Sonet 12Perjalanan kita selama ini ternyata tanpa tanda baca,tak ada huruf kapital di awalnya. Yang tak kita ingataksara apa. Kita tak pernah yakin apakah titik mesti ada;tanpa tanda petik, huruf demi huruf berderet rapat –dan setiap kali terlepas, kita pun segera merasa gerah lagidihimpitnya. Tanpa pernah bisa membaca ulang dengan cermatharus terus kita susun kalimat demi kalimat ini –tanpa perlu merisaukan apakah semua nanti mampatpada sebuah tanda tanya. Tapi, bukankah kita sudah mencarijawaban, sudah tahu apa yang harus kita contrengjika tersedia pilihan? Dan kemudian memulai lagimerakit alinea demi alinea, menyusun sebuah dongeng?Tapi bukankah tak ada huruf kapital ketika kita bicara?Bukankah kisah cinta memang tak memerlukan tanda baca?Sapardi Djoko Damono.
sungguh, B. menceritakanmu rasa tentangmu dalam puisi itu tak pernah bisa cukup. tak ada batas selesai. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar