Kamis, 17 Januari 2013

[Fanfic] Two Moons Chapter 5 => Mirror


Two Moons Chapter 5 => mirror





Friend or not, we're tied to each other..


Bel berbunyi tiga kali, sebagai tanda pelajaran akan segera dimulai. Chaeri bergerak-gerak gelisah dalam tempat duduknya. Bangku sebelahnya kosong.  Pandangannya tak terlepas dari pintu masuk meskipun Mrs. Yoon baru saja memasuki ruangan untuk mengajar.

Sudah seminggu semenjak kejadian penguncian itu, dan Soora sama sekali belum masuk kelas sekalipun. Hari ini jum’at, itu artinya Chaeri tak dapat menunggu kedatangan Soora lagi selama weekend nanti.

Eh, what?

Menunggu? Dia, Lee Chaeri, menunggu Jung Soora si petasan-berbunyi-sepanjang-tahun itu? Sepertinya mulai muncul burung yang menyelam di kedalaman air dan ikan terbang di langit.

Meski begitu, Chaeri tak bisa mengingkari kegelisahannya. Di mana si bodoh itu? Apa dia sakit? Apa kejadian itu mempengaruhi dia sebegini beratnya? Jemari Chaeri tak henti-hentinya mengetuk-ketuk permukaan meja dengan gugup sembari dirinya memikirkan berbagai pertanyaan tersebut dalam benaknya.

Dan akhirnya Chaeri menyerah saat songsaenim yang di depan menyuruh mereka mengeluarkan lembaran kertas ujian kosong untuk ulangan hari ini. Dengan menarik nafas panjang dia menolehkan pandangannya sekali lagi ke arah pintu masuk sekilas lalu menundukkan kepala fokus pada lembaran soal ulangan yang sedang dia hadapi.

Soora-ya, apa yang terjadi padamu? Kau ada di mana?

***

Jam istirahat tiba, dan Soora masih belum juga terlihat. Tanpa sadar Chaeri melangkahkan kakinya menuju gedung olahraga tempat dia biasa menyendiri. Di lehernya tetap terkalung headphone kesayangannya. Namun yang tak biasa adalah sudah sekitar seminggu ini dia memilih jalan memutar lewat kantin. Hanya sekedar memastikan, si bodoh tukang makan itu memang tak ada di sana.

Chaeri menghela nafasnya dengan berat. Kenapa hal ini begitu mengganggunya? Sejujurnya dia pun tak tau. Dia tak bisa mencari jawabannya. Tubuh gemetar dan pucat milik Soora seminggu yang lalu terus saja menghantuinya. Apa dia baik-baik saja?

Suara langkah kaki Chaeri berketak-ketuk di gedung olah raga yang senyap. Semakin menekankan jika hanya dirinya sendiri yang ada di dalamnya. Tanpa sadar leher Chaeri berulang-ulang menoleh ke belakang, ke arah pintu masuk. Setengah berharap akan ada si pendek bodoh yang selalu membuntutinya dengan penuh makanan di pelukannya. Tsk. Apa pula ini?

Shut up Lee Chaeri! Get a grip of yourself! Quit searching for your goddamn sake! Chaeri menghardiki dirinya sendiri dalam diam. Yang seperti ini bukan dirinya. Sejak kapan dia peduli dengan orang lain?

Tiba-tiba Chaeri jadi hilang mood. Dia mengurungkan niatnya untuk duduk dan menikmati kesunyiannya seperti biasa. Setengah jengkel, dia menendang sebuah bola basket tak bersalah yang menghalangi langkahnya. Damn, Jung Soora. You better shown yorself soon. Chaeri menggerutu sambil melangkahkan kakinya lebar-lebar.

Sekembalinya kedalam kelas Chaeri melihat beberapa orang merubung tempat duduknya. Sunhee dan gerombolan centilnya. Dengan langkah tegas Chaeri mendekati mereka. Di tepuknya bahu Sunhee dari belakang. Yang di tepuk terlihat tak suka.

“Apa yang kau lakukan padaku?” gerutu Sunhe sambil mengusap pundaknya seolah sentuhan dengan Chaeri akan membuatnya terkena virus berbahaya.

Chaeri melangkah menuju tempat duduknya sebelum menjawab dengan tenang, “Apa yang KAU lakukan di sini?” ditekankannya kata kau pada Sunhee.

Sunhee terkesiap, wajahnya memerah menahan marah. Tapi tak tahu kalimat apa yang hendak dia lontarkan untuk membalas balik ucapan Chaeri.

Chaeri menelengkan kepalanya, seolah menunggu jawaban. Sunhee mengabaikannya lalu menggebrak meja di depan Chaeri.

“Dimana Soora?” bentak Sunhee. Chaeri menaikkan sebelah alisnya, seolah heran dengan pertanyaan yang Sunhee sudah tau jawabannya.

“Kau bertanya padaku? Terakhir kuingat kau yang menguncinya di lantai 4 ruang musik, bukan?” Chaeri memajukan badannya ke arah Sunhee dengan sikap seolah menginterogasi. Beberapa teman yang kebetulan telah masuk kelas menunggu bel masuk mulai memperhatikan pembicaraan mereka dan menatap curiga pada Sunhee. Sunhee dan teman-temannya sedikit gugup.

“Apa yang kau bicarakan? Kapan aku menguncinya? Soora itu teman baikku! Kenapa aku harus menguncinya, hah?!” elak Sunhee.

Chaeri menyenderkan punggungnya kembali ke bangku dnegan sikap acuh, “Well, aku tak berkata apapun, aku hanya bertanya~” tukasnya sambil menatap Sunhee tajam. Sunhee balas menatap Chaeri dengan penuh kebencian.

Tepat setelah itu bel berbunyi tanda waktu istirahat telah habis. Sunhee menghentakkan kakinya sekali ke dekat meja Chaeri dengan marah lalu berbalik sembari diikuti oleh gerombolannya. Chaeri menghela nafas panjang, lalu menoleh ke bangku Soora. Sebenarnya dia kemana? batin Chaeri sambil mengeluarkan bukunya untuk pelajaran selanjutnya.

***

Setibanya jam pulang, Chaeri langsung menuju ke gerbang tanpa menoleh ke belakang lagi. Sebelumnya dia selalu berkeliling untuk memastikan Soora memang benar-benar tak ada di kawasan sekolah. Namun setelah melihat sikap Sunhee tadi di kelasnya dia yakin jika memang Soora tak ada di sekolah selama seminggu ini.

Yeah, besok hari libur. Chaeri hendak mengistirahatkan pikirannya sejenak setelah selama seminggu ini sibuk memikirkan tentang Soora. Serius deh, sebenarnya kenapa juga aku harus memikirkan dia? Tsk. Gerutu Chaeri ke dirinya sendiri.

Hari ini Yogeun ikut menjemputnya ke sekolah. Setelah menyuruh anak kecil itu bergeser, Chaeri menyandarkan punggungnya ke belakang dengan ekspresi lelah.

“Apa hari ini berat Nona Chaeri?” Boa dengan lembut bertanya sambil melirik Chaeri dari kaca.

“Biasa” sahut Chaeri singkat. Hanya tanpa Soora, tambahnya dalam hati.

Tiba-tiba ada seseorang masuk dari pintu sebelah kanan Chaeri hingga memmbuatnya kaget, Namsoo.

Chaeri memandangnya dengan tajam, tatapannya seolah bertanya apa yang kau lakukan di sini?

Namsoo menggaruk lehernya kikuk, “Bisakah kau geser? Supirku tidak bisa menjemput hari ini, karena itu aku ingin nebeng mobilmu, boleh?”

Chaeri memutar matanya malas, “Seperti aku peduli padamu saja~” sahutnya ketus. 

Namsoo terbelalak. Bahkan Boa juga menoleh ke belakang dengan heran.

“Ka-kau menjawabku?” tanya Namsoo seolah tak percaya.

Chaeri memalingkan wajahnya, merasa terganggu. “Kau di depan. Ada Yogeun di sini” ujar Chaeri singkat.

Namsoo dan Boa masih melongo.

“Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah kau katakan padaku, Chaeri-ah..” ujar Namsoo takjub.

“Kau mau ikut tidak?!!” Chaeri membentak jengkel.

***

Sepanjang perjalanan Chaeri memikirkan ucapan Namsoo tadi, itu adalah kalimat terpanjang yang kau katakan padaku.. seingat Chaeri selama ia kenal Soora, dia bisa mengucapkan kalimat yang lebih panjang dari ini. tapi jika diingat lagi, selama ini pun dia jarang sekali bicara atau menjawab pertanyaan dengan kalimat panjang yang lebih dari satu kata, kadang dia bahkan memilih tidak menjawab.

Semenjak dulu dia ini aneh, keluarganya bahkan Boa sudah biasa menerima semua itu. Tapi semenjak kenal Soora, dia justru dipandang lebih aneh oleh keluarganya sendiri. Jung Soora, apa yang telah kau lakukan padaku! Umpat Chaeri dalam hati.

“Hei Yogeun-ah, apa kau suka tteoppoki?” tanya Namsoo tiba-tiba. Dia membalikkan badan dari kursi depan untuk menghadap ke arah Yogeun yang duduk persis di belakangnya.

Yogeun berteriak gembira, “Tteoppoki~!!” dia bertepuk tangan dengan ekspresi senang.

Chaeri memalingkan wajah dari Yogeun, kenapa dia harus bertingkah seimut ini? keluh Chaeri. Boa hanya tersenyum dari kaca depan saat melihat Chaeri memalingkan muka.

“Bibi, bisakah kita berhenti di depan? Ada warung tteoppoki enak di samping kanan jalan~” pinta Namsoo sopan pada Boa. Boa mengangguk menyanggupi.

Boa memarkirkan mobilnya di tepi jalan, Chaeri melirik sekelilingnya tanpa minat sementara Namsoo membuka pintu di sisi sebelah Yogeun dan menuntunnya keluar.

Tiba-tiba mata Chaeri melebar. Di stand tteoppoki itu ada sosok yang sepertinya dia kenal.

***

Sambil berdiri, Soora melahap porsi ke 3 dari pesanan tteoppokinya dengan gembira. Aaaaah, Korea. Di sinilah rumahnya. Setelah 4 hari ada di Inggris, akhirnya tadi pagi dia sampai di Korea.

Dia tidak bisa tidak jajan tteoppoki sehari saja, karena ini hari ini rencananya dia ingin menebus semua hari-harinya di Inggris yang tanpa tteoppoki. Aaaaah, mashita~

“Ahjumma, pesan seporsi tteoppoki, sondae, sup kue ikan dan air putih~”

Seseorang berdiri di sampingnya dan memesan tteoppoki juga, setengah menelengkan kepala Soora mengamati si pemesan. Pria muda dengan seragam sekolah yang sama dengan sekolahnya dan seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahunan.

Soora mengamati lebih lanjut. Dia memeriksa mereka berdua dengan matanya, dari kaki hingga kepala. Sepertinya Soora mengenal kedua orang tersebut, si pria muda dan anak kecil. Setengah tak yakin, Soora menyolek lengan pria muda tersebut hingga dia menoleh ke arah Soora.

“Permisi, apa aku mengenalmu di suatu tempat?” tanya Soora sopan, yang di colek hanya mengerutkan kening seolah bertanya apa Soora sudah gila atau semacamnya. Soora hanya nyengir tak bersalah.

Seseorang muncul di samping kanan Soora, Soora menoleh lalu terkesiap.

“CL-aaaaaah!!!.. bogoshippo!!” Soora menubruk Chaeri begitu saja, Chaeri setengah meronta melepaskan diri dari pelukan Soora.

“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!”

Namsoo yang sedang menyuapi Yogeun tertegun, CL?? Keningnya makin berkerut.

“Chaeri-ya, apa kau mengenal orang ini?” Namsoo bertanya keheranan.

Setelah susah payah, akhirnya Chaeri bisa terlepas dari pelukan Soora. Dia sibuk merapikan seragam dan rambutnya yang kusut oleh pelukan soora tadi hingga tak menjawab pertanyaan Namsoo, sementara itu Soora kembali berbalik ke arah Namsoo dan menatapnya dengan pandangan menyelidik.

“Cl-ah, apa kau mengenal orang ini?” tanya Soora polos.

Namsoo membelalakkan matanya, dia melongo tak percaya. “Apa maksudmu dengan ‘orang ini’?? Apa kau mengenalku, hah?!”

Soora menggelengkan kepalanya pelan, namun wajahnya menyiratkan ekspresi duh-plis-deh.

“Aku tak mengenalmu, tapi aku merasa pernah melihatmu. Dan kau juga memakai seragam yang sama dengan seragam murid di sekolahku. Karena itu aku bertanya, duh.” Jelas Soora, dia menyuap dua potong tteoppoki lagi ke mulutnya.

Chaeri tak memperdulikan perdebatan Namsoo dan Soora, justru dia memfokuskan perhatiannya pada Soora yang kembali sibuk ‘menghirup’ porsi tteoppokinya dengan cepat.

“Jadi, kau masih hidup?” tanya Chaeri seolah tak peduli.

Soora memutar bola matanya dengan malas dan menjawab santai, “Seingatku sih, aku masih bernafas. Jadi bisa disimpulkan jika aku masih hidup.” Dia menyuap sepotong yang terakhir dari piringnya dan memesan seporsi lagi pada pemilik kedai.

Jauh sebelum dia sadari, Chaeri juga memesan seporsi untuk dirinya sendiri. Soora, Namsoo dan bahkan Yogeun terpana.

“Lee Chaeri, kau.. makan tteoppoki?” tanya Namsoo sangat keheranan. “aku tak pernah tau..” tambahnya sedikit ragu.

Chaeri menyuap sepotong tteoppoki dengan santai dan menjawab, “Itu membuktikan seberapa banyak kau mengenalku.”

Chaeri mengunyah tteoppokinya dengan perlahan, dia sebenarnya tak suka makanan pedas seperti ini.

“Whoaa, apa yang terjadi denganmu hari ini? kau menjawabku dan kau makan tteoppoki? Kau bahkan punya teman aneh seperti..” Namsoo tak melanjutkan ucapannya namun pandangannnya tertuju ke Soora yang menaikkan sebelah alis mendengar ucapn Namsoo tadi.

“Apa? Aku kenapa?” sahut Soora cepat.

Namsoo hanya menggeleng, dia melirik Chaeri yang memakan potongan kedua tteoppokinya dengan tenang.

“Dia bukan temanku.” Kata Chaeri enteng, namun dia kembali memfokuskan perhatiannya pada Soora yang cemberut setelah mendengar kata-kata Chaeri tadi dan menggumamkan sesuatu tentang teman sebangku atau sebagainya.

“Jadi di mana kau seminggu ini?” Chaeri berusaha bertanya lagi tanpa terdengar sangat ingin tahu. Soora nyengir.

“Apa kau merindukanku?” Soora menggoda Chaeri dengan menusuk-nusuk lengan Chaeri memakai telunjuknya sambil tersenyum sangat lebar.

“Hell, no! Aku bahkan baru menyadari kau tak ada seminggu ini setelah Sunheee dan gerombolannya mencarimu ke kelas tadi.” Chaeri mengelak.

Senyum Soora surut, Sunhee.. Soora menggumamkan berbagai umpatan dalam benaknya saat mengingat Sunhee, ekspresinya sedikit masam. Chaeri meliriknya dengan penasaran.

“Kau kenapa?” tanya Chaeri tanpa sempat Chaeri menyadari apa yang dia lakukan, diam-diam dia mengutuk dirinya sendiri. Namsoo masih melongo mendengar percakapan Chaeri dan Soora.

“Aku ke Inggris beberapa hari ini, yah~ kau tau kan.. persidangan” Soora menggumamkan kata terakhir dalam kunyahan tteoppoki, seolah dia tak ingin Chaeri mendengarnya.

Namun Chaeri mendengar apa yang Soora ucapkan, keningnya berkerut mendengar kata ‘persidangan’. Apa maksudnya dengan persidangan?

“Kenapa kau kembali ke Korea?” Chaeri bertanya sambil lalu.

Soora makin cemberut. “Kau ingin aku kembali ke Inggris lagi? Di sini rumahku.” Dia memasukkan dua potong tteoppoki sekaligus ke mulutnya.

“Oh, itu akan menyenangkan. Kau kembali ke Inggris dan tak merecoki hari-hari tenangku di sekolah.” Sahut Chaeri ketus.

Soora melebarkan matanya, seolah sakit hati akan ucapan Chaeri. “Eyyy.. kau bohong, kalau aku kembali ke Inggris, kau tak akan punya teman sebangku lagi kan?” Soora menyenggol pinggang Chaeri dengan sikunya, sedikit menggoda. Chaeri memutar matanya malas.

“Kami sudah selesai, apa kau masih ingin di sini?” tiba-tiba Namsoo memutuskan percakapan Chaeri dan Soora.

Chaeri sedikit kaget karena dia hampir melupakan keberadaan Namsoo dan Yogeun tadi. Chaeri segera mengeluarkan dompetnya dan membayar pesanannya serta pesanan Yogeun dan Namsoo.

“Hei, Cl-ah, kau suka patbingsoo atau eskrim?” Soora tiba-tiba bertanya sembari Chaeri menunggu kembalian dari ahjumma pemilik kedai tersebut.

Chaeri melirik Soora dengan perasaan tak tertarik, “Tak keduanya” jawab Chaeri singkat.

“Baguslah, karena aku berencana hendak mengajakmu jajan cheesecake kapan-kapan.” Soora menyahut dengan senyum lebar. Namsoo dan Yogeun sudah kembali ke mobil, tinggal Soora dan Chaeri yang di sana.

Chaeri mengerutkan kening mendengar ucapan Soora, “Dan aku tak suka Cheesecake” tukasnya tak peduli, dia sudah hendak meninggalkan kedai tersebut setelah mengucapkan terima kasih pada si ahjumma.

“Kalau begitu, apa kau lebih suka ramyeon? Aku punya langganan kedai ramyeon terenak di kota ini!!” teriak Soora, Chaeri tak menjawab, dia berjalan meninggalkan Soora menuju mobilnya.

Soora terkekeh, dia juga sudah merasa kenyang. Dia memeriksa saku belakangnya untuk mengambil dompet, saat dia sadar..

“YAH CL-AAH!! PINJAMI AKU UANGMU, AKU LUPA BAWA DOMPEEEETTTT~...!!!!”


***

Soora memasuki rumahnya dengan gembira, “HEYAAAA~!! AKU PULAAAAANG!!” teriaknya begitu memasuki pintu ruang tamu.

“Jung Soora, Shut-up!!” terdengar sahutan jinry dari dalam, dengan berteriak juga.

Soora berlari menuju suara jinry, dan menemukan kakak ketiganya tersebut sedang memakai masker di beranda samping.

“Soli-soli!! Aku sudah melunasi utang tteoppoki pada perutku~” teriak Soora tepat di telinga Jinry.

