa kau punya seseorang yang kau sukai?” tanya Hana iseng.
Jaehyun mengerutkan keningnya, sedikit berpikir, namun tak melepaskan pandangannya dari depan. “Tak ada..” sahutnya.
“Aku menyukai Joowon Oppa, kau sudah tau?” ungkap Hana tiba-tiba. Ekspresi Jaehyun sedikit berubah. Namun Hana tak mampu menebaknya karena sekejab kemudia dia sudah kembali seperti biasa dengan wajah tanpa emosi yang tak terbaca.
“Oh..” Jaehyun menjawab, dia mengangguk pelan tanda sudah tau.
Hana nyengir, “Kau membuatku malu..” dia terkikik sambil menutupi wajahnya.
“Aku sangat sangat sangat sangat sangat sangaaattttt menyukai Joowon-oppa, hehe..”
Jaehyun tak menanggapi.
“Kenapa kau tak menolak pernikahan ini jika kau menyukai Joowon?” tiba-tiba saja Jaehyun melemparkan pertanyaan. Hana terdiam, sedang mencari jawaban, lalu membalas.
“Oppa sendiri, kenapa tak menolak pernikahan ini?” tukasnya pelan. Suasana kembali canggung. Hana sedikit mengutuk lidahnya yang menceplos begitu saja. Jaehyun bukanlah Soohyun yang bisa dia ajak bicara tentang hal kekanak-kanakan hingga perang dunia, harusnya Hana tau itu.
“Benar juga, kenapa aku tak menolak pernikahan ini ya?” Jaehyun menyahut, ada sedikit nada pahit yang mampu Hana rasakan namun tak begitu kentara sehingga Hana tak menanyakannya lebih lanjut.
Suasana kembali hening. Hana menghela nafas sesikit kesal. Sepertinya Jaehyun nyaman dengan suasana kaku seperti ini, sementara Hana yang terbiasa heboh merasa sedikit tersiksa.
“Apa kau selalu seperti ini?” Hana sedikit menyemberutkan bibir.
“Apa?”
“Maksudku, kau selalu dingin dan tak banyak bicara. Waktu direktur mengenalkan kita seusai pemotretan untuk majalah itu kau juga dingin sekali” hana mendengus dan memalingkan pandangan ke luar jendela.
“Kau harus memanggilnya umma..”
Hana menoleh ke arah Jaehyun lagi, “apa?” keningnya berkerut tak mengerti.
“Direktur adalah ummaku, jadi sekarang kau harus memanggilnya umma saat tidak di kantor..” Jaehyun menjawab singkat sambil masih berkonsentrasi ke jalan di depan.
“Aaaah, benar juga” Hana terkekeh. “Jadi?”
“Apa?” Jaehyun yang mengerutkan keningnya kali ini.
“Pertanyaanku tadi, kau belum menjawabnya. Apa kau selalu seperti ini, hung?” Hana bertenya dengan penuh penasaran, dia memandang profil samping Jaehyun dengan perhatian, “Oppa, kenapa kau bisa setampan ini?”
Hana menutup mulutnya dengan kaget, pertanyaan tadi seharusnya haya ada di dalam pikirannnya saja, tapi mulutnya tapa sadar menceploskan pertanyaan itu begitu saja.
Jaehyun terlihat agak terkejut, namun tak lama kemudian dia melirik Hana dengan pandangan menggoda.
“Jadi pertanyaan yang mana yang harus ku jawab, Hana-ya?” Jaehyun mengulaskan senyum yang membuat hati Hana serasa melorot ke perut.
“Aish.. lupakan” Hana menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu memalingkan pandangan ke luar jendela, malu.
Jaehyun terkekeh pelan, cara dia ketawa sangat lucu hingga Hana harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan dirinya agar tidak mencubit kedua pipi Jaehyun karena gemas.
“Kita sudah sampai, Hana-ya”
Jaehyun keluar dari mobil lalu berjalan ke arah pintu keluar sisi Hana untuk membantu membukakan pintu dan mengangkat gaunnya yang lebar.
“Ini rumahmu, Oppa?” tanya Hana sedikit takjub dengan bentuk rumah yang ada di depannya. Seperti rumah impian yang selama ini selalu dia singgung berulang-ulang dengan Soohyun dan Joowon.
Rumah itu berwarna putih sederhana dengan dua tingkat, namun tingkat pertama sepenuhnya terbuat dari kaca dan menghadap taman kecil di samping dengan kolam kecil dan gazebo yang mengapung di atas kolam dan lantainya terbuat dari kayu sepenuhnya. Hana terpesona, bagaimana bisa Jaehyun tau bentuk rumah idamannya?
Welcome home, Hana..” bisik Jaehyun sambil menggengam tangan Hana perlahan. Hana masih terpukau hingga tak mampu melangkahkan kakinya dari sisi mobil.
“Kita akan bisa melaluinya dengan baik.. kita akan menjadi teman baik..” lanjut Jaehyun, Hana menoleh ke arah Jaehyun dan membalas genggaman tangan Jaehyun, meremas tangannya pelan sebagai tanda persetujuan. Kita mampu melewatinya, Oppa.. aku dan kau.. bisik Hana dalam hati.
***
“Jadi ini yang kau sebut sarapan?” Hana mengeluh keras, dia menggantung kakinya agar tidak menyentuh lantai sementara tangannya merapatkan bedcover yang sedari tadi dia lilitkan di badannya.
“Kau harus diet, gilaa kupikir punggungku akan patah saat menggendongmu tadi” Jaehyun balas menggerutu, dia menyendok sereal yang ada di hadapannya sambil menggerak-gerakkan lengan kirinya yang kebas setelah menggendong Hana turun.
“Jangan mengalihkan pembicaraan.. ” Hana merengut tapi dia juga menyendok sereal bercampur potongan strawberry dan kiwi beku yang ada di hadapannya. “Lagi pula berat badanku sudah turun saat mempersiapkan pernikahan kita sebulan lalu”.
Jaehyun memberi Hana lirikan yang mengisyaratkan rasa tidak percaya, “Oh ya? Berapa kilo?” sahut jaehyun tak perduli
“tujuhratus limapuluh gram..”
Jaehyun tersedak saat mendengar jawaban Hana, separuh menahan tawa dan separuh mengunyah sereal.
“Apa kau tau berapa banyak 750gr itu, HAH?? Kau bisa membuat steak yang bisa kau berikan untuk banyak orang dari daging segitu, TAU?!” Hana merasa tak terima karena Jaehyun tertawa menyepelekannya.
Jaehyun masih terbatuk-batuk sambil tertawa, dia merasa ada potongan strawberry yang masih nyangkut ke saluran pernafasannya.
“Jadi kau protes karena aku menyebut sereal ini sebagai sarapan, apa kau bisa melakukan yang lebih baik dari ini?” Jaehyun telah sepenuhnya berhenti tertawa dan kembali ke dirinya yang selalu bertampang dingin.
Hana menepuk keningnya pelan, orang ini mudah sekali mengganti topik pembicaraan, ugh..
“Apa kau mau ku buatkan pancake? Cupcake? Atau sesuatu yang manis dan perlu di panggang lainnya?” Hana balik bertanya dengan serius.
Jaehyun mengerang, “Lupakan, aku benci makanan manis, apalagi di pagi hari..”
“Tapi sereal ini, man-..” Hana tak bisa melanjutkan ucapannya, dia baru sadar sereal yang dia makan terasa hambar, eng mungkin sedikit gurih karena susu fullcream yang dicampurkan Jaehyun dan asam dari potongan buah. Hana melebarkan matanya, bagaimana bisa dia tak merasakan semua ini? terlebih dari itu, bagaimana bisa dia bisa memakan sesuatu yang tidak manis seperti ini? Hana, Joowon dan Soohyun adalah penggemar makanan manis.
Masih sambil membelalakan matanya, Hana menoleh ke arah Jaehyun yang menyorotlan pandangan sedikit meledek seperti , you gotta say something, hah?
 Hana menggelengkan kepalanya lalu memakan serealnya dalam diam, tidak terasa buruk sih. Hanya saja obrolan dan cek-cok ringan dengan Jaehyun bisa mengelabuhi lidahnya untuk menelan sesuatu yang tidak manis tanpa menyadarinya. Hana mendesah. Sepertinya pernikahan ini akan berjalan tak seperti apa yang dia prediksikan sebelumnya.
                                                                 ***

                                                            Bersambung


kira-kira beginilah Jaehyun kalau dilihat dari samping XD