The Unintended Chapter 1
Tags: OC, friendship, romance, arranged marriage, marriage life.
Description:
Love isn’t always a compromise. Sometimes, it’s a complete surprise. And the best love story is when you fall in love with the most unexpected person at the most unexpected time - Unknown
Foreword:
Apa yang akan terjadi jika pernikahan yang akan kamu jalani tak seperti yang kamu bayangkan? Apa jadinya jika kamu harus menikah dengan seseorang yang tak kamu kenal dan bukan orang yang kamu cintai karena sebuah permintaan?
Hey hey heyyy, chiqux is baaack! Muehehehe.. saya membawa kisah baru nih. Kali ini tentang perjodohan dan cinta tak terduga. Well, pasaran sih tapi saya akan membuatnya tidak pasaran dengan memfokuskan pada persoalan-persoalan komunikasi sesuai dengan apa yang sudah saya pelajari di bangku kuliah tentang romantic relationship XD
kisah ini sama-sekali OC, jadi misalkan ada beberapa idola yang ikut bermain di dalam ceritanya maka dia bermain seperti yang diplotkan oleh author dan bukan sebagai idola seperti yang kita lihat sehari-hari. Owkeeee? :)
Disclaimer: This fict and the story along are mine, the pict is just randomly takes from MV’s screencaps and tumblr. Credit for picts are belong to the owner.
enjoy the update XD
***
Hana
mengeliat pelan di atas kasurnya, matahari terlihat menyorotkan sinar di
sela-sela tirai kamarnya yang serba renda-renda. Sedikit bergidik, Hana
mengeratkan bedcover yang masih
membungkus tubuhnya erat. Kelihatannya matahari sudah tinggi, tapi masih
terlalu dingin untuk turun dari tempat tidur. Hana menguap sekali, apa Jaehyun
sudah bangun ya?
Tangan Hana
terjulur dari lipatan bedcover untuk
meraih handphone yang terletak di nightstand
sebelah tempat tidur.
Terdengar
nada tunggu sekali sebelum Jaehyun mengangkat panggilannya.
“Opppaaaaa....”
Hana merengek dengan sura bangun tidurnya yang masih serak.
“Hmmm..”
terdengar Jaehyun menyahutinya singkat.
“Kau sedang
apa?”
Terdengar
bunyi kelontang sesuatu sebelum Jaehyun menjawab, “Bikin sarapan..”
“Ah Oppa,
tak bisakah kau sedikit menjawab dengan lembut? Ini masih pagi, kau akan
merusak hariku dengan moodmu yang tidak menyenangkan, pagi ini sudah terlalu
dingin tanpa harus kau tambahi dengan nada bicaramu yang dingin, tau??!” Hana
sedikin merengut, kesal.
Terdengar
Jaehyun mendesah sekali lalu, menjawab dengan sedikit lebih lembut meskipun
kaku.
“Aigoo, buka
tirai kamarmu, ini sudah siang dasar tukang tidur~”
Hana
tergelak ringan, “Benarkah~?” dia berguling sekali untuk pindah posisi
tengkurap. “Apa kau membuatkan sarapan untukku juga?”
“Apa kau mau
sarapan?”
“Eung~” Hana
menyahut dengan cepat, senyumnya melebar hingga telinga. Lalu dia menambahkan
dengan hati-hati. “..tapi Oppa, apa kau mau membantuku?”
“Apa?”
“Bisakah kau
menggendongku turun ke dapur? Aku malas jalaaaannnn~” Hana merajuk dengan nada
semanja mungkin.
Terdengar
hening sejenak sebelum Jaehyun menghela nafas kesal, “..Aigooyaa.. what have i gotten into..” sayup-sayup
terdengar gerutuannya sebelum sambungan panggilan diputus.
Hana
berguling sekali lagi sambil terkekeh, menggoda Jaehyun sangat menyenangkan.
Dia merepatkan gulungan bedcover di
badannya sambil sambil mendesah pelan, menunggu Jaehyun sampai di kamarnya.
Senyumnya tak jua hilang, menikah dengan Jaehyun tidaklah terlalu buruk
nyatanya, dia hanya bertambah satu Oppa yang ada di dekatnya. Oppa yang
bersedia melakukan apa saja untuknya.
***
Resepsi pernikahan Hana dan Jaehyun
“Kemarin
sepertinya aku baru bertemu dengan Hana, dengan Soohyun. Saling mengejek
sebelum memulai perlombaan makan cupcake. Lalu buru-buru ke toilet untuk
memuntahkan semua cupcakes yang kami makan karena rasanya seperti tepung
mentah.” Joowon memulai pidatonya dengan perlahan, matanya tersenyum menatap
Hana yang duduk di samping mempelai pria.
“Rasanya
baru kemarin saat kami di marahi umma gara-gara mengacak-acak dapur dan
membolos les demi membuat cupcake untuk lomba. Baru kemarin pula rasanya kami
batal untuk berlibur ke Maldive karena Hana tak sengaja membuang tiket pesawat
dan tanda reservasi wisata bersama dengan tissue
bekas make upnya.” Beberapa hadirin terkekeh, Hana memelototkan mata ke arah
Joowon. Joowon tersenyum sambil melanjutkan, “Siapa yang mengira pengantin
wanita cantik yang duduk di samping kakakku itu adalah gadis ceroboh yang sama?
Siapa mengira jika sahabat perempuanku yang tidak terlalu manis itu akan
menikah dengan hyungku hari ini?” suara Joowon sedikit tercekat.
“Aku, Soohyun
dan Hana bersahabat sudah sejak lama, aku bahkan tak bisa lagi membedakan
apakah mereka itu teman atau kembaranku. Orang-orang menyebut kami cupcakes
trio, dimana ada perlombaan, pameran, dan event tentang cupcakes, selalu ada
kami.”
Soohyun
menimang-nimang gelas wine di tangannya, dia melirik Hana yang tak bisa
dibedakan ekspresinya antara sedih karena terharu atau sedih karena hal lain.
Nyonya Moon yang duduk di samping Soohyun nampak menusut ujung matanya dengan
lengan hanbok yang dia kenakan. Soohyun mengalihkan tatapan ke arah Joowon
dengan sedih dan menghembuskan nafas risau.
“Hana memang
bukan tipe gadis kebanyakan yang terlihat kuat namun lemah di dalam, dia
terlihat kuat karena dia memang kuat. Dia tidak manis, dan bahkan dia selalu
iseng. Lelucon-leluconnya tak pernah membuat orang tertawa, tetapi justru makin
tertekan. Dia adalah gadis yang seperti itu. Dia banyak bicara, ceplas-ceplos
dan selalu mengatakan ‘iya’ saat orang lain bilang ‘jangan’ hanya untuk
membuktikan jika dia tak mau di setir dan mengikuti hal kebanyakan orang selalu
lakukan.” Dari podium Joowon memandang Hana penuh sayang. Tangannya terlihat
gemetar.
“Hana kami,
Jung pabo Hana kami ini sangat spesial.” Joowon berhenti sejenak sebelum
kembali melanjutkan, “Hana bukan gadis yang menonjol dengan style yang berbeda
demi pengakuan orang. Hana menonjol karena.. yah.. dia banyak kekurangan. Hana
tak pernah menangis saat mendapat peringkat kelas terbawah selama dua bulan
berturut-turut di bangku kelas 2 SMA, tapi dia menangis karena patah hati saat
artis yang dia sukai punya skandal cinta”, kembali beberapa hadirin terkekeh
mendengar pidato Joowon.
“Menjelaskan
siapa Jung Hana yang sedang menikah hari ini butuh beratus-ratus lembar halaman
novel, mungkin akan mengalahkan serial Harry Potter. Bisa dijamin sebagian
besar isinya adalah kekurangan dan hal-hal yang tak bisa dia lakukan.” Hana
cemberut mendengar ucapan Joowon, “..namun jika aku ditawari untuk mengganti
Hana kami dengan Hana lain yang lebih sempurna, dibujuk bermilyar-milyar Won
atau dengan ratusan iming-iming lainpun, aku tak akan menerimanya”, lanjut
Joowon, nada suaranya sedikit goyah, menahan tangis.
“Hana kami,
Jung Hana kami, hanya satu-satunya Jung pabo Hana buat ku dan Soohyun. Teman,
adik, dan saudara perempuan satu-satunya..” Joowon tak mampu melanjutkan
kalimatnya.
Hana
menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ingin menangis dan menghambur ke dekapan
Joowon saat itu juga.
Soohyun
menunduk, menyembunyikan ujung matanya yang mulai berair dan bibirnya yang bergetar.
Joowon
menghapus airmatanya dengan ibu jari, lalu melanjutkan, “Hyung, dengan segala
kekurangannya, tolong jaga Hana kami baik-baik. Segala keberuntungan ku yang
ada di dunia ini untuk kebahagiaan pernikahan kalian”. Joowon membungkuk ke
arah Jaehyun dan Hana duduk, pipi Hana sudah basah oleh airmata. Jaehyun
membalas dengan sedikit membungkuk dari tempat dia duduk, ekspresinya dingin
dan tak tertebak.
“Yorobeun,
untuk kebahagiaan Hana dan kakakku, mari bersulang!” Joowon mengakhiri
pidatonya dengan mengangkat gelas winenya tinggi-tinggi, senyumnya getir
menahan rasa haru.
“Bersulang!”
Sementara
hadirin yang lain bersulang dan bercakap-cakap, Soohyun melihat Joowon
menghapus airmatanya dan beranjak dari podium menuju pintu belakang.
“Kau telah
melakukannya dengan baik, hyung” desah Soohyun pelan, punggung Joowon terlihat kuyu
di matanya.
***
Dia Joowon oppaku, salah satu dari dua oppa
yang aku miliki di dunia. Aku tak bisa mendengar ucapannya selama pidato di
resepsi pernikahanku dengan kakak tirinya selain kalimat “Hana kami, Jung Hana
kami hanya satu-satunya.. ”. Kebaikan apa yang telah aku lakukan di kehidupan
lalu untuk mendapatkan ucapan itu? Aku tak bisa menahan airmataku. Rasa-rasanya
aku ingin berlari ke arahnya dan melepaskan cincin di jari manisku yang baru
genap sejam ada di sana. Berat rasanya.
Aku mencintainya, adakah orang yang belum
tau? Aku mengucapkannya dengan mulut, tindakan, kebiasaan, hati dan pikiranku
setiap hari. Aku mencintai Joowon oppa, aku mencintai teman baikku sendiri.
Tapi kenapa bukan dia yang duduk di sampingku sekarang?
Aku menangis di hari pernikahanku, bukan
karena terharu, marah atau merasa tak berdaya. Aku sedih. Ku pikir masih akan
ada jalan untuk melarikan diri saat cincin ini mulai dipasangkan oleh siapa
yang orang-orang sebut sebagai suamiku sekarang. Tapi saat Joowon oppa
mengakhiri pidatonya, aku tau aku tak akan pernah bisa lari, karena itu aku
sedih. Aku kalah. Jung pabo Hana yang selalu berkata ‘Ya, aku akan melakukannya’
untuk setiap ketidakmungkinan yang diucapkan orang, kini mendeklarasikan
ketidakmungkinan pertama dan satu-satunya yang dipunyai. Aku tak bisa menjadi
cintanya. Ketok palu, cintaku benar-benar sudah bertepuk sebelah tangan.
Kucari sosok lain di ruangan ini, sosok yang
juga selalu ada di hari-hariku dan hari-hari Joowon oppa. Sosok Soohyun oppa. Mataku
dan mata Soohyun oppa bertemu, aku menemukan lukaku, lukanya dan hei.. apa itu?
Apa aku melihat sorot kasihan darinya?
Soohyun oppa selalu menghiburku, menguatkanku
tapi belum pernah dia memandang dengan rasa kasihan. Dia mencela, memuji, atau
memotivasi untuk menguatkan, bukan mengasihani karena seseorang menyedihkan.
Apa yang ingin kau katakan sebenarnya,
Soohyun oppa? Apa aku..menyedihkan?
***
Joowon adalah adikku, orang-orang bilang
begitu. Tapi aku belum pernah merasa menjadi kakak untuknya. Aku hanya anak
dari istri pertama appa. Aku memasang tembok setiap kali berbicara dengannya.
Hanya karena ummanya, yang juga istri appa, merawatku, bukan berarti kami bisa
akrab begitu saja, kan? Diantara pilihan jawaban antara mengenal, memahami,
menerima dan menghormati, aku akan menuliskan jawaban tak peduli di kolom
pertanyaan tanggapanku terhadap Joowon.
Joowon adalah tipe anak yang diimpikan ibu
temanmu, atau ibumu, atau ibu-ibu siapapun. Dia mudah bersosialisasi, memiliki
passion, bekerja keras dan dilimpahi dengan senyum menawan. Semua orang
mengenal dia sebagai pria idola anak-anak, impian para gadis dan anak menantu
idaman para orang tua yang memiliki putri. Lalu adakah yang mempercayaiku saat
kubilang sosok yang berpidato di resepsi pernikahanku tadi, matanya memancarkan
kekalahan seorang pria yang berjiwa besar? Tegur sapa kami hanya seputar halo
dan bye saat kebetulan berpapasan di rumah, dia meninggalkan rumah umma saat
dia menyelesaikan pendidikan chef dan pattisiernya, lalu memilih membeli sebuah
ruko di kawasan Hongdae yang ramai pelajar. Dia membangun hidup mandiri serta
cafenya di sana. Tapi sebagai seorang pria lain, aku bisa merasakan getir di
gerak gerik dan pilihan katanya. Apa cuma aku yang merasakannya?
Pernikahan ini bukanlah mauku, aku hanya
menuruti apa kata umma. Aku tak menolak, tak membantah pun tak pernah
menyetujui. Aku melakukannya semata-mata karena beliau mengucapkan tawaran
pernikahan ini dengan penuh harap. Kenapa aku tak menolak jika aku tak ingin?
Entahlah, aku tak bisa. Mungkin karena aku tak pernah menganggap dia sebagai
seorang umma. Aku bekerja untuknya, di perusahaannya, sehingga di rumah atau di
kantor, bagiku dia adalah direktur. Pernikahan ini hanyalah sebuah project lain
yang disodorkannya pdaku tanpa ucapan permintaan tapi penuh harapan. Apa yang
bisa kulakukan?
Aku melirik wanita dengan weddingdress anggun di sampingku. Bolehkah aku mengakui
jika dia juga salah satu faktor aku tak menolak ‘project’ ini? Aku canggung didekatnya, tapi aku
menikmati keberadaannya dalam jangkauan pandangku. Rasanya jika dia yang harus
kunikahi, semua akan baik-baik saja. Ada sesuatu di dalam senyumnya yang
membuatku merasa di terima, pengertiankah?
Hanya saja aku menemukan sorot yang sama di
matanya dengan sorot mata milik Joowon.
Umma, demi ‘project’ ini, apa yang telah
ku kacaukan?
***
Aku melepaskan anak perempuanku untuk
menikah. Begitu seolah rasanya saat aku berpidato di resepsi pernikahan Hana tadi.
Hana menyebalkan tiap hari, tapi hari ini dia sangat sangat sangaaaaat
menyebalkan hingga membuatku ingin menangis keras. Dia tidak pergi, dia juga
tidak mengecewakanku. Hana hanya menikah dengan kakakku. Yang di dalam hati
ini, rasanya seperti aku diusir pergi. Aneh bukan?
Sambil berjalan menuju beranda belakang
gedung, berulang kali ku hirup nafas dalam-dalam. Kau melakukan semuanya dengan
baik Joowon. Mungkin ini rasanya bahagia, orang-orang yang kau sayangi saling
terikat satu sama lain. Kecil kemungkinan kau akan kehilangan mereka karena toh
nyatanya mereka masih di sini-sini saja, di sekelilingmu.
Kusentuhkan tanganku yang masih gemetaran di
teralis tangga besi yang dingin, ku lipat-lipat dan lipat semua kenanganku
dengan Soohyun dan Hana di dalam pikiranku. Apa aku menangis karena hatiku
takut kehilangan kehadiran Hana? Tentu saja kuakui dia adalah orang yang
menjadi parameter keseharianku bersama Soohyun. Melihat Hana dan berbicara
dengannya ataupun dengan Soohyun bagiku adalah suatu kebiasaan, aku baru bisa
menyebutnya hari jika aku melengkapi kebiasaanku tersebut. Yang seperti ini
perasaan apa?
Jujur aku malu saat menangis ketika
membawakan pidato pernikahan Hana dan Jaehyun hyung tadi. Kenapa aku harus
menangis? Apa aku benar-benar terharu? Apa melepas sahabat menikah biasanya
akan terasa sedemikian mengharukannya?
“Pabo..” kurasakan bibirku mengutuk diriku
sendiri sambil tersenyum. Aku mendongak menatap langit yang terlihat dari
beranda belakang gedung pernikahan ini. Mungkin nanti akan ada saat-saat aku
kehilangan Hana karena dia sudah menjadi istri orang. Tapi aku yakin aku bisa
mengatasinya. Aku yakin Hana akan bahagia bersama Jaehyun hyung. Jika aku
ditanya siapa orang terbaik di dunia yang pantas buat Hana, aku hanya akan
menyebut Soohyun dan Jaehyun hyung.
Seharusnya aku bahagia jika ingin agar Hana
bahagia, bukan? Diam-diam aku memuji tindakan cerdas umma yang menjodohkan
Jaehyun hyung dengan Hana.
***
Empat bulan yang lalu..
Hana
berulang kali menyentuh pipinya, blushing,
saat terngiang-ngiang kata-kata bos besarnya tadi.
“Hana-ya, jika aku memintamu menjadi
menantuku, apa kau bersedia?”
Hana tersedak udara, saat ini yang terakhir
berada di ruang rapat hanya dirinya dan direktur perusahaan, Nyonya Moon. Dia
menoleh ke sekitar untuk memastikan jika memang Nyonya Moon sedang berbicara
dengan dirinya.
“Nde?”
dengan tolol Hana seolah meminta penjelasan.
Nyonya Moon tersenyum, “Aku akan sangat
bahagia jika kamu bersedia menjadi menantuku, Hana-ya”
“Eng.. eh, saya tak tahu harus bilang apa
pada Anda, Nyonya Moon. Saya.. er..” Hana tak bisa meneruskan ucapannya.
Nyonya Moon terkekeh, lalu menepuk pundak
Hana pelan.
“Aku jamin, kau tak akan menyesal menjadi
menantuku, Jung Hana”, ujar Nyonya Moon sembari berjalan meninggalkan ruang
rapat.
Sungguh Hana
tak bisa berhenti tersenyum, Nyonya Moon memintanya menjadi menantunya,
Direktur Utama di perusahaan clothing The Moon’s tempat dia bekerja sebagai
Pimpinan Manajer. Nyonya Moon ibu dari Moon Joowon, teman baik sekaligus pria
yang dia taksir dari dulu.
“Kau
kenapa?”
Seorang pria
menghampiri meja tempat dia duduk di bagian belakang cafe, lalu ikut duduk
bersamanya. Pria ini, Kim Soohyun, juga adalah teman baiknya.
Soohyun,
Joowon dan Hana adalah satu paket. Orang-orang mengenal mereka sebagai cupcakes trio. Mereka membangun sebuah
cafe cupcake dan kopi karena kesukaan mereka pada cupcakes. Selain Joowon yang
murni menjadi cheff, Soohyun yang jadi guru SMA dan Hana yang bekerja di
perusahaan clothing milik keluarga Joowon, bergantian menjaga dan memproduksi
cupcakes di cafe mereka. Bagaimana mereka bisa berteman baik, sangat panjang
jika diceritakan. Bisa dibilang mereka bertemu dan berkenalan dalam sebuah
perlombaan membuat cupcakes saat mereka masih menjadi pelajar.
Hana
terkikik, “Tidak apa-apa” sahutnya sok misterius.
Soohyun
memutarkan bola matanya, “Tidak apa-apamu selalu berarti sangat apa-apa buat ku
dan Joowon, ingat?”
“Aku
kenapa?” tiba-tiba seorang pria datang lagi, dia memakai baju cheff dan sebelah
pipinya belepotan tepung sementara tangannya memegang satu cup bubble tea, “Mau?”
dia menawarkan minumannya ke kedua orang yang lebih dulu duduk.
Soohyun
menggeleng, namun Hana hanya mengerling dan mengedip-ngedip genit. Joowon yang
semula hendak duduk di samping Hana sedikit takut. Dia menggeser duduknya
mendekati Soohyun.
“Dia kenapa?”
bisiknya tanpa terlalu berbisik sehingga Hana bisa dengar apa yang dia tanyakan
pada Soohyun.
Hana
mencondongkan badannya ke arah Joowon, tapi yang di tuju semakin menggeser
posisi badannya ke arah Soohyun.
“Oppaaaa~”
panggil Hana ke Joowon dengan nada manja.
“Apa??”
tantang Joowon, dia terlihat benar-benar takut, sebelah tangannya memeluk
lengan Soohyun dengan sebelah tangan yang memegang bubble tea diacungkan ke
arah Hana sebagai perisai.
Hana
tersenyum, “Aku tau sebenarnya kau juga menyimpan rasa terhadapku, Oppa” ujar
Hana sedikit seduktif. “Just admit it
lover boy!”* desisnya sambil nyengir.
Joowon
mengerjapkan matanya sekali, bingung.
Soohyun
terkekeh, “Duh, women and their hormones
on the month” komentarnya.
Joowon
menoleh ke arah Soohyun, ekspresinya bingung. “Apa?”
Soohyun
melepas cengkeraman Joowon dari lengannya lalu berusaha bangkit, “Kau seperti
tak tau saja jika Hana.. well, uh we can
say its stupid period factor hahaha”.
“Hey hey,
jangan tinggalkan aku! Hana akan memakanku!” Joowon merengek ke arah Soohyun
yang mulai memakai seragamnya cheffnya.
“Itu
urusanmu, ..hyung” Soohyun menambahkan kata paling belakang dengan nada licik.
“SOOHYUN-AH!
KIM SOOHYUN! KEMBALI KAU..!!” teriakan Joowon seperti orang tercekik.
Hana
tertawa, dia memamerkan jemarinya dengan centil. “You gotta put a ring on it soon, eh?”*
Joowon yang
semula hendak mengesot mengejar Soohyun, jadi terhenti.
“Huh?”
dengan tampang bingung joowon mendongak ke arah Hana yang membungkuk ke
arahnya.
“Just get in touch with your feelings, Babe!”*
bisik Hana penuh perasaan lalu mengusap poni depan Joowon dengan gemas, dia
melangkah meninggalkan Joowon yang masih dalam posisi hampir mengesot di lantai
dan menuju ke dapur dengan tertawa renyah.
PS: * Hana
mengucapkan penggalan kalimat LSP dari serial Adventure Time dari cartoon
Network
***
Resepsi pernikahan Hana dan Jaehyun
Resepsi
pernikahan telah usai, para tamu sudah berjajar di depan gedung untuk menunggu
Hana melempar buket bunga sebelum menuju ke rumah baru bersama suaminya. Hana
memeluk ibunya erat sebelum keluar dari gedung. Dia akan sangat merindukan
kehidupan lamanya. Menikah dengan orang yang belum kau kenal baik, apa yang
bisa diprediksikan di hari-hari selanjutnya?
Perjalanan
sepulang dari gedung resepsi sangat sepi, hanya ada Jaehyun dan Hana di dalam
mobil, dengan suasana canggung.
“Jaehyun-ssi..”
Jaehyun
menoleh saat mendengar Hana memanggil namanya.
“Begini..”
Hana menarik nafas sejenak sebelum memulai pembicaraannya. “Aku tau, pernikahan
ini bukanlah apa yang kau mau. Dan aku hanya ingin memberi tau jika ini juga
bukan apa yang aku mau.” Hana menelan ludahnya dengan susah, rasanya berat
menjelaskan semua ini terhadap Jaehyun.
“Eng..
bolehkah aku memanggilmu Oppa?” tanya Hana hati-hati.
Bibir
Jaehyun berkedut dibagian ujungnya, yang Hana asumsikan sebagai senyuman
sekilas. “Tentu saja kau harus memanggilku Oppa, orang-orang melihat kau
sebagai istriku.” Sahut Jaehyun singkat.
Hana ikut
tersenyum mendengarnya.
“Aku lega
mendengarnya.” Pundak Hana perlahan-lahan mulai lemas, tak setegang tadi.
“Kupikir, karena kita sama-sama tak menginginkan pernikahan ini namun juga tak
bisa menolaknya, kita bisa membuat semuanya lebih mudah dengan saling mengerti
perasaan masing-masing” Hana melirik ke arah Jaehyun yang masih berkonsentrasi
pada setir. “Bagaimana menurutmu?”
“Joha..”
Jaehyun menjawab singkat. Hana mengerutkan kening. Agak tak puas dengan jawaban
Jaehyun.
“Oppa... apa
kau punya seseorang yang kau sukai?” tanya Hana iseng.
Jaehyun
mengerutkan keningnya, sedikit berpikir, namun tak melepaskan pandangannya dari
depan. “Tak ada..” sahutnya.
“Aku
menyukai Joowon Oppa, kau sudah tau?” ungkap Hana tiba-tiba. Ekspresi Jaehyun
sedikit berubah. Namun Hana tak mampu menebaknya karena sekejab kemudia dia
sudah kembali seperti biasa dengan wajah tanpa emosi yang tak terbaca.
“Oh..”
Jaehyun menjawab, dia mengangguk pelan tanda sudah tau.
Hana
nyengir, “Kau membuatku malu..” dia terkikik sambil menutupi wajahnya.
“Aku sangat
sangat sangat sangat sangat sangaaattttt menyukai Joowon-oppa, hehe..”
Jaehyun tak
menanggapi.
“Kenapa kau
tak menolak pernikahan ini jika kau menyukai Joowon?” tiba-tiba saja Jaehyun
melemparkan pertanyaan. Hana terdiam, sedang mencari jawaban, lalu membalas.
“Oppa
sendiri, kenapa tak menolak pernikahan ini?” tukasnya pelan. Suasana kembali
canggung. Hana sedikit mengutuk lidahnya yang menceplos begitu saja. Jaehyun
bukanlah Soohyun yang bisa dia ajak bicara tentang hal kekanak-kanakan hingga
perang dunia, harusnya Hana tau itu.
“Benar juga,
kenapa aku tak menolak pernikahan ini ya?” Jaehyun menyahut, ada sedikit nada
pahit yang mampu Hana rasakan namun tak begitu kentara sehingga Hana tak
menanyakannya lebih lanjut.
Suasana
kembali hening. Hana menghela nafas sesikit kesal. Sepertinya Jaehyun nyaman
dengan suasana kaku seperti ini, sementara Hana yang terbiasa heboh merasa
sedikit tersiksa.
“Apa kau
selalu seperti ini?” Hana sedikit menyemberutkan bibir.
“Apa?”
“Maksudku,
kau selalu dingin dan tak banyak bicara. Waktu direktur mengenalkan kita seusai
pemotretan untuk majalah itu kau juga dingin sekali” hana mendengus dan
memalingkan pandangan ke luar jendela.
“Kau harus
memanggilnya umma..”
Hana menoleh
ke arah Jaehyun lagi, “apa?” keningnya berkerut tak mengerti.
“Direktur
adalah ummaku, jadi sekarang kau harus memanggilnya umma saat tidak di
kantor..” Jaehyun menjawab singkat sambil masih berkonsentrasi ke jalan di
depan.
“Aaaah,
benar juga” Hana terkekeh. “Jadi?”
“Apa?”
Jaehyun yang mengerutkan keningnya kali ini.
“Pertanyaanku
tadi, kau belum menjawabnya. Apa kau selalu seperti ini, hung?” Hana bertenya dengan penuh penasaran, dia memandang profil
samping Jaehyun dengan perhatian, “Oppa, kenapa kau bisa setampan ini?”
Hana menutup
mulutnya dengan kaget, pertanyaan tadi seharusnya haya ada di dalam pikirannnya
saja, tapi mulutnya tapa sadar menceploskan pertanyaan itu begitu saja.
Jaehyun
terlihat agak terkejut, namun tak lama kemudian dia melirik Hana dengan
pandangan menggoda.
“Jadi
pertanyaan yang mana yang harus ku jawab, Hana-ya?” Jaehyun mengulaskan senyum
yang membuat hati Hana serasa melorot ke perut.
“Aish..
lupakan” Hana menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu memalingkan pandangan
ke luar jendela, malu.
Jaehyun
terkekeh pelan, cara dia ketawa sangat lucu hingga Hana harus menggigit bibir
bawahnya untuk menahan dirinya agar tidak mencubit kedua pipi Jaehyun karena
gemas.
“Kita sudah
sampai, Hana-ya”
Jaehyun
keluar dari mobil lalu berjalan ke arah pintu keluar sisi Hana untuk membantu
membukakan pintu dan mengangkat gaunnya yang lebar.
“Ini
rumahmu, Oppa?” tanya Hana sedikit takjub dengan bentuk rumah yang ada di
depannya. Seperti rumah impian yang selama ini selalu dia singgung
berulang-ulang dengan Soohyun dan Joowon.
Rumah itu
berwarna putih sederhana dengan dua tingkat, namun tingkat pertama sepenuhnya
terbuat dari kaca dan menghadap taman kecil di samping dengan kolam kecil dan
gazebo yang mengapung di atas kolam dan lantainya terbuat dari kayu sepenuhnya.
Hana terpesona, bagaimana bisa Jaehyun tau bentuk rumah idamannya?
“Welcome home, Hana..” bisik Jaehyun
sambil menggengam tangan Hana perlahan. Hana masih terpukau hingga tak mampu
melangkahkan kakinya dari sisi mobil.
“Kita akan
bisa melaluinya dengan baik.. kita akan menjadi teman baik..” lanjut Jaehyun,
Hana menoleh ke arah Jaehyun dan membalas genggaman tangan Jaehyun, meremas
tangannya pelan sebagai tanda persetujuan. Kita
mampu melewatinya, Oppa.. aku dan kau.. bisik Hana dalam hati.
***
“Jadi ini
yang kau sebut sarapan?” Hana mengeluh keras, dia menggantung kakinya agar
tidak menyentuh lantai sementara tangannya merapatkan bedcover yang sedari tadi dia lilitkan di badannya.
“Kau harus
diet, gilaa kupikir punggungku akan
patah saat menggendongmu tadi” Jaehyun balas menggerutu, dia menyendok sereal
yang ada di hadapannya sambil menggerak-gerakkan lengan kirinya yang kebas
setelah menggendong Hana turun.
“Jangan
mengalihkan pembicaraan.. ” Hana merengut tapi dia juga menyendok sereal
bercampur potongan strawberry dan kiwi beku yang ada di hadapannya. “Lagi pula
berat badanku sudah turun saat mempersiapkan pernikahan kita sebulan lalu”.
Jaehyun
memberi Hana lirikan yang mengisyaratkan rasa tidak percaya, “Oh ya? Berapa
kilo?” sahut jaehyun tak perduli
“tujuhratus
limapuluh gram..”
Jaehyun
tersedak saat mendengar jawaban Hana, separuh menahan tawa dan separuh
mengunyah sereal.
“Apa kau tau
berapa banyak 750gr itu, HAH?? Kau bisa membuat steak yang bisa kau berikan
untuk banyak orang dari daging segitu, TAU?!” Hana merasa tak terima karena
Jaehyun tertawa menyepelekannya.
Jaehyun
masih terbatuk-batuk sambil tertawa, dia merasa ada potongan strawberry yang
masih nyangkut ke saluran pernafasannya.
“Jadi kau
protes karena aku menyebut sereal ini sebagai sarapan, apa kau bisa melakukan
yang lebih baik dari ini?” Jaehyun telah sepenuhnya berhenti tertawa dan
kembali ke dirinya yang selalu bertampang dingin.
Hana menepuk
keningnya pelan, orang ini mudah sekali mengganti topik pembicaraan, ugh..
“Apa kau mau
ku buatkan pancake? Cupcake? Atau sesuatu yang manis dan perlu di panggang
lainnya?” Hana balik bertanya dengan serius.
Jaehyun
mengerang, “Lupakan, aku benci makanan manis, apalagi di pagi hari..”
“Tapi sereal
ini, man-..” Hana tak bisa melanjutkan ucapannya, dia baru sadar sereal yang
dia makan terasa hambar, eng mungkin sedikit gurih karena susu fullcream yang
dicampurkan Jaehyun dan asam dari potongan buah. Hana melebarkan matanya,
bagaimana bisa dia tak merasakan semua ini? terlebih dari itu, bagaimana bisa
dia bisa memakan sesuatu yang tidak manis seperti ini? Hana, Joowon dan Soohyun
adalah penggemar makanan manis.
Masih sambil
membelalakan matanya, Hana menoleh ke arah Jaehyun yang menyorotlan pandangan
sedikit meledek seperti , you gotta say
something, hah?
Hana menggelengkan kepalanya lalu memakan serealnya
dalam diam, tidak terasa buruk sih. Hanya saja obrolan dan cek-cok ringan
dengan Jaehyun bisa mengelabuhi lidahnya untuk menelan sesuatu yang tidak manis
tanpa menyadarinya. Hana mendesah. Sepertinya pernikahan ini akan berjalan tak
seperti apa yang dia prediksikan sebelumnya.
***
Bersambung
***
Bersambung
![]() |
kira-kira beginilah Jaehyun kalau dilihat dari samping XD |