“Yah! Apa kau ingin mati?!!” Jinry bangun dari posisinya yang sedang duduk sambil menengadah di kursi. Jinry mencopot dua potong ketimun yang tadinya menutupi matanya dan melotot ke arah Soora. Yang di tatap nyengir tak bersalah.

“Aku juga mauu pakai masker, pakaikan padaku eonnie~” Soora merajuk dan memohon pada Jinry.

“Ish, kau memanggilku begitu cuma kalau ada maunya.” Jinry menggerutu sebal, tapi tetap saja dia mengambil satu mangkuk kaca berisi masker strawberry yoghurtnya tadi. “Cuci mukamu lalu duduk dan tengadah di sana!” perintah jinry sedikit ketus. Soora masih nyengir dan menuruti kata kakaknya. Tak berapa lama Jinry sudah hampir selesai mengoles masker tersebut di wajah Soora.

“Kau masih bisa tertawa bahagia dan makan tteoppoki sementara kau belum tau hasil persidanganmu?” tanya Jinry pelan.

“Kenapa memangnya?” Soora mencopot sepotong ketimun yang telah ditempelkan jinry ke matanya, lalu memakannya. Jinry menepis tangan Soora sambil menggerutu.

“Yah.. kau masih belum tau, apa permohonan wanita itu untuk mengajukan pemotongan masa tahanan dan kembali ke Korea akan dikabulkan hakim atau tidak. Apa kau tak takut?” Jinry kembali bertanya, nadanya sedikit khawatir.

Soora mencopot kedua potong ketimun di matanya lalu menatap Jinry, tersenyum. “Eonnie, selama ada kalian, aku tak pernah takut apapun” jawabnya tenang. Jinry ikut tersenyum dan menggenggam tangan Soora erat.

“Tentu saja, kami akan melindungimu dan J. Itulah gunanya keluarga.” Kata Jinry.

Soora tertawa, sedikit aneh karena masker yoghurt di wajahnya sudah mulai mengeras. Iseng dia mencolek sedikit dan memasukkannya ke mulut.

“YUCK! Apa ini? Kau ingin meracuniku?!” Soora berteriak protes pada Jinry yang duduk dan menengadah di kursi sampingnya.

“Apa? Memangnya apa yang baru saja kau lakukan?” tanya Jinry sedikit tak jelas, masker di wajahnya telah mengering. “Seolma.. apa kau memakannya?” tanya Jinry sambil bangun dari posisinya tadi, dia kembali mencopot ketimun di matanya dan menatap Soora tak percaya.

“Tentu saja tidak!”

“Emhahaha~!! Bodoh! Meskipun ini yoghurt strawberry tapi sudah aku campur dengan vaselin, pabo! Hahahhaha~!!”

“YAH SOLI-SOLI, APA KAU INGIN MEMBUNUHKU?!!!!”

***

Hari ini hari sabtu, sekolah libur. Chaeri hanya berguling di ranjangnya meskipun hari sudah siang. Pun juga dia masih pakai piyamanya yang semalam. Sehabis sarapan tadi dia langsung kemabli ke kamarnya dan bilang tak ingin diganggu siapapun pada kepala pelayan di rumahnya.

Chaeri menimang handphone di tangannya, masih sibuk berpikir. Apakah dia hendak menelepon Namsoo atau tidak.

Kata ‘persidangan’ yang di ucapkan oleh Soora kemarin sangat mengganggu pikirannya. Dia tak ingin Soora besar kepala jika dia menanyakannya langsung, karena itu dia ingin menggali informasi dari Namsoo, sepupunya. Satu-satunya orang yang dia bisa percaya.

Akhirnya Chaeri memutuskan untuk menelepon Namsoo. Semoga bocah menyebalkan itu sudah bangun.

Setelah satu kali bunyi tunggu, akhirnya Namso mengangkat panggilan dari Chaeri.

“Carikan segala informasi tentang Jung Soora sehubungan dengan persidangan atau apapun..” Chaeri memberondong Namsoo bahkan sebelum dia sempat mengucapkan ‘hallo’

What?” suara Namsoo terdengar seperti baru saja bangun tidur. “Apa? Kau minta apa? Informasi siapa?”

Chaeri menggembungkan pipi lalu meniup poni depannya sendiri dengan gemas, Namsoo ini selalu saja lambat.

“Kubilang carikan informasi tentang Jung Soora, bocah cerewet yang bertemu dengan kita kemarin di kedai tteoppoki. Informasi apa saja sehubungan dengan persidangan atau phobia atau apapun. Okay?”

Wait, memangnya aku siapamu, hah? Kau bahkan mengganggu tidurku yang indah sepagi ini, ugh~..” Namsoo sedikit protes, dia menggerutu panjang pendek di ujung telepon sana.

“Kau pikir aku tak tau kalau kau punya detektif pribadi untuk menyelidiki semua teman kencan dan musuh-musuhmu, hah? Atau kau mau aku membocorkan rahasia kecilmu tentang para gadis dan club malam pada ayahmu?” Chaeri sedikit mengancam Namsoo.

Terdengar erangan Namsoo dari seberang, “Arasso.. arasso.. akan kulakukan. Dasar kau tukang ancam menyebalkan~” gerutu Namsoo.

“Umpat aku sekali lagi, dan kau tak akan kuperbolehkan makan di rumahku ataupun menebeng mobilku!” tandas Chaeri galak.

“AAARGH.. baiklah baiklah nona manis, aku tak akan mengumpatmu. Happy?! Sekarang biarkan aku kembali meneruskan tid..”

Chaeri tak menunggu hingga Namsoo menyelesaikan kalimatnya, dia memutuskan panggilan begitu saja dengan ekspresi puas.

Kenapa kau begitu misterius, Jung Soora? Apa yang kau sembunyikan dari orang-orang sebenarnya? Chaeri menepuk-nepuk dagunya dengan telunjuk sambil berpikir keras.

***

“Ibu tiri?” tanya Chaeri memastikan. Namsoo mengangguk sambil melahap sereal di mangkuknya. Tadi pagi-pagi sekali Namsoo sudah sampai, lalu ikut sarapan bareng Chaeri sambil melaporkan hasil penyelidikan agen pribadinya dalam semalam.

“Appa Jung Soora bercerai dengan ummanya, lalu pengadilan memutuskan untuk membagi dua hak asuh anak. Jung Soora dengan kakak kedua ikut appa dan ibu tiri mereka tinggal di Inggris, dan anak sulung serta kakak ketiga Soora ikut umma mereka di Korea. Kebetulan Ibu tiri Soora adalah model yang juga saingan umma Soora.” Kata Namsoo menjelaskan.

“Tapi saat Soora masih di Middle School, appa Soora meninggal karena kecelakaan saat menjemput Soora pulang sekolah. Sebenarnya ibu tiri Soora sayang dengan kedua anak tirinya, tapi setelah kecelakaan itu sikapnya berubah. Bahkan ibu tiri tersebut sempat melaporkan Soora sebagai penyebab kematian appanya.” Lanjut Namsoo menambahkan sambil meminum susu di gelas hingga tandas.

“Lalu pengadilan yang di sebut-sebut Soora kemarin tentang kematian appanya tersebut?” tanya Chaeri penasaran.

“Entahlah, tapi menurut kabar permasalahan kecelakaan itu sudah selesai dan gugatan ibu tiri soora tak di kabulkan oleh pengadilan karena tak ada bukti. Penyebab kematian appa Soora dan kecelakaan tersebut adalah karena murni faktor cuaca yang badai dan bersalju. Ada beberapa selentingan yang menyebut jika pengadilan terakhir kemarin membahas mengenai penganiayaan atau semacamnya.. tapi tak ada kabar pasti, semuanya serba rahasia karena ini menyangkut dua perusahaan besar. Perusahaan pengolahan minyak milik appa Soora di Inggris dan perusahaan umma Soora, sebagai merk clothing dunia The Choi’s” papar Namsoo.

Chaeri tenggelam dalam penjelasan Namsoo, benaknya merangkai-rangkai semua cerita tersebut dengan peristiwa penguncian Soora yang di lakukan Sunhee minggu lalu. Jika benar pengadilan terakhir yang di hadiri Soora ke Inggris selama beberapa hari tak masuk itu adalah pengadilan tentang penganiayaan, maka semua terasa cocok dengan keadaan Soora yang pucat dan histeris saat Chaeri temukan. Apalagi ucapan Soora yang berulang-ulang memohon ampun dan menyebut umma. Chaeri menarik nafas panjang. Sekarang mulai terbentuk background dan puzzle tentang Jung Soora yang membuatnya penasaran.

“Tapi, apa hubunganmu dengan dia? Kenapa kau sangat ingin tahu? Apa dia seseorang yang penting untukmu?” tanya Namsoo. Chaeri hanya meliriknya sekilas, lalu mengambil tas dan berjalan keluar. Bersiap berangkat sekolah sekaligus menolak menjawab.

Namsoo memperhatikan kepergian Chaeri dari meja makan, “Kau menjawab pertanyaanku, kau meminta bantuanku, kau bahkan meneleponku untuk pertama kalinya sepanjang 17 tahun umurku, siapa dia untukmu Lee Chaeri? Kau yang tak pernah menganggapku atau orang lain di keluarga ini ada, kini memikirkan orang lain? Apa yang terjadi padamu?” gumam Namsoo sambil mengikuti Chaeri yang telah lebih dulu sampai ke mobil.
***

Soora masuk kelas dengan suasana cerah. Pagi ini perutnya kenyang dan dia membawa cokelat banyak oleh-oleh dari Inggris untuk teman-teman sekelasnya.

Segera saja Soora menjadi bahan kerumunan teman-teman yang gembira karena mendapatkan oleh-oleh cokelat mahal.

“Aku mau yang pink!”

“ITU MILIKKU!”

“Soora-ya, aku minta yang kotak!”

“AAAKKK~ bagi aku juga!!”

“Heii, antri~!! Semua kebagian!!” suara Soora yang melengking tak mampu mengatasi keganasan teman-teman sekelasnya yang sedang berebut cokelat.

“BERIKAN PADAKU WOOII~!!”

“INI MILIKKU!!”

“JANGAN REBUT PUNYAKU!!”

“KUBUNUH KAU MENGAMBIL COKELAT RASA JERUK ITU!!!”

“HOOI, KU KUTUK MANDUL SEUMUR HIDUP!!!”

Diam-diam Soora terkikik mendengar sumpah serapah dan keganasan teman-teman sekelasnya yang semakin lama semakin brutal. Teriakan-teriakan itu membuatnya merasa gembira. Lalu tiba-tiba saja semuanya menjadi hening. Soora mengedarkan pandangan, semua teman-temannya seolah membeku dan terpaku pada satu tempat, Soora mengikuti arah pandangan teman-temannya dan melihat ada Sunhee dan gengnya di pintu masuk kelas Soora.

“Ehm~! Back off, kalian kentang-kentang tak tau diri!” salah seorang teman Sunhee menyibak kerumunan, memberi jalan ke meja Soora.

“Well, jadi ada yang baru pulang liburan ke luar negeri?” Sunhee bertanya manis sambil duduk di meja Soora.

Soora tersenyum lebar, “Sunhee-ya, lihat aku juga membawakan cokelat untukmu!” Soora menggoyang-goyangkan bungkusan berisi kemasan cokelat mahal ke hadapan Sunhee.

“Kau pikir aku percaya dengan bualanmu?” Sunhee memajukan badannya ke arah Soora yang duduk di bangku, “Kau sengaja menghindar dari kewajibanmu membuatkan PR-ku dan pura-pura ke luar negeri kan? Mengakulah!” tuduh Sunhee.

Soora memutarkan bola matanya, “Yeayeayea, cerita bagus Sunhee-ya, lalu bagaimana kau jelaskan cokelat mahal ini?” Soora mengacungkan bungkusan tadi semakin dekat ke wajah Sunhee.

Sunhee merebut bungkusan tersebut lalu melemparkannya ke lantai begitu saja. “Yang seperti ini, bisa kau beli di Hongdae kiloan, kau pikir aku tak tau?”

Soora mengerutkan keningnya, “Hongdae? Yang benar saja!” Soora bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil cokelat yang dibuang Sunhee tersebut.

“Kupikir seleramu tinggi, Sunhee-ya, tapi bahkan kau tak bisa membedakan antara cokelat yang dibeli dari Hongdae dan Inggris? Duh..” Soora menambahkan dengan nada prihatin.

Sunhee dan teman-temannya terkesiap, lalu Sunhe memberi aba-aba pada teman-temannya untuk merebut semua cokelat yang ada di tangan teman-teman sekelas Soora.

“Tentu saja aku tau! Aku hanya mengetesmu tadi, kentang busuk!” sembur Sunhee pedas. “Semuanya, berikan cokelat yang ada di tangan kalian padaku, Itu.Milikku!” Sunhee menekankan dua kata terakhir dengan tegas.

Teman-teman sekelas Soora menggerutu dan mengumpat diam-diam karena cokelat yang di tangan mereka di rebut oleh Sunhee. Bahkan Soora pun mengumpat keras.

Piece of shit~”

Sunhe mendengarnya, dia menoleh ke Soora, “Kau mengumpatku?? Hanya karena berangkat ke Inggris sekali lalu kau berani mengumpatku??? Kentang berjamur!”

Soora memasang wajah lugu, “Oh, kau mendengarnya? Aku mengumpat seperti itu tadi bukan untukmu, asal kau tau. Kecuali... kau memang merasa dirimu seperti apa yang ku umpatkan.” Sahut Soora santai.

BAM!

Sunhee menendang meja Soora hingga terbalik, lalu menarik rambut Soora, memaksanya mengikuti Sunhee keluar.

“Apa yang kau lakukan, Kim Sunhee! Kau menyakitiku! YAH! YAH!”

Teman-teman Soora tak ada yang berani membantu atau menghalangi Sunhee membawa Soora keluar dari kelasnya. Sekelas bergumam khawatir dan panik.

***

Chaeri dan Namsoo turun dari mobil bersamaan, Chaeri melangkah duluan memasuki gerbang tanpa pamit ke Boa seperti biasa.

Sesampainya di halaman sekolah, dia merasa ada yang sedang terjadi. Ada yang tak beres. Semua teman-teman sekelasnya berada di sekitar keran air di dekat lapangan tenis. Mereka merubung sesuatu. Perasaan Chaeri mengatakan ini ada hubungannya dengan Soora. Karena itu Chaeri berlari menuju tempat itu dnegan buru-buru, Namsoo yang di belakangnya bingung dan ikut berlari mengejar Chaeri.

Sesampainya di dekat tempat itu Chaeri melihat Sunhee sedang menyelupkan dan menahan kepala Soora di bawah keran yang biasa dipakai untuk minum anak-anak klub tenis. Dan teman-temannya hanya melihat tanpa berani melerai.

Chaeri melirik ke arah Namsoo yang sama kebingungannya dengan dirinya, tatapan Chaeri terpaku pada sweater yang Namsoo pakai sebagai luaran seragamnya.

“Lepas sweatermu, cepat!” perintah Chaeri sambil berusaha menarik sweater Namsoo tersebut melewati kepalanya.

“Hei hei apa yang kau lakukan?!” Namsoo protes namun akhirnya sweater tersebut terlepas juga dari kepalanya.

Chaeri membawa lari sweater tersebut dan menarik tangan Sunhee lepas dari kepala Soora. Dihempaskannya Sunhee hingga menabrak bangku di depan kran tersebut.

“Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?” Sunhee bangun lalu membentak Chaeri yang berusaha mengeringkan rambut Soora dan mengusap wajah pucat Soora menggunakan sweater Namsoo.

Chaeri menepis tangan Sunhee yang mencekal lengannya kasar, Sunhee kembali terpental dan membentur bangku tersebut hingga pingsan.

Soora menggigil dan terbatuk-batuk, sepertinya dia sempat menelan air. Chaeri tak tahu berapa lama dia di tengadahkan Sunhee di bawah keran besar tersebut. Pikiran Chaeri berpusing dengan cepat, cerita Namsoo tadi dan keadaan Soora yang sekarang berkutat di benaknya keras.

“APA_APAAN INI! BERHENTI DI SANA!!”

Terdengar suara kepala sekolah menggelegar, dan Chaeri baru menyadari apa yang sedang ia lakukan. Soora yang menggigil di sampingnya dan Sunhee yang terkapar pingsan di dekat bangku. Namsoo memandanginya di sudut luar kerumunan dengan mata khawatir.

***

Soora menyodorkan sebungkus cokelat pada Chaeri yang sedang menyikat dinding toilet dengan ogah-ogahan.

“Apa ini?” sahut Chaeri malas.

“Ucapan terima kasih karena kau telah membelaku.” Sahut Soora dengan pelan.

Nada suara Soora membuat Chaeri menghentikan gerakannya menyikat dan berdiri menghadap Soora. Wajah pucat serta tatapan beku. Ini bukan Soora si terompet-berbunyi-sepanjang-tahun yang baru sekitar sebulan dia kenal.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Chaeri pelan sambil mempelajari ekspresi Soora.

Soora mengangkat bahunya, acuh.

Chaeri masih menatap Soora. Ada sesuatu di mata itu yang mengganggunya.

“Kau baik-baik saja?” Chaeri mengulang pertanyaannya.

Soora menatap Chaeri dalam, lalu menggeleng.

“Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku sakit. Dan aku menyedihkan.” Sahut Soora pelan.

Lalu Soora tersenyum, “Tapi aku senang, sangat senang. Untuk pertama kalinya selain keluargaku, ada yang membelaku, ada yang melindungiku, ada yang menolongku, ada yang menghargai teriakanku..” embun merebak di mata Soora, nada suaranya getir. Chaeri tercekat.

“Untuk pertama kalinya pula, aku membela orang, aku melindungi orang, aku menolong orang, aku mengakui keberadaan seseorang..” Chaeri menyambung ucapan Soora dengan pelan. Mata itu, Chaeri tau dimana dia pernah melihatnya. Mata yang berbeda dengan mata ceria dan senyum lebar Soora selama ini, mata yang penuh kebencian dan hampa.. Chaeri melihatnya setiap hari di cermin, matanya sendiri.

Suasana hening. Ada sesuatu yang terjalin dalam tatapan mata dua orang yang sama-sama memendam luka tersebut. Rasa punya seseorang dengan kisah sama, rasa seseorang yang memiliki seseorang lain yang bersedia menangis untuknya. Rasa diterima dan dimengerti tanpa harus ada berbagai pertanyaan. Kedekatankah?

Di belakang pintu Namsoo mendengarkan setiap pembicaraan Soora dan Chaeri, diam-diam mulai membenci Soora yang mengubah Chaerinya menjadi Chaeri yang tak lagi ia kenal.
***tbc***

1 komentar:

  1. ayooo lanjutkan yang ke-6 *ga sabar nunggu* (9^_^)9
    kalo yang ke-5 ini aku paling suka ceritanya.. gak banyak kata2 bhs korea seperti di cerita sebelumnya yang susah banget diinget bin gak ngerti artinya XD

    BalasHapus