Karenamu aku ini gunung tinggi. Terdiam di tanah, tak usik jika tak
diusik. Yang kutatap kamu, jauh di ujung perjalanan. Antara kita cuma
rimba, jalan, tanah lapang, pepohonan, rumah dan pantai putih landai.
Hujan
do'a yang larutkan harap, biarlah kujadikan sungai menuju kakimu. Ikat
tawarnya dengan buih asin. Teluk tak kan menyesatkannya hingga jauh
darimu. Laut. Dan tetap jadi tujuan.
Aku disini yang angkuh.
Senantiasa menghitung tepian langit lebar. Kubentangkan hingga horizon
matahari. Tetap jua tak ada jumpa yang kembali.
Bosan, seringkali tiada menggoda. Bergeming dalam tatap tetapku hingga kantuk.
Ucapmu terpagut senja menuju buta. Tiada lagi kita. Tiada lagi sisa.
::
angin menjatuhkanku dalam lelap, terpaling mataku. Ternyata kita beradu
punggung. Bagaimana bisa kulihat? Rapuh semua pencarian sosokmu
dikejauhan, jika ternyata kita sdekat ini. Jangan mencari. Aku pun tiada
lagi mencari. Kita telah bertemu sebenarnya. Dalam do'a-do'a baik. ::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar