The Unintended chapter 3
Tags: OC, friendship, romance, arranged marriage, marriage life.
Description:
Love isn’t always a compromise. Sometimes, it’s a complete surprise. And the best love story is when you fall in love with the most unexpected person at the most unexpected time - Unknown
Foreword:
Apa yang akan terjadi jika pernikahan yang akan kamu jalani tak seperti yang kamu bayangkan? Apa jadinya jika kamu harus menikah dengan seseorang yang tak kamu kenal dan bukan orang yang kamu cintai karena sebuah permintaan?
haiiiiii, chiqux is back! muehehehe... ya ampun maaf lagi, beribu-ribu maaf, kalau semua maaf saya bisa dirajut mungkin udah berbentuk selimut yang bisa dipake buat nutupin satu kabupaten huhuhu. jadiiii, mo sedikit curcol nih ceritanya, laptop saya mati dan sisa chapteran The Unintended yang masi unpublished ada di dalemnya TT.TT ilaahhhh, saya kudu nulis ulang semuanya huhuhu. dan berhubung ingatan saya terbatas, ada beberapa poin yang mungkin saya lupa buat nulis atau gimana jadi ini saya berusaha mengorganisir kotak ingatan saya TT.TT syedihhhh.. sementara chapter ini terselamatkan soalnya dulu sempet saya titipin di laptop mawid alhamdulillahnya :'))
cukup dengan blabbering saya deh, jadi chapter ini saya buka sedikit isi kepala jaehyun (?) hahaha emang ngegemesin sih orangnya, sosok aslinya ga misterius gini sumpah pdhl saya emang niatan buat ngejiplak orangnya asli tapi tangan saya bergerak menggambarkan si jaehyun kaya punya mesin sendiri, ga bisa dikontrol sampe kadang-kadang saya hilang dalam pemikiran saya sendiri tentang cowok satu ini, sebenernya maunya dia apa sih? aslinya dia manis dan tipe orang yang menghargai hal-hal kecil, segelas kopi hangat yang bisa dia nikmati saat dia sedang sendirian aja bisa bikin dia bahagia sampe update kata-kata dalem di twitter, sweet bgt ya hihihihi
eh kok jadi ngegosipin ttg jaehyun sih.. udah deh silahkan nikmati updatean yang terselamatkan ini, semoga bisa menjadi obat kangen (hah emang ada yang kangen?wkwkwk) sama tulisan saya #pede geeelaaaa/ditimpuk tomat busuk/
cekidot deh! :D
PS: humm gada bonusan pic di updatean ini :( semua foto2 jaehyun joowon hana soohyun ad di laptop yang mati, sedihhhh :(((
***
“Kau menghindariku kan?”
Joowon berdiri tepat di depan Hana yang hendak membuang
sampah melalui pintu belakang.
Hana tak menjawab, dia berusaha mengabaikan Joowon dengan
memilih sisi jalan lain. Joowon tak menyerah begitu saja, dia tetap memblokade kemanapun
Hana hendak lewat, begitu berulang kali.
Hana sebal, dia berhenti mengelak lalu mendongak, menatap
Joowon tepat di mata dengan tajam. Joowon menyipitkan mata, tak yakin dengan
apa yang akan dilakukan Hana selanjutnya.
Menggembungkan pipi dan meniup poninya sekali sebagai tanda
dia merasa benar-benar terganggu, tanpa
diduga Hana langsung menginjak ujung sepatu Joowon keras-keras.
“AWWWW..!!!”
Sementara joowon mengaduh, Hana memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk menyelesaikan apa yang semula hendak dia lakukan dan kembali
masuk ke dapur, meninggalkan Joowon yang masih mengaduh dan mengumpat serta
berteriak ke arah punggung Hana.
Sudah berulang kali Joowon menghadang Hana di berbagai
kesempatan, teutama saat mereka hanya berdua saja entah di dapur atau di ruang
depan saat melayani pengunjung. Lama-lama Hana merasa jengkel, awalnya dia tak
berencana untuk menghindar sebegitu ekstrimnya tapi karena tindakan Joowon
tersebut rasa-rasanya dia akan benar-benar melancarkan aksi menghindari Joowon
secara terang-terangan.
“Aish, jinjja.. apa kau tau apa yang diinginkan Joowon?
Kenapa dia tak berhenti saja dan membiarkan aku sendirian?”
Hana mengeluh keras-keras, saat itu dia sedang berada di
dapur bersama Soohyun. Salah satu dari beberapa kesempatan langka saat Joowon
sedang tidak berada di kafe.
“Kenapa tak kau bilang saja itu di depan mukanya alih-alih
bermain kucing-kucingan seperti ini?” Soohyun menanggapi sambil tangannya
memindahkan beberapa biskuit yang baru matang dari oven ke wadah.
“Aku tak bermaksud seperti ini, aku hanya meminta waktu
sebentar saja untuk menyembuhkan sakit hatiku atas ucapannya. Hanya karena aku
mencintainya bukan berarti dia bisa berkata seperti itu padaku kan? Hmph..
menari di mimpi yang salah? Aku tak pernah bermimpi, aku hanya mencintainya dan
melihat jika dia mencintaiku, itu saja..” Hana mencomot sebutir biskuit dari
depan Soohyun lalu menggigitnya.
Soohyun terkekeh, “Kau delusional kalau berpikir begitu,
dari mana kau bisa menyimpulkan kalau dia mencintaimu, ha?”
“Well, dia baik, dia selalu mengistimewakanku, dia
perhatian..eng.. apa lagi ya?”Hana menepuk keningnya dengan potongan biskuit
yang sedang dia pegang, berpikir.
“YAH, aku juga melakukan hal yang sama terhadapmu, tapi aku
tak merasa kalau aku mencintaimu sebagai seorang pasangan”. Ujar Soohyun,
protes.
Hana tertawa kecil, “Kau benar juga, oppa.” Dia memakan sisa
potongan biskuit di tangannya sebelum melanjutkan, “Mungkin sudah saatnya aku
menata ulang hatiku dan melupakan dia..”
“Melupakan siapa?” Tiba-tiba suara Joowon terdengar dekat sekali
di belakang Hana.
“UHUKKK....!!” Hana tersedak remah biskuit yang belum sempat
dia telan karena suara tersebut, Soohyun menepuk-nepuk punggung Hana dengan
panik.
Joowon segera menyodorkan bubble tea yang sedang di
tangannya ke arah Hana.
“Yah, berapa umurmu? Makan biskuit saja bisa sampai
tersedak!” omel Joowon.
Hana meradang, “Kau pikir ini karena siapa hah??!” teriaknya
jengkel.
Soohyun terkekeh, “Baiklah, karena kalian sudah saling
bertemu, lebih baik kalian selesaikan masalah kalian sekarang juga.” Dia
melepas apron dan sarung tangan plastik yang dia kenakan lalu duduk di kursi
tinggi dekat meja dapur.
“Aku sih merasa tak ada masalah, dia yang menghindariku
karena itu mungkin dia yang punya masalah.” Ujar Joowon santai sambil melipat
tangan di depan dada, dia masih berdiri dan menatap Hana tajam di dekat oven.
Yang ditatap sedang sibuk, pura-pura masih tersedak dan menghabiskan bubble tea
yang tadi disodorkan Joowon.
Soohyun mengerling ke arah Joowon, sedikit memperingatkan
untuk lebih bersikap dewasa. Joowon mendehem sekali lalu mendekat ke depan Hana
tepat sambil menatapnya penuh intimidasi. Hana sampai harus mundur dua langkah
karena Joowon terlalu dekat.
“Jadi nona, kenapa kau menghindariku semenjak selesai
pernikahanmu?”
Hana meletakkan cup kosong bubble tea tadi lalu membalas
tatapan Joowon, menyahut dengan manis.
“Ahjussi, nuguseyooo? Apa aku mengenal anda?”
Joowon membelalakan mata tak percaya, Hana hanya berkedip
sambil tersenyum polos. Soohyun sudah terguling dari tempatnya duduk sambil
memegangi perutnya yang kaku karena tertawa.
“YAH JUNG HANA!”
***
Jaehyun
sedang mengecek kameranya, sebentar lagi akan ada pemotretan konsep portofolio perusahaan
untuk setahun kedepan. Secara personal, Direktur Moon memintanya untuk menjadi
fotografer kali ini.
“Jaehyunie..”
Suara
seorang wanita memanggilnya penuh sayang, jaehyun mendongak dan menemukan Direktur
Moon sedang berjalan ke arahnya dengan tersenyum. Di detik terakhir Jaehyun
mengingatkan lidahnya agar tidak menyahut ‘sajangnim’...untuk yang kesekian
kalinya.
“Umma..”
“How is it ?”
“Semua
sudah siap, hanya tinggal menunggu modelnya, Umma..” Jaehyun menarik kursi
terdekat untuk tempat duduk Direktur Moon..er..ibu tirinya.
“Apa
umma ingin memeriksanya lagi?” tawar Jaehyun sembari menyodorkan berkas
mengenai konsep untuk pemotretan kali ini.
“Ani,
umma percaya kau mampu mengurusinya” direktur Moon menepuk-nepuk punggung
tangan Jaehyun penuh sayang.
Tiba-tiba
“Chogiyo..”
Baik
jaehyun dan Direktur Moon menoleh ke arah suara secara bersamaan. Salah satu
staff mendekati mereka berdua dan mengabarkan jika model yang semula akan
mereka pakai terkena flu berat dan dikhawatirkan tidak akan mampu mengikuti
pemotretan dengan baik.
“Saya
khawatir, sepertinya pemotretan untuk portofolio kali ini harus diundur hingga
Mikki agak baikan, sajangnim..” ujar staff tersebut.
Jaehyun
mengangguk-angguk paham, “Uh, tidak masalah Taekgun-ssi. Kabarkan saja kapan
kita akan melanjutkannya..”
Tapi
sepertinya direktur Moon memiliki pemikiran lain, dengan sedikit tersenyum
beliau memotong ucapan Jaehyun.
“Tidak
perlu, kita bisa tetap melanjutkan pemotretan kali ini dengan model
lain..serahkan saja semuanya pada umma.” Ujar Direktur Moon menenangkan, dari
kerlingan matanya nampaknya ide beliau sangat brilian karena kerutan senyum tak
juga bisa lepas dari bibirnya saat menatap Jaehyun lekat-lekat.
***
Rasanya dunia berhenti berputar. Jaehyun
sering mendengar kalimat tersebut, tapi baru kali ini dirinya benar-benar
mengerti maksudnya. Gadis yang dibawa Direktur tadi nyaris membuatnya
kehilangan nafas.
“Annyeonghaseyo,
Jung Hana imnida ”
Naksir
teman masa kecil, ngefans pada artis idola, Jaehyun sudah pernah
mengalami itu semua. Tapi yang dia rasakan kali ini lebih dari apapun yang pernah
dia rasakan selama ini. Gadis ini menyesaki sudut pandangannya, menyedot
segenap perhatian, menumpulkan semua indera.
“Jaehyunie,
dia yang akan menggantikan model hari ini.. Dia ini...”
Sisa
penjelasan Direktur Moon sudah tak terdengar di telinga Jaehyun. Dunia Jaehyun
berhenti berputar untuk sesaat, dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama
dengan gadis ini.
Tak
ada yang istimewa, gadis ini pendek, senyumnya terlalu lebar, poni rata seperti
pelajar, kulitnya sedikit gelap dan mukanya cuma diisi dengan pipi. Tak ada hal
yang menarik, kecuali kalian melihat matanya. Sinar yang ada di dalam mata itu
yang membuat dunia Jaehyun berhenti berputar, tak sadar hingga dia menahan
nafasnya.
Semua
novel dan film menggambarkan jatuh cinta dengan taburan bunga-bunga, hujan
rintik-rintik atau percikan kembang api. Bebrapa menggambarkan seseorang yang
kikuk dan menabrak segala yang ada di depan kecuali dia, berusaha menatap
manapun selain ke arah si dia, sedangkan beberapa lainnya tersedak dan
memalukan diri mereka sendiri. Siapa yang mengira love at first sight
yang Jaehyun alami rasanya justru seperti naik bianglala yang macet lalu
berhenti berputar ketika sedang berada di puncak putaran. Bisa kau bayangkan
paniknya?
Sunyi.
Sesak napas. Sendirian. Bukankah itu menakutkan?
Suara pesan masuk di handphone membuat Jaehyun tersadar dari
lamunannya. Saat di buka, ternyata dari Hana.
Oppa, apa kau tidak
akan pulang malam ini?
Tanpa sadar Jaehyun tersenyum saat membaca pesan tersebut. Pulang.
Jaehyun belum pernah merasakan kata pulang bisa terlihat seindah ini.
***
Sekali lagi Hana menendang kerikil tak bersalah yang ada di depan kaki
saat dia berjalan. Kerikil sialan. Dapur sialan. Soohyun sialan.
Tak henti-hentinya Hana mengutuk semua yang menurutnya menyebalkan.
Semua yang membuatnya harus berakhir dengan keluar dari kafe jam 8 malam menuju
minimart terdekat. Bersama Joowon.
Sialan!
Sekali lagi, Hana menarik nafas seolah terpaksa. Lalu tarikan nafas tadi
berubah menjadi dengusan. Lalu dengusan menjadi gerutuan singkat. Belum pernah
Hana merasakan suasana secanggung ini, terutama dengan Joowon. Rasanya Hana
ingin melepas syal yang dia pakai lalu menggigit-gigitnya sembari
melompat-lompat di tempat. Rasanya...
“AWWW!! Apa-apaan ini?!”
Hana mengaduh, Joowon baru saja menjitak kepalanya. Bukan jenis jitakan
sayang ala pria pada wanitanya, tapi jitakan ala brotherhood. Benar-benar sialan braderrrr...
“Kau ini kenapa sih?” Joowon berhenti berjalan. Dia memfokuskan tatapan
pada Hana sepenuhnya.
“Hng.. kau yang kenapa, semena-mena menjitak kepala orang..”
Hana menggerutu, tapi tak ikut berhenti. Dia terus berjalan sembari
mengelus-elus kepalanya yang bekas dijitak Joowon. Joowon terkekeh, tangannya
meraih ujung syal yang dipakai Hana lalu menariknya ke belakang.
“Hekh..!” Hana otomatis kehilangan keseimbangan dan sedikit terpelanting,
menabrak Joowon yang masih berdiri tepat di belakangnya.
Belum sempat Hana protes ataupun mengamuk, Joowon sudah melingkarkan
lengannya ke bahu Hana, memeluknya dari belakang dan menyisipkan kepalanya di
pundak Hana.
Hana membeku seketika, tapi tak berkata apa-apa.
Tak ada yang bersuara kecuali nafas keduanya, yang anehnya masing-masing
helaan terdengar stabil baik Hana maupun Joowon.
. . . . . . . . .
Semenit keduanya bertahan dalam posisi tersebut, entah tepat semenit
atau justru lebih, tak ada yang peduli. Tak ada yang mau bersusah payah
menghitung.
Hana terpaku. Sementara Joowon menutup mata dan menikmati semuanya.
“Aku merindukanmu” gumpalan abstrak di kerongkongan Hana sulit ditelan,
suara Joowon terdengar sangat dekat...
Terlalu dekat di samping telinganya..
Sangat nyata..
Terlalu nyata..
“Aku merindukan kita..” baru saja jantung Hana hendak berdetak lebih
cepat dari biasanya, kalimat selanjutnya yang diucapkan Joowon menyiramkan
udara dingin di ubun-ubun dan tulang belakang. Kita. Bukan ‘-mu’ lagi. Suasana
beku tadi pecah. Lalu Hana berontak dan melepaskan diri dari pelukan Joowon.
Hana berbalik dan menatap Joowon tepat di mata. Joowon membalasnya sama
kuat.
“Aku tak pernah bisa marah padamu, sengaja atau tidak kesalahanmu, kau
selalu punya tempat termaafkan di mana dosa-dosa buruk bisa menjangkaunya di hatiku. Kau
tau itu, kan?” Hana mengucapkan semuanya dengan pelan, bernada serius.
Tangannya meraih tangan Jooowon dan mengaitkan semua jari-jarinya dengan
jari-jari Joowon.
Senyum di mata Joowon bertemu dengan senyum di mata Hana. Semuanya
terasa pas, tapi ada yang masih mengganjal..
Entah selesai atau masih berjalan, cinta satu arah milik Hana kepada
Joowon, tak ada yang bisa menilai..
Dering telepon mengagetkan keduanya. Hana dan Joowon saling mengerling
dan tertawa geli, keduanya telah melupakan untuk apa mereka tadi keluar
bersama.
“Halo, Soo-..”
Sapaan Joowon saat mengangkat panggilan yang masuk ke handphonenya tak
terselesaikan, karena Soohyun di ujung sana sudah berteriak...
“MANA SUGAR POWDER YANG KUPESAN TADI, HA?!!!!”
***
Hana tak sabar menunggu, jam di dinding sudah menunjukkan lewat tengah
malam. Matanya mulai terasa berat. Jaehyun belum juga pulang. Pun tak ada
sedikitpun kabar.
Untuk kesekian kalinya Hana menguap. Dia berulangkali pindah posisi di
sofa. Televisi di depannya masih menyala dan menayangkan entah apa, tapi sedari
tadi Hana sibuk berbaring lalu ganti duduk lalu menggoyang-goyangkan kaki,
sembari menguap, lalu berdiri dan memutar-mutar badannya lalu berjalan menuju
dapur dan membuka pintu kulkas lalu kembali ke sofa. Oh, sibuk sekali.
Semakin tak sabar, Hana meraih handphone di meja kopi sebelah sofa lalu
mengetik pesan untuk Jaehyun.
Oppa, apa kau tidak
akan pulang malam ini?
Semenit, dua menit, lima belas menit, duapuluh menit tak ada balasan.
Hana sudah akan mengangkat kakinya dan bersiap-siap untuk masuk ke kamarnya,
memutuskan kesimpulan jika Jaehyun tak akan pulang malam ini, saat suara mobil
terdengar memasuki halaman.
“Oh, kau belum tidur?”
Suara Jaehyun seperti kaget saat melihat Hana masih duduk di sofa,
menunggunya. Hana memutarkan kedua bola matanya, oh-plis-deh.
“Apa kau lebih suka jika aku tidur dan membuatmu terkunci di luar tanpa
peduli apapun yang terjadi padamu?” sahut Hana sarkatis. Moodnya untuk cerita
tentang Joowon pada Jaehyun hilang seketika.
Jaehyun tertawa kecil, sarkasme Hana terasa sangat tajam.
“Kau bisa tidur sekarang, aku sudah pulang.” ujar Jaehyun.
Hana mengerutkan kening, cara Jaehyun bicara sedikit membuatnya tak
suka. Jaehyun seolah bicara sambil lalu, sembari melepas jas dan sepatu, ewwww, kayaknya tidak tulus banget. Hana
membalikkan badan dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. Jaehyun is being a pain in ass...again.
“Dan, Hana...”
Tapi Hana pun berbalik dengan cepat saat Jaehyun memanggilnya lagi, kali
ini dengan lembut.
“..terima kasih karena telah menungguku” wajah Jaehyun penuh dengan
senyuman, sedikit aneh, tapi tak terasa menganggu. Sejujurnya Hana sempat
merasa berdebar-debar walau hanya sebentar.
Hana menggaruk kepalanya yang tak gatal, “uh.. tak masalah, aku istrimu,
ingat?”
Jaehyun tersenyum hingga telinga, Hana merasa wajahnya memerah lalu
buru-buru masuk kamarnya. Dia memutuskan jika sudah saatnya dia tidur.
***
Rasanya baru sebentar Hana merebahkan diri di kasurnya. Baru sebentar
dirinya terlelap. Kali ini dia terbangun kaget, bukan karena kesiangan. Suara
kelontangan di dapur yang membuatnya terlempar dari nyenyak tidur yang baru
beberapa menit, menurutnya.
Tanpa membenahi rambut ataupun mengecek kembali penampilannya, Hana
berjingkat keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Di ruang tengah televisi
menyala, tapi Hana tak berhenti dalam perjalanannya menuju dapur. Instingnya
mengatakan Jaehyun sedang lapar dan berusaha memasak sesuatu.
“Kau sedang apa?”
“OH!!!”
Jaehyun terlonjak, kaget setengah mati. Telor di tangannya melenting,
jatuh tepat dipunggung kaki kanannya.
Suasana kikuk sejenak.
. . . . . . . .
“HAHAHAHAHAHAA..”
Hana tak bisa berhenti tertawa sambil tangannya mengaduk-aduk ramyeon
yang sedang dia masak. Jaehyun ada di kamarnya, mandi dan berganti baju karena
telor yang tak sengaja terpelanting tadi membuatnya berbau...yah, tentu saja
seperti telor kan?
Rupanya Jaehyun tadi berencana untuk bergadang guna menonton pertandingan
bola. Dia sedang dalam proses membuat ramyeon ketika Hana muncul dan membuatnya
kaget sampai-sampai telor yang rencananya hendak dia masukkan dalam kuah
ramyeon, jatuh dan pecah di kakinya.
Jaehyun sudah duduk di sofa dan pertandingan sudah dimulai di televisi
saat Hana membawa mangkuk ramyeon ke hadapan suaminya.
“Kenapa hanya satu?” Jaehyun mengerutkan kening, dia menerima mangkuk
yang Hana sodorkan dengan hati-hati.
“Kau mau dua porsi?” Hana balik bertanya dengan serius.
“Maksudku, kau tidak membuat untuk diirmu sendiri?” Jaehyun menyuap
penuh-penuh sembari bertanya.
Hana mengambil posisinya di samping Jaehyun dan duduk dengan nyaman
sebelum menggeleng, menjawab pertanyaan Jaehyun.
“Kau mau wajahku bengkak besok pagi, ha?” seolah-olah merasa tersingung
tapi ekspresi Hana terlihat jika dia sedang bercanda.
“Itu akan terlihat hebat, si gadis berpipi tembam yang bengkak. Kau bisa
bayangkan?” Jaehyun tertawa, tangannya masih memegang mangkok ramyeon dengan
mata sesekali berpindah dari layar televisi dan ke arah Hana.
Hana ikut tertawa, dia meninju lengan Jaehyun pelan.
“Ini klub apa dan apa yang sedang bertanding?” Hana menyandarkan
kepalanya dengan santai ke bantalan sofa di belakang lehernya.
Jaehyun menelan kunyahannya sebelum menjawab, “Entahlah..”
“Yah!” Hana berpikir jika Jaehyun sedang menggodanya.
“Apa kau tadi marah padaku?” tiba-tiba saja Jaehyun bertanya.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Hana menukas, dia membuka mulutnya
saat Jaehyun menyodorinya sesuap kecil dari ramyeon yang dia pegang.
“Ya, karena tadi aku telat pulang, makanya aku bertanya apa kau marah
padaku”
Hana menelan ramyeon yang ada di mulutnya sebelum menjawab, “Hampir..
tapi belum sih, heran kenapa rasanya aku ini wanita pemarah ya? Kalian para
pria kadang bisa terlihat sangat sensitif”
Jaehyun mengerutkan kening, “Apa ada lagi yang menanyakan hal yang sama
padamu?”
Hana mengangguk, dia melahap ramyeon yang disuapkan oleh Jaehyun.
“Joowon?” sekilas nada Jaehyun terdengar setengah menebak, tak yakin.
Hana mengangguk sekali lagi.
“Tapi apa kau tau, tadi dia memelukku..”
Jaehyun sedikit tersentak mendengarnya, tetapi ekspresinya kembali
berubah seperti biasa. Dia menawarkan suapan sekali lagi pada Hana namun Hana
menolak.
“Apa kalian sudah baikan?”
Hana menoleh cepat, wajahnya terlihat terkejut. “Bagaimana kau tau kami
sedang marahan?”
Jaehyun memutar kedua bola matanya, “Siapapun di jarak satu kilo bisa
melihatnya dengan jelas, tau!”
Hana terkekeh, “entahlah...” dia menyendok sesuap ramyeon lagi dari
mangkuk Jaehyun sebelum melanjutkan, “Dia adalah orang paling membingungkan
yang pernah aku kenal, selalu menolakku terang-terangan tapi tetap bertingkah
manis padaku. Kadang-kadang seperti seorang pacar. Apa semua pria seperti itu
terhadap seseorang yang mencintai mereka? Tarik ulur dan selalu memberi
harapan.”
Jaehyun diam sebentar sebelum menanggapinya, mangkuk ramyeon dan
pertandingan bola benar-benar terlupakan dari benaknya.
“Apa kau tau apa yang kupikirkan?”
Hana menggeleng sambil menatap Jaehyun dengan tatapan polos.
“Pria ini mencintaimu” Jaehyun menelan ludahnya dengan susah payah,
kalimat yang dia ucapkan memiliki makna ambigu, lalu melanjutkan, “Pria ini
benar-benar sudah jatuh cinta padamu, hanya saja dia bingung tentang beberapa
hal. Bisa saja tentang persahabatan kalian atau juga hal lain. Tapi yang
terlihat, pria ini juga memiliki perasaan yang sama terhadapmu.”
Hana ternganga, “whuaaa... benar sekali! Aku juga berpikir seperti itu,
tapi semua orang menolak fakta itu. Joowon bahkan Soohyun juga bilang itu tak
mungkin. Tapi aku... aku merasakan semuanya dengan jelas, aku melihat semuanya
dengan jelas. Benar-benar, kau adalah oppaku! Jjang!! Kau memiliki pandangan
yang sama dengan pandanganku... kyaaaa~ aku jadi ingin memelukmu karena
terharu!”
Hana berusaha memeluk Jaehyun yang duduk tepat di sampingnya, namun
sebelum dia bisa melakukannya Jaehyun buru-buru berdiri menghindar.
“Opaaaa, kenapa kau menolak pelukankuuuuu..”
“Siapa yang mau dipeluk sama kurcaci pendek macam kau? Aku mau
meletakan mangkuk kosong ini ke bak cuci piring” Lalu Jaehyun melenggang pergi,
masih sempat terdengar gerutuannya di belakang. “katanya ogah makan ramyeon
tengah malam, tapi semangkuk dihabiskan sendirian, dasar wanita!”
Hana terkikik mendengarnya, dia kembali menyandarkan kepalanya di
bantalan leher sofa sambil mengembalikan fokusnya pada televisi di depan.
“Oppaaaaa...”
Terdengar sahutan Jaehyun dari belakang.
“ini klub apa dan apa yang sedang bertanding sekarang? Kenapa seragamnya
sama-sama merah?”
Jaehyun yang telah selesai mencuci mangkuk lalu kembali duduk di sofa
bersama Hana, memfokuskan matanya pada layar televisi juga. Hana menelusup
masuk dalam lengan Jaehyun dan bersandar di bahunya.
“sudah kubilang aku tak tau.. sudahlah lihat saja sampai selesai nanti
juga ada tulisannya di akhir pertandingan atau disebutkan oleh komentator”
Hana terbelalak, dia menarik kepalanya dari bahu Jaehyun dan menatap
pria di sampingnya ini dengan tak percaya.
“Jadi kau benar-benar tak tau? benar-benar benar-benar tak tauuuu??”
Jaehyun mengangguk, matanya masih tak terlepas dari layar televisi,
mengabaikan tatapan heran dari Hana.
“Lalu kenapa kau menontonnya kalau begitu, ha?” desak Hana.
Jaehyun tak menjawab, dia melipat kedua tangannya di belakang kepala
lalu menyandar di bantalan leher sofa. Lama sekali dia terdiam dan Hana masih
menatapnya tak percaya. Akhirnya dia mendesah kelu sebelum menjawab Hana,
matanya tetap tertuju pada layar televisi tapi jelas sekali terlihat jika
pikirannya berlari pada hal lain.
“Aku tak pernah paham pertandingan bola, aku juga tak tau klub-klub mana
yang bagus. Aku menonton setiap pertandingan bola yang disiarkan lewat tengah
malam... hanya karena dulu Appa selalu melakukannya bersamaku. Appa akan
membangunkanku dan meminta ditemani, kadang kami bercerita hal lain sementara
pertandingan terabaikan. Aku hanya melestarikan kebiasaan lama”
Hana terdiam. Jawaban jaehyun lebih serius dari yang dia bayangkan.
“Apa kau merindukan aboji?”
Jaehyun menatap Hana saat menjawabnya, “kau pikir untuk apa aku
bergadang tengah malam demi acara yang sama sekali tak kupahami?” bibirnya
tersenyum lalu meraih kepala Hana untuk disandarkan di bahunya. “Hanya dengan
cara seperti ini aku merasa Appa tak pernah pergi dariku, dengan tetap
melakukan kebiasaan lama kami” Jaehyun melanjutkan sembari menepuk-nepuk kepala
Hana penuh sayang.
“Tidurlah, ini sudah sangat larut” Jaehyun berbisik, tangannya tak
berhenti menepuk-nepuk kepala Hana.
Hana melingkarkan tangannya ke badan Jaehyun, memeluknya. Tak pernah
terbayang sosok orang asing yang pertama kali dia lihat sangat pendiam itu
memiliki sisi lain se-mellow ini.
“Oppa, apa kau tau apa yang kupikirkan saat pertama kali kita bertemu di
pemotretan portofolio dulu itu?” Hana mendongak, Jaehyun menatap tepat di bola
matanya. Dia menggeleng.
“Aku berpikir kau ini seorang penyendiri. Sekilas lihat dan aku bisa
mengatakan kau ini orang yang dingin, lalu sempat aku ingin menyeplos ‘hei apa
kau penyendiri? apa kau tak punya teman karena kau terlalu jelek?’ hahaha untung aku
bisa menahannya.” Jaehyun ikut tertawa bersama Hana, “bayangkan saja aku
mengucapkannya di pertemuan pertama kita, aku pasti sudah gila” lanjut Hana masih
sambil tertawa.
“kau memang gila, kau wanita tergila yang pernah ku kenal” sahut
Jaehyun. “Sudahlah, tidur sana” Jaehyun mengetatkan pelukannya pada Hana masih
sambil sebelah tangannya menepuk-nepuk kepala Hana pelan. Hana menguap sekali
tapi mengatakan apa yang disuruh Jaehyun, matanya mulai menutup.
Sebelum dia benar-benar terlelap, Hana teringat akan satu pertanyaan
yang selalu membayanginya tentang Jaehyun.
“Oppa, apa kau masih bisa mengingat cinta pertamamu?” ucap Hana tak
jelas.
“Tentu saja. Aku punya cinta pertama yang selalu kuingat sampai
sekarang.”
“Seperti apa dia?” Hana menguap lagi, matanya sambil tertutup sat
melemparkan pertanyaan tersebut.
“cinta pertamaku... adalah salah satu model di perusahaan kita” Jaehyun
tertawa pelan saat menjawabnya.
“Oya?” Hana menguap lagi, “Lain kali ingatkan aku untuk bertanya lebih
lanjut..”
Jaehyun hanya tersenyum simpul, tangannya tak berhenti menepuk-nepuk
kepala Hana.
“Cinta pertamaku Joowon..” bisik Hana tak jelas, dia sudah di ambang
lelap.
“Aku tau..” Jaehyun menyahutinya dalam satu tarikan nafas. Terbayang
lagi perasaan naik bianglala yang tadi sempat dia pikirkan saat masih di
kantor.
Sunyi. Sesak nafas. Sendirian.
Dan malam itu Hana tertidur dalam pelukan Jaehyun sampai pagi, berdua
meringkuk di sofa mengabaikan televisi yang menonton mereka. Mimpi Hana
mengerikan, melibatkan seorang wanita berwajah lancip dan berbibir merah dengan
postur tinggi menjulang memakai tag yang di kalungkan di lehernya bertuliskan
Jaehyun. Sementara mimpi Jaehyun lebih mengerikan, melibatkan sebuah bianglala
macet dan senyum Hana di sebuah studio foto.
Tbc-
PSS: boong deng kalo gada bonus pic Jaehyun :D