Senin, 29 Oktober 2012

Dalam Doaku

(Sapardi Joko Damono, 1989, kumpulan sajak
“Hujan Bulan Juni”)

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku
Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu


inilah karya dari seorang bapak yang huruf-hurufnya menjadi rumah bagi tangan saya. serupa Newton, beliaulah yang memantik rasa berpuisi dalam kepribadian saya semenjak belia. beliau tak mengenal saya, pun juga saya hanya mendeskripsikan beliau dari pengetahuan apa yang saya pahami dalam rasa-rasa tulisan beliau.

namun kali ini, saya ingim memposting salah satu karya indah beliau di sini.  tulisan tersebut punya beliau, tapi rasa yang ada di dalam tulisan tersebut sama dengan rasa saya malam ini buat kamu, B.

2 komentar: