Kamis, 13 Desember 2012

kamu.., kapan nikah??





"hei hei, si ini tanggal sekian nikah hloooo~"

"eh si itu bulan sekian nikah juga kayaknya..."

"aku juga pengen gitu, cepet-cepet nikah"

"aku juga pengen nikah muda ih, biar ntar selisih antara anakku dan aku umurnya engga jauh-jauh amat"

"hiya lhoo, aku juga pengen cepet-cepet nikah biar lebih halal hubungannya dan engga galau teyuus~"

lalu, kamu kapan nikahnya??

pernah dapet pertanyaan kayak gini nggak? oh saya sering. berasa udah tua deh kalo ditanya kapan nikah wkwkwk. bukan apa-apa sih, cuma saya sendiri merasa saya belum ingin menikah untuk dekat-dekat ini. saya masih ada satu cita-cita yang ingin saya lakukan sebelum menikah. weitsssss... selaw mamen selaw lah, mungkin akan ada banyak sanggahan sehubungan dengan keinginan saya ini. kemaren aja saya sempet bantah-bantahan sama si gabus di whatsapp gegara pokok bahasan yang sama ini.

saya bukannya gamau cepet-cepet nikah, saya mau, tapi saya punya 1 cita-cita yang ingin sekali saya penuhi sebelum menikah. :(

saya ingin bikin ayah dan ibu bangga, saya ingin membalas semua yang telah mereka berikan kepada saya semenjak saya lahir hingga saya sebesar ini, saya ingin menghajikan ayah ibu saya dengan uang saya sendiri. itu aja, sederhana.

saya pernah baca di salah satu ulasannya ustadz Yusuf Mansyur, bahwa cita-cita tertinggi seorang wanita adalah menikah dan punya anak, mengurusi anak-anaknya bersama suami dengan didikan agama.

lalu jika prioritas nomor satu saya justru ingin menghajikan orang tua, apakah itu artinya saya salah? menyalahi kodrat?

terlalu banyak tangisan dan luka yang dipendam kedua orang tua saya semenjak beliau-beliau kecil. ibu saya dulu di'buang' ke desa, disuruh hidup bersama neneknya (nenek buyut saya) karena ibunya (nenek saya) yang tinggal di Jakarta punya anak banyak. ibu disuruh bantu-bantu simbah di desa. 

sementara si ayah, harus kehilangan kakek (ayahnya ayah) semenjak kecil karena ada perselisihan sengketa tanah. semenjak itu nenek sebagai janda harus berjuang sendirian menghidupi putera puterinya yang amsih kecil termasuk ayah saya. sering sawah mereka yang menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian di acak-acak orang hingga gagal panen, atau hasil taninya di curi.

kisah-kisah ayah dan ibu saya masih meninggalkan luka dalam ketika beliau-beliau menceritakan ulang apa saja yang telah mereka alami untuk jadi seperti sekarang.

bahkan setelah membangun rumah tangga sendiri pun kejadian-kejadian yang buruk tak henti-hentinya menimpa keluarga kami. dari mulai orang yang sirik dengan ayah, orang-orang yang ga suka sama ayah atau orang-orang yang menyepelekan ibu.

kejadian terakhir yang membuat saya marah sekaligus sakit hati tapi tak bisa berbuat apa-apa adalah pembakaran ladang kami tepat di bulan ramadhan lalu. ayah berencana membangun rumah di belakang rumah yang sekarang, sebagai jaga-jaga buat kami kedua putrinya. nah ayah nebang beberapa pohon jati dan akasia di ladang yang paling jauh. alasannya karena selain di sana yang pohonnya paling banyak diantara ladang-ladang yang lain juga disana pohonnya rata-rata udah tua, lebih tua dari umur saya malah. soalnya ladang yang itu warisan dari nenek yang ibunya ayah. sekalian memberi kesempatan untuk bibit-bibit pohon muda yang ditanam ayah biar tumbuh tanpa dihalangi pohon-pohon besar nan rimbun.

setelah kelaksana penebangan beberapa pohonnya, sebagian pokok pohon yang bia dipake untuk ngebangun rumah diangkutin pulang. ada sekitaran 2 truk kayaknya, itu udah berbentuk papan-papan dan tiang siap pakai gitu. sisanya akar-akar dan cabang serta beberapa potongan di tinggal dulu soalnya ud ga muat truknya. rencananya mo di angkut lagi setelah bulan puasa dan lebaran soalnya kasihan juga pekerjanya kalo pas puasa angkut-angkut batang kayu yang berat.

setelah pengangkutan pertama, lamaaa sekali kami tak menengok ke ladang itu lagi. soalnya emang tempatnya jauh. hingga akhirnya pertengahan ramdhan kami di uji sama Alloh. ladang yang berisi potongan-potongan kayu yang cukup banyak itu di bakar orang. memang waktu itu musimnya lagi musim kemarau, banyak padang rumput atau ladang-ladang kering yang suka kebakar saking panasnya hari. tapi yang ini jelas-jelas dibakar, ada bau minyak tanah menguar menurut beberapa saksi mata yang memberitahukan hal tersebut pada kami. orang-orang mengira kami yang sengaja membakarnya, tapi buat apa? kayu-kayu itu masih bisa kami manfaatkan untuk hal-hal lain, lagipula kenapa kami hendak membakar milik kami sendiri? orang-orang yang punya ladang di sekitar ladang kami bersaksi jika api tidak merambat ke manapun selain area milik kami, seolah ada perintang yang menghalangi api untuk menyebar luas melebihi ladang kami.memang ada yang sengaja membakarnya.

dua hari-dua malam apinya tak bisa dipadamkan, pun seminggu setelahnya bara api masih saja menganga dari sisa-sisa arang, semua ludes. pohon-pohon mangga siap panen, bibit-bibit pohon muda serta semua singkong yang ditanam di tengah-tengah ladang sbg diversifikasi pertanian ikut ludes. 

ayah dan ibu bilang udah ikhlas, tapi setiap menceritakan kembali kejadian tersebut selalu ada kabut yang mengembun.

saya tau sekali hal itu.

karena itulah saya semakin menguatkan niat untuk menempatkan kebahagiaan ayah ibu di peringkat pertama. saya ingin menghajikan mereka berdua. saya ingin senyum di wajah mereka. saya ingin mereka bahagia atas apa yang telah mereka alami selama ini. 

karena itu, setiap disinggung tentang pernikahan, saya merasa saya belum ingin menikah. mungkin saya menyalahi kodrat, mungkin saya wanita keras kepala, mungkin saya tak cukup mengenyam ilmu agama, saya tak tau. saya hanya ingin kebahagiaan ayah ibu terlebih dulu diatas semuanya.

teman-teman saya bilang nikah setelah lulus kuliah itu waktu yang tepat, jarak anak dan orang tua nantinya tidak terlalu jauh sehingga di masa anak sekolah orang tua masih produktif. dan kodrat tertinggi wanita tentu saja menjadi seorang ibu. bahwa wanita itu dipilih, bukan memilih. bahwa sekeras apapun kamu ingin, jika Alloh memberi lain saya tak bisa mengelak. tentus aja saya tau itu.

tapi ayah dan ibu juga berpesan, setelah lulus paling tidak saya harus mencari apa yang menjadi kesenangan saya dulu, bantu nyekolahin adik baru nanti menikah. karena itu seolah saya diberi lampu hijau. pun saya malu sama diri sendiri jika disekolahin tinggi-tinggi lalu setelah lulus langsung menikah, punya anak. saya merasa seperti menjadi anak yang jahat, anak yang tak berbakti.

saya tau saya tak bisa membahagiakan ayah ibu sebesar apa yang telah beliau-beliau beri kepada saya. saya hanya memilih satu jalan yang paling sederhana dari semuanya dan memiliki kemungkinan besar bisa saya laksanakan, menghajikan orang tua sebagai priorits utama.

saya bukannya membenci menikah muda, saya juga ingin. saya juga selalu bermimpi punya seseorang yang bisa jadi imam dan pemimpin di usia-usia saya sekarang. tapi itu semua tertangguhkan. itu semua menjadi peringkat kedua dalam daftar cita-cita saya.

sering saya digoda teman-teman dekat, memangnya nggak punya seseorang yang sedang diincar untuk menjadi kepala keluarga nanti? saya jujur bilang saya punya, saya telah menetapkan kriteria seperti salah seorang teman untuk nantinya saya pakai jika saya hendak mencari pendamping hidup. tapi jika ditanya siapa yang ada di hati saya sekarang, saya bilang cuma ada Alloh. 

saat-saat saya pernah hampir depresi, ketakutan, bingung dan sakit hati, saya cuma punya Alloh. karena itu cukuplah buat saya Alloh sebagai pelindung saya saat susah dan bahagia saat ini.

jadi ketika ditanya lagi mengenai kapan nikah, saya mungkin akan menjawab nanti saat saya bisa mencapai cita-cita tertinggi saya di usia 27tahun. saya bukannya ingin menunda-nunda hingga seusia itu, saya hanya ingin menetaokan target, maksimal di usia segitu saya sudah bisa menghajikan ayah ibu lalu tinggal melaksanakan prioritas selanjutnya yaitu menikah dan membangun keluarga.

saya tau jika islam mengajarkan mencari rejeki melalui pernikahan dan bukannya menikah setelah mendapatkan rejeki dan bekal yang cukup.  tapiu saya tak bisa memungkiri jika saya ini bukan orang pintar serbabisa yang mampu melakukan multitask, menikah sekaligus mencari rejeki untuk menghajikan orang tua. saya ini tipe orang yang hanya mampu fokus pada satu hal saja sebelum beralih pada hal lain.

biarlah untuk sekarang ini saya bertahan keras kepala dengan prinsip saya. saya tetap merayu dan memohon kepada Alloh untuk memberi jalan sesuai apa yang saya inginkan, namun jika nanti saya diberi jalan yang tidak sesuai dengan yang saya inginkan saya selalu tau jika jalan tersebut yang paling sempurna dari semuanya.

doanya ya teman-teman, supaya saya bisa mencapai apa yang saya rencanakan dengan ridho Alloh :)))


jadi, kamu... kapan nikah? :D

bukankah wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik? Alloh Maha Perencana Segala yang Sempurna





salam
little snaiL <3 p="p">



2 komentar: