Rabu, 21 November 2012

[Fanfic] Two Moons Chapter 2 => Lonely








Characters: Lee Chaeri & Jung soora

Tags: OC, Friendship, School-life, angst, Family, Hurt, Hate.

Description: teman bisa membuat hidupmu lebih baik atau juga makin buruk.

Foreword:
Ini ff pertamaku, Thena, yang berkolaborasi dengan twin-ku, chiqux. :D
Karena kami sama-sama udah ga terlalu tertarik dengan yaoi, (iya ga, poo?) jadi kami membuat sebuah ff friendship tentang cewek. Humm~ Ini bisa jadi ff pertamaku yang bertema begini.

Karena chapter pertama sudah menjelaskan tentang kehidupan singkat Soora, maka kali ini chapter kedua akan menceritakan sekilas kehidupan Chaeri. Dan permulaan cerita baru akan kami mulai di chapter 3. ^^

Meski bertema fanfic, tapi setiap tokoh idola disini tidak berperan seperti aslinya dan hanya berperan sesuai imajinasi para author. Kami juga memberikan gambaran para tokoh-tokoh utama yang akan muncul agar memudahkan pembaca membayangkan karakter yang kami tulis. Selamat membacaaaa~ ^^

Plot:

Lee Chaeri




Usia: 17 tahun
kelas 2 di  KyungHee Senior High School

anak tunggal, dibesarkan dalam keluarga yang masih menganut berbagai macam aturan membuatnya menjadi seorang pendiam dan penyendiri. Tak berminat menjalin relasi apapun dengan sesama murid di sekolah yang sama dan belum pernah mempunyai seorang teman pun. Bersedia berinteraksi dengan orang sepanjang hanya masalah akademis seperti tugas atau project kelas. Irit berbicara sehingga kadang-kadang orang menganggap dia tak ada. Dia benci sesuatu yang bising dan sama sekali tak punya selera humor. Rajin dan tepat waktu. Tak pernah berhura-hura seperti gadis seusianya. Pintar bermain piano dan menyukai musik. Dia sangat menyukai dance tapi kedua orang tuanya tidak pernah menyetujui Chaeri menjadi seorang dancer. Selalu membawa headphone kesayangan kemanapun dia pergi. Dia menyukai benda-benda atau sesuatu yang lucu/imut.

Jung SooRa





Usia: 17 tahun
Kelas 2 di KyungHee Senior High School

Gadis yang ceria, anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakak-kakaknya perempuan. Dia selalu di tindas saat di sekolah tapi tak pernah ambil peduli. Takut dengan gelap dan benci keadaan sepi. Slogan andalannya adalah “Make Some Noises!!” meskipun selalu di tindas tapi dia menganggap semua orang di sekolah adalah temannya. Ketiga kakak dan ibunya sangat memanjakannya, tapi dia sangat ceroboh. Dia bahkan bisa tersandung kakinya sendiri. Bersama kakak keduanya dia punya seribu ide jahil. Suka berkata tajam saat dia merasa kesal. Suka bermain piano. Suka makan dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Meskipun dia anak yang ceria tapi sebenarnya Soora adalah kotak rahasia tanpa kunci. Dia menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri. Dia tak mempercayai orang lain kecuali kakak keduanya; Jooyeon, bahkan dia tak mempercayai ibunya sendiri. Dia punya masa lalu yang suram. Dia benci jika tak bisa menebak apa yang orang pikirkan.

Kwon Boa




Kwon Boa, nama yang digunakannya di rumah keluarga Lee. Sedangkan namanya setelah menikah adalah Jung Boa. Dulunya adalah seorang penyanyi namun sekarang dia adalah pelayan pribadi, guru les, pengawas, juga satu-satunya teman Chaeri. Boa sudah bekerja di rumah keluarga Lee sejak Chaeri berusia sepuluh tahun dan selama itu hanya dia satu-satunya yang paling sering bicara dengan Chaeri. Karakternya yang lembut, tenang dan penyabar membuatnya selalu berusaha memahami Chaeri dan menjadi satu-satunya tempat bagi Chaeri untuk sedikit bisa menjadi seperti manusia. Meski begitu Boa tetap tak pernah memahami karakter Chaeri dan selalu berusaha membuat Chaeri semakin terbuka. Pertama kali bertemu Soora saat anak itu mengikuti Chaeri sepulang sekolah membuatnya berpikir kalau mungkin hanya Soora satu-satunya orang yang mungkin akan diterima Chaeri suatu saat nanti.

Jung Yoogeun




Putra Boa yang juga tinggal bersama di rumah keluarga Lee. Karena masih berusia lima tahun, Yoogeun selalu mengajak Chaeri bermain kalau gadis itu ada dirumah dan Chaeri lebih sering mengabaikannya. Alasan kenapa Boa mengajak Yoogeun tinggal bersamanya di rumah keluarga Lee adalah agar Chaeri yang anak tunggal tidak merasa kesepian dan bisa sedikit lebih menjadi manusia pada umumnya.

Lee Dongwook




Ayah Chaeri. Sejak kecil dia dilahirkan dari keluarga kaya dan membuatnya terdidik dengan sangat ketat. Ketika Chaeri lahir, pada akhirnya putri tunggalnya pun di didik dengan sangat ketat. Setiap harinya sangat jarang berada di Korea karena sibuk dengan bisnisnya yang tersebar di beberapa negara Eropa. Tidak bisa memberikan kepercayaan penuh kepada orang lain dalam mengurus Chaeri, termasuk kepada Boa. Setiap harinya selalu memantau keadaan Chaeri dengan meminta bantuan Lee Nam Soo, keponakannya yang satu sekolah dengan Chaeri. Meski terkesan sangat melidungi Chaeri, tapi ayahnya tak pernah ada untuk Chaeri dan dengan mudah akan marah kalau Chaeri tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan standarnya sebagai orang kaya. Orang yang paling ditakuti Chaeri.

Lee Ahyun



Ibunda Chaeri yang dulunya adalah seorang aktris juga musisi terkenal. Berhenti bekerja di dunia entertainment sejak menikah dengan ayah Chaeri. Saat ini sibuk mengurus sekolah musik yang dia bangun bersama dengan beberapa rekannya dan menjadi guru musik disana. Darah seniman yang mengalir di diri Chaeri murni darinya. Sejak kecil melatih Chaeri memainkan berbagai jenis alat musik juga mengajari tata cara bernyanyi, hanya saja tidak suka ketika melihat Chaeri menari. Baginya, menari bukanlah hal positif bagi perempuan yang seharusnya bisa menjaga tingkah laku. Sama seperti suaminya, Ah Hyun juga sangat jarang berada di rumah dan sejak sang suami sibuk bekerja di luar negri, dia juga lebih suka menghabiskan waktu di luar sehingga segala sesuatu tentang Chaeri hanya diketahuinya dari Boa yang juga salah satu temannya saat masih menjadi aktris.

Lee Namsoo



Siswa kelas dua di Kyunghee Senior High School tapi tidak satu kelas dengan Chaeri dan Soora. Sepupu Chaeri yang tinggal di rumah keluarga Lee karena ditugaskan untuk mengawasi Chaeri. Sifatnya sedikit urakan dan menyebalkan dan terkadang kata-katanya yang pedas mampu membuat Chaeri merasa agak tertekan. Meski begitu, Namsoo yang sejak kecil adalah teman bermain Chaeri sangat melindungi sepupunya itu. Dia tak suka melihat Chaeri selalu tampak membantu Soora yang selalu di-bully dan akhirnya jadi membenci Soora yang tampak istimewa bagi Chaeri.
.
.
.

“Kau yakin?”
                        “Kenapa? kau terdengar khawatir.”

“Hanya memastikan”

                        “ Tapi penuh rasa khawatir, kan?”

“Apa kau merasa tersanjung?”

.
.
.

Chaeri heran, kenapa di dunia ini Tuhan menciptakan manusia seberisik Soora. Dengan perawakannya yang kecil mungil dia seolah petasan caberawit yang harus selalu meledak, serius deh, apa dia pernah menelan radio di kehidupannya yang lalu? Chaeri juga tak mengerti kenapa dia harus merasa selalu tergerak untuk membela saat Soora sedang di bully oleh Kim Sunhee? Juga kenapa Soora terlihat tak pernah punya beban? Chaeri ragu Tuhan memberikan dia otak atau tidak, sepertinya dia tak pernah memikirkan sesuatu. Hidupnya selalu dipenuhi dengan senyum, bahkan saat dia sedang ditindas oleh Sunhee.

Soora heran, kenapa di dunia ini Tuhan masih memelihara orang yang tak tau terimakasih atas anugerah seperti Chaeri. Banyak sekali orang bisu yang berusaha untuk bicara, tapi seperti orang kaya yang pelit Chaeri tak pernah membagikan suaranya kepada orang dengan mudah. Bahkan dia sepertinya telah lupa caranya tersenyum dilihat dari betapa kakunya bentuk mulutnya itu. Soora bersumpah untuk terus mengganggu Chaeri dan membuatnya berbicara seperti orang normal.  Soora pikir dia terlihat seperti manusia biasa ketika sedang marah. Orang-orang tak pernah tau dia ini ada atau tidak jika dia hanya diam seperti kura-kura. Duh, serius deh, suara  paling keras yang pernah dia bikin mungkin hanya pada saat matanya mengedip. Apa kerennya coba jika manusia hanya berkedip sepanjang hari?

***

Chapter 2
~Lonely~

KRIIIIINGGG!!

Lengkingan nyaring dari sebuah jam waker klasik diatas meja kecil tepat disamping sebuah tempat tidur berukurang king size sontak memenuhi ruangan itu. Sebuah kamar dengan dekor yang sedikit simpel namun tetap menunjukkan betapa apik dan rapihnya si pemilik kamar yang sudah bergeliat malas di balik selimut tebalnya. Perlahan satu tangan dari balik selimut bergerak menuju jam itu dan menekan tombol diatas si jam untuk menghentikan kicauan menyebalkan itu.

Chaeri segera menyibakkan selimut yang semalaman menutupi tubuhnya, menggeliat sebentar sambil mengucek matanya yang terasa berat. Cahaya sinar matahari yang masuk melalui sela-sela jendela kamarnya cukup menjadi penerangan kamarnya pagi itu. Suara kicauan burung pun terdengar nyaring. Kebanyakan orang, mungkin akan tersenyum ketika menikmati pagi yang setenang itu, beryukur kepada Tuhan bahwa mereka masih diizinkan bangun hari itu, tapi tidak untuk Chaeri. Tak ada senyum di wajahnya. Air mukanya pagi itu sama persis dengan ketenangan paginya.

Sebuah ketukan halus terdengar dari pintu kayu kamarnya. Pintu bercat putih itu terbuka perlahan dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang menggunakan blazer merah tua dan kemeja putih lalu dipadukan dengan rok selutut yang menambah kesan elegan dalam dirinya.  “Nona Lee, sudah saatnya untuk bangun. Sarapan sudah siap.” ujarnya sambil tersenyum ramah kearah Chaeri yang justru memalingkan wajahnya.

Setelah mengatakan itu, wanita itu hanya tersenyum. Namun sebelum dia menutup pintu kamar Chaeri, seorang anak kecil mendadak masuk ke dalam kamar Chaeri. “Yoogeun-ah.”

“Noona~ Celamat pagi…” Yoogeun berlari menghampiri tempat tidur Chaeri sambil tersenyum lebar. “Ari ini Eomma macak makanan kecukaan Noona.” Kalimat yang terlontar dari bibir mungil anak lak-laki yang masih berusia lima tahun itu mampu menyita perhatian Chaeri. Nada cadel dan kalimat yang tidak jelas itu membuat Yoogeun tampak terlalu manis. Apalagi kedua pipinya yang gemuk dan tampak seperti kue mochi itu merona kemerahan karena udara dingin pagi ini. Sangat menggemaskan, batin Chaeri. Hanya saja mulutnya teralu kaku untuk mengatakannya.

Chaeri melirik kearah wanita yang masih berdiri diambang pintu kamarnya. “Boa-sshi…” panggilnya pelan, mengisyaratkan kepada sang pelayan untuk memanggil anaknya yang tampaknya sudah agak mengganggu Chaeri.

Wanita bernama Boa itu tersenyum kecil sambil berjongkok. “Yoogeun-ah.” panggilnya lembut dan membuat bocah tadi menoleh kearahnya. Boa melambaikan tangannya dan Yoogeun langsung berlari menghampirinya. “Ayo kita tunggu Chaeri Noona di ruang makan.”

“Iyap~ Noona! Aku tunggu di uang akan, yaa~” Yoogeun langsung berlari keluar dari kamar Chaeri dengan sangat riang.

Boa kini kembali berdiri dan menutup pintu kamar Chaeri. Sepeninggal Boa dan Yoogeun, kamar itu kembali terasa hening bagi Chaeri, tapi justru itulah yang terbaik. Perlahan Chaeri akhirnya turun dari tempat tidurnya dan melangkah kearah jendela kamarnya, membuka tirai putih itu dengan cepat.

Hari yang cerah untuk memulai hari baru di sekolah. Ya, hari ini Chaeri akan mulai menjadi siswa kelas dua. Gadis itu melirik jam di atas meja kamarnya, masih jam enam, masih teramat pagi. Tapi Chaeri tak peduli, dia akan pergi ke sekolah secepat yang ia bisa sebelum sekolah menjadi sangat ramai.

Chaeri benci keramaian dan segala hal yang berhubungan dengan itu.

Setelah berpakaian rapih dengan seragam sekolahnya, ditariknya tas sekolah berwarna pink yang sudah siap di pinggir kursi belajarnya. Dan satu hal yang tak akan pernah Chaeri tinggalkan, ponsel pink kesayangannya dan iPod miliknya. Di kalungkan headphpone di lehernya dan Chaeri akhirnya berjalan keluar dari kamarnya.

Tak ada senyum atau sapaan apapun darinya ketika beberapa pelayan rumahnya menyapanya. Chaeri memang seperti es. Es yang mungkin sudah tak bisa dicairkan dengan kehangatan apapun.

***

Chaeri melangkahkan kakinya keluar dari sebuah Sedan hitam yang mengantarnya pagi itu. Tentu saja mobil mewah itu menyita perhatian beberapa siswa yang lewat didekatnya. Ayolah~ Siapa yang tak akan terpana kalau melihat ada barang mewah disekitarnya?

Namun saat melihat Chaeri yang keluar, para siswa itu langsung pura-pura mengabaikannya.

“Nona Lee, aku akan menjemputmu sepulang sekolah nanti. Semoga harimu menyenangkan.”

“Noona, hwaiting!!”

Chaeri sama sekali tak memperdulikan ucapan Boa dan Yoogeun dari dalam mobilnya dan langsung meninggalkan mobil itu. Beberapa anak perempuan yang berjalan di dekatnya mulai menggumamkan dirinya, mengatakan betapa sempurnanya hidupnya atau mungkin mengejek sifat ratu esnya. Chaeri mendengarnya. Hey, dia tidak tuli, dia bisa mendengar semua ucapan orang tentangnya. Namun Chaeri tak mau mempedulikannya.

Dengan segera Chaeri sudah masuk ke dalam kelasnya dan sengaja memilih kursi paling belakang yang masih kosong. Duduk diam disana sambil memandangi layar iPod atau ponselnya secara bergantian. Kegiatan efektif yang paling cepat membunuh waktunya yang membosankan, begitu menurutnya.

Semakin lama suasana kelas semakin bising dan ramai, beberapa siswa mencari tempat duduk paling strategis untuk menyimak pelajaran atau sekedar agar bisa mengobrol. Namun tak ada satu orangpun yang ingin duduk bersama Chaeri. Sebagian siswa disana pernah sekelas dengan Chaeri dan kenal betapa pendiamnya gadis itu.

“Lee Chaeri!!!”

Chaeri mengalihkan matanya ketika ada seorang yang menyerukan namanya. Di depan pintu kelas, seorang pemuda dengan wajah ulzzang dan hoodie putih melambaikan tangannya penuh semangat kearahnya. Sepupunya, Lee Namsoo.

“Hey~ Hey~ Nanti kau pulang bersamaku, oke!” seru Namsoo lagi.

Chaeri hanya memalingkan wajahnya kearah jendela, enggan menanggapi sepupunya itu sampai akhirnya Namsoo berhenti memanggilnya dan meninggalkan kelas itu.

Lama sekali sampai akhirnya Chaeri mendengar suara seseorang terjatuh tak jauh dari tempatnya duduk. Chaeri sempat menoleh dan melihat ada anak perempuan yang sudah berusaha berdiri dengan mengulas senyum bodoh. Tak ada apapun di lantai yang mungkin bisa membuatnya terjatuh kecuali kaki-kaki meja dan kursi. Tapi apa iya ada orang yang dengan bodohnya bisa tersandung karena hal itu?

“Hehe~ Aku tak apa-apa. Aku tak apa-apa.” ujar si anak perempuan tadi dan sontak semua murid di kelas itu tertawa.

Seakan tak mau ikut campur, Chaeri langsung memalingkan wajahnya lagi kearah iPod-nya dan menelusuri sederet musik yang ingin dia dengarkan agar suara berisik di kelas itu terusir dari indera pendengarannya.

Namun sekaan Tuhan tak mengizinkan Chaeri mendapat ketenangannya, suara tas dibanting cukup kasar membuat Chaeri mampu mengerutkan keningnya agak gusar.

“Hai, boleh aku duduk disini?”

Chaeri hanya melirik gadis yang kini berdiri disampingnya sekilas. Hanya sekilas, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya tadi. Merasa diabaikan, si gadis yang tadi terjatuh itu duduk disamping Chaeri sambil mengulurkan tangannya. Dia berusaha membuka pembicaraan dengan Chaeri, itulah yang Chaeri tangkap darinya.

“Namaku Jung Soora. Dangshineun nugu?”

Anak yang banyak bicara, batin Chaeri. Tanpa mempedulikan gadis yang mengaku bernama Jung Soora itu, Chaeri justru memasang headphone-nya dan menekan tombol volume-nya agar semakin besar. Dia tak mau peduli bagaimana tanggapan si gadis tadi.

“Hey, kau tahu siapa namanya?”

Sebuah pertanyaan itu membuat Chaeri perlahan mengecilkan volume iPad-nya. Si gadis aneh tadi ternyata sedang bicara dengan gadis lain.

“Aku kurang yakin apakah namanya Lee Cherry atau Lee Sheerin.”

“Apa dia bisu?”

“Mungkin.”

Tentu saja Chaeri langsung mengerutkan keningnya gusar karena pembicaraan mereka. Apakah mereka tidak pernah berpikir kalau anak-anak yang bisu itu memiliki sekolah khusus? Kenapa mereka mengira Chaeri bisu? Seseorang kan tidak bisa dikatakan bisu hanya karena dia enggan menjawab pertanyaan orang lain. Kesal, tentu saja Chaeri kesal. Tapi kembali Chaeri berusaha mengabaikannya.

Sebuah colekan membuat Chaeri menoleh dengan kesal. “Hey, kau bisa tahan berapa lama tidak berkedip? Kalau aku sih yakin mampu bertahan selama satu menit.”

Pertanyaan bodoh. Orang ini pasti sudah gila, atau mungkin otaknya terbentur ketika terjatuh tadi, batin Chaeri gusar. Sepertinya anak ini sangat suka bicara, benar-benar tidak berguna, lanjutnya lagi sambil memalingkan wajahnya dari gadis itu.

Kembali gadis tadi mencoleknya dan Chaeri kembali menoleh. “Apa kau suka Angry Bird?”

Kali ini Chaeri yakin kalau gadis yang duduk disampingnya mungkin punya kelainan pada otaknya. Atau mungkin Tuhan tak memberikannya otak? Atau yang lebih mungkin lagi, gadis itu tak pernah memakai otaknya meski untuk berpikir, ada orang yang tak suka kalau ketenangannya diusik.

Seperti sebelumnya, Chaeri mengabaikannya dan sebuah colekan kembali mendarat di lengannya. Hey, kesabaran seseorang pasti ada batasnya. Es juga bisa berubah menjadi api, kan?

Chaeri menoleh dengan tatapan marah. “Namaku bukan Lee Cherry atau Lee Sheerin, tetapi Lee Chaeri! Aku tidak pernah melakukan permainan bodoh sepertimu sehingga aku tak peduli berapa lama mataku mampu tak berkedip dan aku benci Angry Bird.” ujarnya dengan nada keras. Chaerin menarik nafas sebentar sebelum akhirnya berteriak, “DAN AKU TIDAK BISU SEHINGGA BERHENTI MENGGANGGUKU!!!”

Chaeri menatap gadis tadi dengan sangat marah, tapi teguran berikutnya membuat Chaeri shock. “Pelankan suaramu, Nona Lee. Aku tak peduli apakah kau benci Angry Bird atau tidak.” Seorang guru sudah berdiri di dalam kelasnya dan menatap Chaeri datar.

“Dan kupikir selama ini kau tak bisa bersuara.” ujarnya dengan nada heran. Seluruh kelas meledak dalam tawa termasuk gadis yang duduk disamping Chaeri.

Sial, batin Chaeri marah. Dia menggigit bibir bawahnya sambil mengalihkan tatapannya ke jendela kelas, mengabaikan suara tawa disekitarnya. Wajahnya sudah sangat merah karena marah juga malu. Ini benar-benar hari pertama yang menyebalkan di sekolahnya.

Ini semua karena gadis bodoh itu, batin Chaeri tak terima sambil melirik Jung Soora yang masih terkekeh sendirian disampingnya.


-TBC-

1 komentar: