Selasa, 17 April 2012

[PUISI] Hujan (lagi)

kemarin saya menikahi hujan, bapak.
banyak doa dalam basahnya.
ditasbihkan tulus oleh seluruh butiran jernih.
bukankah yang saya temui harusnya gembira?
bukan, bapak. bukan gembira. hujan memang tak pernah menangis, tapi saya lebur hari ini bapak.
baru saja hujan memberi saya surat cerai.
mengapa mencintai dan dicintai harus punya rumahnya sendiri-sendiri?
saya asing diantara keduanya.
(23 November 2011. rindu.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar