The Unintended Chapter 5
Tags: OC,
friendship, romance, arranged marriage, marriage life.
Description:
Love isn’t always a compromise. Sometimes, it’s a complete surprise.
And the best love story is when you fall in love with the most unexpected
person at the most unexpected time - Unknown
Foreword:
Apa yang akan
terjadi jika pernikahan yang akan kamu jalani tak seperti yang kamu bayangkan?
Apa jadinya jika kamu harus menikah dengan seseorang yang tak kamu kenal dan
bukan orang yang kamu cintai karena sebuah permintaan?
Jaehyun pulang dan menemukan Hana sedang
tertidur, menggulung badannya di sofa dengan lilitan selimut tebal dan bantal
empuk.
“Penidur, kenapa tidur disini, heh?”
Jaehyun melepas jas yang dia pakai, berjalan hendak
menyampirkannya di leher sofa yang kosong, namun sejenak berubah pikiran dan
dengan iseng menutupi sisa wajah Hana yang tak ikut tergulung dalam bungkusan
selimut.
Jaehyun mengharapkan Hana akan meledak dan
menyemprotnya dengan galak seperti biasa saat
dia menjahili Hana. Namun
alih-alih mendapatkan apa yang dia ekspektasikan, dia justru mendengar isak
tertahan dari Hana yang , tentu saja membuatnya mendadak gelagapan.
“Kenapa? Ada apa?”
Jaehyun buru-buru berlutut di sebelah Hana,
memeriksa dibalik lilitan selimut, kalau-kalau kejahilannya ternyata membuat
Hana terluka atau apa.
“Apa aku menyakitimu? Dimana yang sakit? Apa
kancing jasku mengenai wajahmu?”
Tak menjawab, Hana justru bangun mendadak dan
memukuli kepala Jaehyun dengan telapak tangannya, masih sambil menangis.
“Hei, apa-apan, wait, hoi.. sakit tau!”
Jaehyun menangkis semua pukulan Hana dengan tangannya.
“Kau ini kenapa menyebalkan? Tak bisa ya,
langsung menanyaiku tentang apa yang kurasakan?” kedua tangan Hana dipegang Jaehyun untuk
mencegah Hana memukulinya lagi, tapi airmatanya tetap mengalir deras sembari
mengomel.
“Aku kan tadi sudah bertanya, kau kenapa ?
apa ada yang sakit? Tapi kau malah memukuliku, heran deh.” Jaehyun membela
diri.
“Tapi kan, itu sesudah kau melemparkan jasmu
ke wajahku, apa kau pikir hidungku itu untuk cantelan jas kotor, ha?” Hana
masih ngotot, airmata dan ingusnya masih juga deras mengalir. Jaehyun hampir saja tertawa melihatnya.
“Maafkan aku jika mood jahilku muncul di saat
yang salah, tapi, apa kau baik-baik saja? Sudahlah, jangan menangis. Kau
terlihat makin jelek karenanya..” nada ucapan Jaehyun melembut, diusapnya
airmata dan ingus Hana dengan lengan kemejanya tanpa rasa jijik.
“Aku memang jelek, lalu kenapa? Ada masalah?”
Nada ucapan Hana makin meninggi, Jaehyun menepuk jidatnya, lelah…. Duh salah ngomong nih…
“Aku tau, sejelek apa aku saat seperti ini, tapi aku tak butuh
kau melemparkan fakta itu ke wajahku, tau!
Apalagi jika fakta itu berbentuk jas menyebalkan!” Hana melepaskan
cekalan tangan Jaehyun dan bangkit dari sofa, dengan sedikit kesusahan karena
lilitan selimut, lalu beranjak ke
kamarnya.
Jaehyun masih berlutut di samping sofa, raut
wajahnya menyiratkan rasa tak percaya, “Sensitif sekali sih….”
“Aku mendengarnya!”
Hana berteriak sebelum naik tangga menuju
kamar, tanpa menolehkan wajah ke Jaehyun. Tak bisa ditahan, Jaehyun terkekeh
melihatnya.
***
Jaehyun keluar dari dapur dengan
secangkir teh di tangan, disaat
yang bersamaan Hana sedang
menuruni tangga dengan coat tebal dan syal yang menutupi setengah wajahnya.
“Kau mau ke-..” belum sempat kalimat itu
selesai diucapkan olehnya, Jaehyun buru-buru mendekati Hana karena dia melihat
Hana mengernyit seperti menahan sakit dan memegangi perutnya.
“Kau kenapa?” ucapan Jaehyun terdengar asing
bahkan di telinganya sendiri sembari dia menopang tubuh Hana yang agak
membungkuk kesakitan. Ini sudah kedua kalinya Jaehyun bertanya kenapa kepada
Hana untuk hari ini, rekor terbanyak.
Hana meringis sebelum menjawab,
“Dysmenorrhea..”
Kening Jaehyun berkerut, hah?
Hana meringis sekali lagi, dia menyandarkan
sebelah sisi badannya ke Jehyun karena kram perutnya tak tertahan, setelah
kramnya agak mereda dia menjelaskan ke Jaehyun, “Nyeri haid.. tau kan?”
Sejujurnya Jaehyun tak tau, seumur hidupnya
dia tak pernah melihat hal-hal seperti itu bahkan dari teman-teman wanitanya
sekalipun. Dia pikir semua wanita selalu tampak bahagia di sepanjang minggu
dalam 12 bulan hari-hari mereka, bahagia dan cantik.
“Lalu, kau mau kemana? Ke rumah sakit? Aku
antar , ya?”
Hana masih menyandarkan dirinya ke Jaehyun,
tapi perlahan mulai bisa menegakkan diri. Kramnya sudah tak terasa lagi, “Tak
perlu, lagi pula aku tak butuh ke rumah sakit. Aku hanya mau pergi ke minimart,
pembalutku habis.”
Di kesempatan lain, bersama wanita lain,
mungkin Jaehyun akan memerah telinganya mendengar kata yang asing namun dia
paham artinya tersebut, pembalut, tetapi
mengherankan jika yang terjadi selanjutnya Jaehyun justru menawarkan diri untuk
membelikannya buat Hana. What have you
gotten into, Ahn Jaehyun
Lalu disinilah sekarang Jaehyun berdiri
jengah, separo wajahnya ditutupi syal yang tadi dipakai Hana, awkward dan bingung di depan rak yang
berisi bermacam-macam pembalut. Setelah berpikir agak lama, dia memutuskan
untuk mengambil masing-masing satu dari setiap merek yag ada lalu membawanya ke
meja kasir.
Pria penjaga minimart melotot matanya melihat
jumlah pembalut yang disodorkan Jaehyun di depannya dalam keranjang belanjaan
di meja kasir.
“Apa anda dari departemen kesehatan?” rasa
penasaran terpancar kuat, tak mampu untuk disembunyikan lagi dari si penjaga
minimart. “Anda ingin menguji coba keamanan produk-produk ini?”
Jaehyun gelagapan, “Eh..uh, bukan. Er…ini
hanya karena… um” si penjaga minimart masih memandangnya dengan tatapan separuh
curiga separuh penasaran.
Jaehyun menarik nafas panjang, dia memutuskan
untuk jujur, hal yang paling mudah. Siapa tahu, penjaga minimart ini bahkan
bisa membantunya.
“Um, begini. Kami, uh, saya dan istri saya
baru saja menikah sekitar dua atau tiga bulan yang lalu. Lalu…. Istri saya
kehabisan persediaan pembalut, uh, dan saya..” Jaehyun menjawab, menelan ludah
sekali lalu melanjutkan, “saya……lupa menanyakan merek yang biasa dia pakai..”
ujung jawaban Jaehyun terdengar lebih pelan.
Si penjaga minimart, yang dilihat dari
wajahnya kurang lebih seusia Soohyun, tertawa sambil tangannya sibuk
menjalankan alat scan harga di semua pembalut yang dibeli Jaehyun.
“Saya turut bersedih, terus berusaha ya, Pak.
Hwaiting!” dia mengepalkan tangannya, memberi semangat.
Jaehyun setengah mengangguk, tak begitu
memikirkan yang dia dengar, dia justru menimbang seperti hendak menanyakan apa
yang dia pikirkan atau tidak.
“Apa kau tau, obat apa yang kira-kira bisa
meredakan nyeri haid?” telinga Jaehyun memerah karena malu, saat dia berusaha
menanyakan hal yang dia pikirkan.
Pria penjaga minimart tersebut mengerutkan
keningnya sejenak, “Kalau boleh saya menyarankan, seduhkan istri anda teh apel
hangat, itu biasanya sangat membantu jika istri saya sedang nyeri haid. Tehnya
bisa anda temukan di rak sebelah kanan.”
Jaehyun mengangguk, tapi sebelum beranjak
mengambil teh tersebut, dia bertanya dengan penasaran.
“Apa yang kau maksud terus berusaha tadi?”
dia bahkan tak sadar sejak kapan dia berbicara informal menggunakan aku-kau
kepada si penjaga minimart.
“Ah itu, biasanya pasangan suami istri
langsung berhasil sekali coba, tapi ada juga yang harus menunggu hingga setahun
atau lebih untuk mendapatkan anak, anda harus bersabar, saya sendiri langsung
berhasil di bulan pertama kami menikah.” Pria si penjaga minimart nyengir
lebar.
Jaehyun melongo tak percaya. Itu sungguh
sangat-sangat-sangat vulgar. Dan sangat menghina sekali.
***
Jaehyun masih sebal saat dia meletakkan
seluruh belanjaannya di depan Hana yang duduk di sofa.
“Yah..ini.. ap..” Hana seolah tak mampu
melanjutkan ucapannya. Matanya membelalak saat dia memeriksa isi kantong
belanjaan Jaehyun.
Jaehyun hanya memutar bola matanya lalu
mengambil kemasan teh apel yang tadi dia beli, bersiap menyeduhkannya untuk
Hana.
“Oppa, apa kau sudah terlalu kaya? Kau
memborong separuh minimart, nih! Ini cukup buat persediaanku selama setahun.”
Hana menyusul ke dapur, tangannya menenteng
seluruh belanjaan tadi seolah belum jelas apa saja tadi yang sudah dibeli
Jaehyun.
“Kau kan, tak bilang, merek apa yang harus
aku beli.” Jaehyun menyahut sambil lalu, cemberut. Tangannya masih sibuk menyeduh teh untuk
Hana.
“Aku melakukan apa yang kuanggap paling
cerdik” Jaehyun buru-buru menambahkan sembari membalikkan badannya dan
menyodorkan teh apel dalam cangkir ke tangan Hana.
Hana tergelak, “Cerdik? Oppa, kau idiot! Kan
kau bisa telepon aku untuk menanyakannya,” Hana masih tertawa lepas, tak mampu
menahannya, namun dia melanjutkan, “Kupikir kau sudah tau merek apa yang ku
pakai dari kemasan yang sering kuletakkan di kamar mandi hahahha…”
Jaehyun melirik Hana, sebal. Menggerutu, lalu
bergegas pergi meninggalkan dapur. Sebelum benar-benar keluar dapur, Jaehyun
berbalik, tak mampu menahan lagi.
“Asal kau tau, aku bisa saja membuatmu hamil
dalam sekali coba, tau!”
Hana terbatuk-batuk, entah teh apel panas
tadi atau ucapan Jaehyun yang membuatnya tersedak.
“uhuk-uhuk-uhuk….HAH??!”
***
Hana duduk di ujung tempat tidur Jaehyun,
nyerinya sama sekali sudah tak terasa. Tapi ada yang mengganjal dalam
pikirannya. Dan dia tak mampu mengucapkannya keras-keras. Dia memperhatikan
Jaehyun yang sedang sibuk packing dengan perasaan campur aduk.
“Oppa, katakan padaku, kau ini marah atau
kenapa?” Hana menyeletuk, tak tahan, “Hal macam apa sih yang membuat kau sampai
hendak meninggalkan aku malam-malam begini, kalau kau marah, marah kenapa?”
Jaehyun melirik Hana disela-sela kesibukannya
memasukkan beberapa potong baju ke kopernya.
“Oppaaaaa…!”
“Perutmu sudah tak nyeri lagi?” Jaehyun
tiba-tiba bertanya
“Tidak sih, tapi memang begini, apa kau pikir
nyerinya akan bertahan sepanjang minggu?”
“Kalau begitu, aku bisa bebas meninggalkanmu
selama beberapa hari di rumah sendirian kan?”
Hana mengerucutkan bibirnya. “Kok gitu? Kau
ini kenapa sih, apa kau lagi PMS juga? Yang haid kan…aku, bukan kau… kenapa
sampai minggat sih, ADUH.. kenapa menjitakku???!”
Jaehyun mendecakkan lidahnya, “Aku bukannya
mau minggat, pabo. Aku harus pergi ke luar kota malam ini, ada acara kantor
besok yang harus aku hadiri.”
Hana menyipitkan matanya, menatap Jaehyun
dengan curiga. “Yakin, mau meeting? Bukannya mau kencan sama model yang katanya
cinta pertamamu itu kan?”
Jaehyun menghentikan kesibukannya packing,
“Kalau kau cemburu, kau bisa memintaku untuk tidak pergi dan aku akan
menurutinya, kau tau?”
Smirk itu, sialan. Hana sangat membenci
ketika Jaehyun smirk dan so full of himself begitu.
“Kau tidak menyangkalnya, benar kan kau mau
ketemuan sama cewek itu?” Hana semakin mengerucutkan bibirnya, tak suka.
Jaehyun hanya meliriknya sebentar lalu
melanjutkan packingnya lagi.
“Sudah kubilang, kalau kau cemburu kau bisa
memintaku untuk tidak pergi dan aku akan tetap di rumah menemani kau.”
Hana mendengus, “Cemburu eek kucing.” Hana
menjulingkan matanya dengan konyol, “ Aku cuma tak ingin tidur di rumah
sendirian, asal kau tau aja.”
Jaehyun meliriknya, separuh geli separuh
terlihat kecewa, “Ah, kupikir karena kau cemburu, tak kusangka kau cuma egois,
huh?”
Hana diam, tak menanggapi ledekan Jaehyun.
Tangannya memainkan ujung selimut di kaki tempat tidur Jaehyun.
Jaehyun benar-benar menghentikan kesibukannya
sekarang, dia mendekat dan duduk di sebelah Hana, memeluknya.
“Kalau kau takut di rumah sendiri, kau boleh
mengajak Joowon atau Soohyun menginap di sini..”
Hana mendongak dalam pelukan Jaehyun, menatap
Jaehyun tak percaya. “Serius nih, kau menyarankan aku untuk mengundang pria
lain menginap di rumah kita? Suami macam apa kau ini..”
Jaehyun tersenyum, “Ini kan bukan pria lain,
ini Joowon dan Soohyun, kau tau kan? Bukankah mereka orang-orang terdekatmu?”
Jaehyun melanjutkan, matanya mengedip menggoda, “Lagian kan, kau juga naksir
Joowon. Ini kesempatanmu.”
Hana merasa wajahnya memanas, salah tingkah,
“Gimana sih kau ini, justru itu kan. Suami macam apa yang memberi kesempatan
istrinya untuk mendekati pria lain yang dia taksir, eh?”
Jaehyun tergelak, “Suami terbaik tentu saja.”
Saat Hana melirik Jaehyun dengan tatapan tak percaya, Jaehyun menimpali lagi, “
Yes, I am that awesome, baby~..” tak
lupa matanya mengedip, wink.
YA AMPUN
KENAPA SIH DIA DENGAN MENGEDIP DAN SMIRK? MENYEBALKAN SAJA… Hana
membatin.
***
Rasanya sudah berhari-hari semenjak Jaehyun
pergi, padahal sih baru beberapa jam yang lalu. Hana bolak-balik berguling di
kasurnya sendiri, biasanya juga sendirian, tapi tanpa Jaehyun rasanya sunyi
berteriak lebih kencang.
aku merindukan kehadiran Jaehyun Oppa...
Hana menghela nafas panjang berkali-kali, nyeri di perutnya sama sekali belum juga hilang. Tapi sedetik kemudian, Hana seolah ingin tertawa, apa-apaan sih, kaya jadi istri beneran aja..
Hana bangkit dari posisinya yang tadinya rebahan menjadi duduk bersandar pada kepala tempat tidur, masih saja mikirin Jaehyun, tangannya bergerak ke arah HP lalu dengan cepat mengetik kalimat "sudah sampai?" sebelum dia berhasil menahan dirinya untuk mengirimkannya pada Jaehyun. Demi tuhan, kan Jaehyun juga baru berangkat sekitar sejam setengah yang lalu. Bisa saja mungkin sekarang dia bahkan belum sampai di airport.
Akhirnya Hana benar-benar bangun dari kasur, lalu beranjak menuju
kamar Jaehyun. Pelan-pelan Hana menelusuri seluruh permukaan meja, kasur
dan tepian lemari pakaian Jaehyun. Sekedar membuka-buka seluruh isinya lalu
kembali menyusurkan jemarinya ke gantungan kemeja dan jas-jas milik Jaehyun.
Tiba-tiba ada yang tercekat di tenggorokan, inikah rindu? bisik hati Hana.
Terlihat oleh mata Hana, gantungan sweater kotor yang tadi siang
habis dipakai Jaehyun.
Sekelebat pikiran tercetus di benak Hana, yang menyebabkan dirinya
terkikik geli dan merona. Hana kau ini creepy sekali, pikir Hana dalam hati
setengah mengomeli diri sendiri.
***
Jowon dan Soohyun mengendap-endap di depan rumah Hana, mereka
berdua baru saja meloncati pagar belakang rumah Hana dan Jaehyun. Soohyun
menendang sesuatu di belokan menuju dapur hingga terdengar bunyi kelontangan
keras.
"SSSSSTTTTTT....!!" hardik Joowon. "Dia sedang
tidur, dimana otakmu hah!"
Soohyun mencemberutkan bibirnya, toh Hana kalau tidur kan kaya
orang mati yang tak mungkin dengar apa-apa, harusnya sih bunyi segitu aja tadi
ngga ngaruh.
"Jangan berisik... kita disini untuk menemaninya, bukan
membangunkannya, tau!" Joowon masih saja mengomel dalam desisan sementara
Soohyun berusngut-sungut mengikutinya, melipir tembok disekitar pintu dapur
Hana.
"Kau yang berisik hyung.." Balas Soohyun.
Joowon mengacuhkannya dan berhenti tepat di pintu dapur, lalu
membalikan badan ke Soohyun.
"Kau bawa bobby-pin, tidak?"
Soohyun memutarkan matanya, kadang kalau panik gini Joowon memang
cenderung terlihat seperti idiot. padahal dari tadi yang paling bawel
memastikan Soohyun untuk membawa bobby-pin sebagai senjata masuk rumah Hana.
Soohyun menyingkirkan Joowon, lalu mengambil posisi di depan
lubang kunci pintu dapur Hana. Baru saja Soohyun memasukkan jepitan tadi, sudah
terdengar bunyi kunci berputar terbuka, klik!
Soohyun ternganga, perasaan tadi belum sempat memutarnya deh.
Joowon tak memperhatikan hal itu, malah buru-buru menyingkirkan punggung
Soohyun yang masih membungkuk sembari mengintip lubang pintu.
"Kau hebat juga, Soo....
AAAAAARRRGGGHHHHHHHHHHH!!!!!!!!"
Soohyun mengindar tepat waktu, karena pada saat Joowon mendorong
daun pintu agar terbuka, sekantung penuh terigu dan beberapa buah telur
mendarat tepat di kepalanya.
Soohyun melewati fase dari kaget, melongo lalu ngakak tanpa bisa
dikontrol karena tak lama setelah serangan terigu dan telur tadi, Hana keluar
dan justru memukuli Joowon dengan menggunakan spatula.
"MALING...! PENCURI...! BEGAL...! PERAMPOK...!" Hana
menekankan masing-masing kata dengan pukulan spatulanya yang bercampur adonan.
Soohyunharus menguatkan diri untuk menghentikan tawa disela-sela
chaos di depannya ini, Joowon yang merintih dan minta ampun dengan menyedihkan
sementara Hana terlihat beringas dan penuh nafsu membunuh sedang memukuli
Joowon sekenanya dengan spatula yang ia bawa.
"Hana, Hana berhenti...! ini kami..!" Soohyun meraih
Hana menjauh dari Joowon, berhati-hati untuk tidak terkena sisa adoanan beserta
tepung dan telur di badan Joowon.
Hana terlihat terkejut, seketika berhenti memukuli Joowon dan
memberontak dari rengkuhan Soohyun. "KALIAN?? APA YANG KALIAN LAKUKAN
DISINI? DINI HARI BEGINI HHMMPHHH KKHH...??!!"
Soohyun terpaksa membekap muluh Hana agar dia tak makin berteriak
kencang.
"SSSttt pelankan suaramu, kami tak bermaksud jahat."
Soohyun menghadapkan Hana supaya memandang ke arahnya.
"Jaehyun bilang, kau sendirian di rumah. karena itu dia minta
kami menemanimu. Dia takut kau kenapa-kenapa..." Soohyun menghentikan
ucapannya lalu melirik Joowon yang masih terbatuk-batuk dalam kepala penuh
tepungnya. "well,. lebih tepatnya Jaehyun menghubungi dia untuk menemanimu
besok pagi sih, tapi ada yang sudah tak sabar ingin menjagamu dari
makhluk-makhluk semacam kecoa atau semut tuh.." lanjutnya.
Hana memutarkan bola matanya, sementara Joowon tersedak tepung
sekali lagi mendengar ucapan Soohyun.
"Bohong, aku kan memang sedang tak ada kerjaa..... HEI,
kayaknya aku pernah lihat kakakku memakai sweater itu, deh.." Joowon
berusaha menjelaskan, namun terhenti saat matanya menangkap Hana dalam balutan
sweater milik Jaehyun yang sedikit kebesaran dan kepanjangan hingga lututnya.
Hana tiba-tiba salah tingkah. Soohyun mencium sesuatu yang tak
beres sementara Joowon masih menatap Hana penuh selidik.
***
Hana mengelus-elus sweater kotor beraroma parfum Jaehyun itu di
tangannya. Ini serem, tapi rasanya menyenangkan. Hana terkikik sendirian.
Setelah sekian lama hidup hanya berputar pada Joowon dan Soohyun, lalu dipaksa
untuk selalu bersama Jaehyun, kini setelah beberapa bulan rasanya Hana mulai
merasa terbiasa dengan kehadiran, suara, aroma dan segala tentang Jaehyun
disekitarnya.
Perasaan ini berbeda dengan apa yang dia rasakan saat bersama
Joowon. Segalanya serba kikuk dan mendebarkan jika bersama Joowon, tapi bersama
Jaehyun rasanya seperti memakai plester luka dengan motif dan sewarna kulit.
Ringan. Kau bahkan tak akan merasakannya menempel di kulitmu sampai plester itu
dicabut, karena saking lenturnya plester tersebut.
Perasaan apa ini? Dengan Joowon, cinta selalu terasa seperti
sepatu cinderella yang kekecilan satu nomor. Sepatu itu impian Hana, namun Hana
tau kemungkinan tumitnya berdarah karena lecet itu selalu ada. Atau dalam kasus
ini, hati yang lecet.
Dengan Jaehyun, rasanya seperti memakai selop kamar. Hangat,
nyaman dan terasa sangat domestik. yang kaya gini bukan cinta kan? batin Hana
sibuk bertanya-tanya.
Bunyi sesuatu yang terguling di arah luar rumah membuat Hana
tergeragap dan tersadar dari lamunannya. Suara apa itu? Maling? Kucing?
Hana buru-buru menuju dapur dan mengintip keluar, ada dua orang
sedang terlihat mengendap-endap di belakang rumahnya, mencurigakan.
Teringat sisa adonan yang tadi tidak jadi dia olah sebelum Jaehyun
pergi tadi, Hana buru-buru mengambil sisa tepung dan beberapa telur di tangan
sementara tangan satu lagi meraih gagang kunci pintu dapur. Maling ataupun
kucing, Hana merasa dirinya tak takut. justru gelora keberanian serasa menguar
di seluruh pori-pori kulitnya.
Hana memutar selotan kunci dengan hati-hati, lalu bersiap-siap
dibaliknya. Saat pintu dapur mulai terkuak, amunisi tepung dan telur di tangan
Hana sangat siap meluncur.
"Kau hebat juga, Soo....
AAAAAARRRGGGHHHHHHHHHHH!!!!!!!!"
"AAARRRRGGGHHHHHHHHH!!!!!!!"
Hana menjerit, sosok yang mengendap-endap tersebut juga menjerit.
Lengkingan keduanya memecah keheningan dini hari, jam dua pagi di komplek
perumahan Hana dan Jaehyun.
***