Bintang, cukup kau membujukqu genit.
Membuatqu memohon tunduk.
Tidak.
Tak akan aq mau..
Aq marah.
Aq marah pada kerlip kecilmu yang berbohong..
Di belakang punggung, kau sembunyikan rembulan bulat.
Qupikir bulan itu sudah mati..
Ternyata akarnya bercokol kuat.
Tanah lapang semungil bintang, tetapi aq harus sabar mengukur titik demi titik.
Berapa kali lagi hingga lingkaran ini tuntas?
Bintang, kau memang temanqu.
Tak bisakah kau terima ketidaksukaanqu pada rembulan itu?
Di indah, aq tak sanggup.
Kau kata ini iri?
Memang.
Aq bukan langit.
Aq hanya sebuah bumi.
Tempat ribuan mata memandangmu dan memandangnya dg penuh kagum.
Mengerti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar