Senin, 06 Agustus 2012

feminis or not??

ada yang menarik hari ini. ceritanya saya tadi sedang di dalam bus, perjalanan dari semarang bagian bawah. ada yang aneh ketika saya memasuki pintu bus, beberapa mbak-mbak terlihat berdiri sementara tadi dari luar saya tau bangku depan masih kosong satu.

karena saya merasa saya terlalu lelah untuk ikutan berdiri seperti mereka, maka saya mengambil kesempatan tersebut untuk duduk, toh juga mereka gada yang mau ini kan?

setelah saya duduk, akhirnya saya tau mengapa mereka enggan menempati posisi yang saya duduki tadi. itu dikarenakan teman sebangku saya ..eung.. bagaimana saya melukiskannya, sedikit seram sih. tapi saya tidak peduli, sekali lagi ungkapan dont judge the book from the cover berlaku. saya menyapa bapak tersebut *usianya sekitar 45-50an tahun* sekedar minta ijin/permisi untuk duduk di sebelahnya, dan dia membalas dengan sopan.

tapi bukan tentang ini yang ingin saya ceritakan. inti dari postingan ini dimulai ketika bus tadi berhenti di lampu merah depan pasar peterongan, tepatnya di perempatan metro deket javamall, ada dua orang peminta-minta. seorang bapak tua kira-kira umur 60an dengan kondisi fisik yang kurang, tidak sama seperti yang lain. dan seorang ibu berperawakan besar dengan usia sekitar 50an, fisiknya masih bagus dengan keadaan lengkap.

apa cuma seperti itu? tidak. selama dua menit lampu merah tadi saya menemukan sesuatu yang menarik.

dua orang tadi tidak cuma berdiam diri, tapi.. eng.. sedang bertengkar sepertinya. dengan visualisasi, si bapak tadi yang tidak bisa berdiri dan hanya bisa merayap dengan tangan sedang berusaha melindungi kepala dan seluruh badannya sekuat tenaga karena si ibu tadi memukulinya dengan membabi buta. pemandangan yang miris. tapi menariknya adalah komentar yang saya dengar ketika terjadi peristiwa tersebut.

si sopir yang berada di sebelah kanan bangku saya langsung berteriak sambil menjulurkan kepalanya ke luar jendela bus, *berikut kurang lebih terjemahan yang beliau katakan* "HOI, STOP! APA-APAAN ITU, MAIN KASAR. KALIAN ITU SAMA-SAMA MINTA-MINTA. NGGAK USAH BIKIN RIBUT, NEGARA UDAH CUKUP RIBUT!! " saya sedikit kaget karena reaksi si bapak supir tadi bisa dibilang cepat setelah terjadi pemukulan tadi. dia bahkan menambahkan dengan "JANGAN TAKUT MBAH, LAWAN. LUDAHI SAJA DIA. INI SAMA-SAMA BUMI ALLOH" eng.. saya sedikit galau, haha.. itu kalimatnya yang terakhir pantas didukung tapi awalannya, eng....

tapi yang lebih membuat saya kaget lagi adalah, bertepatan dengan reaksi si supir tadi, reaksi si bapak dengan tampilan seram di sebelah kiri saya jug atak kalah cepat, *berikut kurang lebih terjemahan apa yang beliau katakan* "WOI, BERHENTI! WANITA TAK TAU DIRI, KURANG AJAR. WANITA KOK BERANI MENGINJAK-INJAK LELAKI. BERHENTI!!"

kalian tau apa beda dari kedua komentar tersebut?

ya, keduanya sama-sama menunjukkan empati kepada si embah yang sedang  mengalami 'penganiayaan' tapi isi dari kedua komentar tadi sangat berbeda jauh.

dari si supir saya bisa menangkap ketulusan, namun dibungkus dengan bahasa kasar ala dialog supir angkutan umum sehari-hari. tapi yang kedua?

jujur saya tidak menyukai komentar kedua, mungkin bapaknya tadi memang ingin membela si embah, tapi kalimat yang dia gunakan membuat saya risih. WANITA KOK BERANI MENGINJAK-INJAK LELAKI. memangnya kenapa kalau wanita menginjak lelaki? saya bukannya hendak menggugat hukum atau dalil apapun, tapi perasaan saya terusik. kenapa si bapak harus memberi gender pada rasa empati yang ia lontarkan? apakah korban dan pelaku penganiayaan BUTUH gender??  hal ini mengganggu. seolah ada idealisme yang ikut terlontar bersamaan dengan ucapan si bapak tadi.


saya sepuluh kali lebih memilih bahasa kasar di bapak sopir namun tulus terhadap pelaku dan korban tanpa menyebutkan subyek tertentu dari pada kharisma si bapak berpenampilan seram tadi namun memberi jenis kelamin pada sebuah kasus penganiayaan.

lantas apa artinya ini saya mendukung penuh ajaran feminis? entahlah.
yang saya tau sekarang, saya masih mengandalkan ayah saya. eh mungkin bisa dikatakan seluruh anggota keluarga saya yang semuanya adalah perempuan (ibu, saya dan seorang adik saya) bergantung penuh kepada ayah saya. dan saya tak akan sanggup bila di todong dengan ucapan 'karena kamu feminis, maka saya hormati pilihanmu. sekarang kamu bisa melakukan semua-muanya sendiri tanpa harus melibatkan ayah'. karena saya selalu menyeret ayah saya kemanapun saya hendak pergi. *sigh* derita seorang anak yang tak menguasai satupun jenis kendaraan pribadi hahaha.


jadi apa konklusi postingan ini? semoga anda-anda yang membaca bisa membantu saya menyimpulkan.



salam^^
Babo Little snaiL



4 komentar:

  1. Seyeem men bbee =____= lapor satpol PP wae rak weis hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha itu cuma sebentar kok, jeda 2 menit lampu merah doang~ di seberang jalan, pojok perempatan ada pos polisi malah XD trs di deket java mall kan ada kantor polisi juga..

      Hapus
  2. mmm... kemaren aku sempet baca buku rosemarie putnamtong lagi, menuruku ga ada yang salah dengan pemikiran bahwa laki-laki perempuan setara, tapi bukan berarti perempuan tidak membutuhkan laki-laki dan tidak pula berarti bahwa patriarkal yang selama ini ingin dihapus dapat diartikan bahwa laki-laki tidak membutuhkan perempuan. keduanya saling membutuhkan, keduanya tidak bisa hidup terpisah dan saling lepas, karena keduanya saling melengkapi dari sifat2 alamiah yang dimiliki (maskulin dan feminin). Jadi, baik dalam feminisme atau patriarki sebenarnya laki-laki dan perempuan saling membutuhkan.. menurutku sih hehe..

    BalasHapus