Senin, 28 Mei 2012

EeeQuote~ XD

I tried living as a very nice person, but there’s no need to be nice..you have to be mean to survive

-Super Junior Kim Heechul-

[FIKSI] Another Vanilla of me~



Saya tak yakin harus menyebut tulisan ini apa XD tetapi saya berniat membuatnya sebagai cerbung atau mungkin jika dikategorikan sebagai fanfiksi, akan berchapter. Diantara cast atau tokohnya adalah dua orang idol yang saya sukai, yaitu L dari boyband Infinite dan Kyuhyun dari Super Junior. Untuk cast Siera dan Dira, kalian bisa membayangkan siapapun di posisi mereka. Membayangkan diri sendiri dan dan sahabat kalian juga boleh. Selamat menikmati karya sederhana saya ini, part 2 akan segera menyusul XD oiya saya menuliskan beberapa frasa pelafalan bahasa korea sederhana disertai dengan artinya dalam kurung sehingga buat yang non Kpoper bisa ikut menikmati ceritanya dengan nyaman.


Love
Babo Little SnaiL 








Summary:
Ditempatkan dalam posisi yang sama belum tentu akan memiliki perasaan yang sama. Dira dan Siera , dua gadis asal Indonesia ini terdampar di negeri Ginseng Korea, tepatnya di Seoul dengan kisah yang berbeda. Siera meninggalkan Indonesia untuk mencari materi sementara Dira menggadaikan materi dari Indonesia untuk secercah ilmu di Seoul. Dulu mereka seperti sepasang anak kembar dan tinggal dengan rukun didalam satu flat sederhana, hingga pada suatu pagi tiba-tiba saja mereka tak lagi mengenal satu sama lainnya. Kisah mereka yang rumit makin lengkap dengan kehadiran kekasih masing-masing. Dira dengan L, aktor muda yang kini wajahnya mulai banyak dikenal orang. Dan Siera dengan Kyuhyun, mahasiswa yang menuntut ilmu di Universitas yang sama dengan Dira. Meski begitu, baik L ataupun Kyuhyun sama-sama tak bisa menjawab kenapa kedua gadis ini saling membenci satu sama lain. 

Part 1: Tears and Raindrops

Author: Miss Babo a.k.a chiqux
The casts belong to themself but i own this story. Please enjoy it!
PS: sorry for the typos :p


L (Kim MyungSoo)
Cho Kyuhyun
















“Tak bisakah kau berhenti untuk bersikap terlalu manis pada wanita lain?”
Baru saja L menghenyakkan pantatnya pada sofa yang empuk, Dira sudah melontarinya dengan ucapan yang lebih terasa sebagai perintah daripada permintaan. L mendesahkan nafasnya dengan jengkel.

“Tak bisakah kau menunggu agar selesai ku hela nafasku sebelum kau mengajukan apa yang ingin kau ucapkan?” L menyahut dengan nada sarkatis. Wajahnya kini nampak lebih lelah dari sewaktu dia masuk flat milik Dira tadi.

“Ambilkan aku minum~” L menendang lepas sepatunya sambil menengadahkan lehernya ke punggung sofa. Matanya terpejam.

Dira menatap L dengan sengit.
“Kau ambil saja sendiri. Kau punya dua tangan yang sehat, dan aku bukan pembantumu.”

L membuka matanya seketika, lelahnya lenyap. Dia menegakkan punggungnya dan menatap tajam pada Dira.

“Kenapa kau tak  pernah bisa mengerti? Aku lelah, tengah malam begini selesai syuting aku sempatkan untuk datang menemuimu karena aku rindu padamu. Kau tak menyambutku, bahkan malah mengajakku bertengkar. Aku cuma ingin kau ambilkan minum, alih-alih menurutinya kau justru membuatku marah. Apa maumu sebenarnya?!” L berteriak.

“Kenapa kau selalu berteriak padaku? Aku cuma ingin kau menjaga jarak dengan wanita lain. Kau itu makin genit sekarang!” Dira meninggikan nada suaranya. 

“Apa kau tak bisa melihat keadaanku? aku benar-benar lelah. Kita bisa bahas masalah itu lain kali.” 
L menyerah, dia berdiri untuk mengambil minumnya sendiri. Dia tak lagi berteriak.

“Kau selalu begitu, apa kau pikir aku juga tidak lelah dengan kegiatan kampus? Aku sudah banyak tugas, masih harus memikirkan dirimu dan terbebani dengan semua artis lawan mainmu, apa kau tau itu?! Justru kau yang tak pernah bisa mengerti aku!” Dira masih saja mengotot. L memandangnya dengan wajah dingin, air yang ada di mulutnya seakan tak tertelan.

“Aku tak pernah menyuruhmu memikirkanku. Sudah kubilang, resiko menjadi kekasihku sangat besar. Aku ini aktor, dunia peran hanya memilih orang-orang yang pantas untuk dilihat. Jika kau ingin lawan mainku jelek itu suatu hal yang mustahil.” Sahut L pedas. Dia masih mencoba mengatur nada bicaranya. 

Tapi sepertinya Dira salah menanggapi penjelasan L barusan.

“Jadi menurutmu aku ini jelek dan tak pantas dilihat, begitu? Kau ini benar-benar tak punya hati. Kau jahat. Sekarang aku tau alasannya kenapa kau tak pernah mengajakku ke acara-acara penghargaan dan bahkan mengenalkanku di luar televisi sebagai pacarmu. Kau tau aku jelek, kenapa kau memintaku menjadi kekasihmu, kenapa?! sana, cari saja kekasih lain yang pantas untuk kau gandeng dan kau pamerkan ke media!” tangisan Dira hampir meledak.

L tak mampu lagi mengontrol emosinya. Dia membanting kaleng minuman yang sedang dia pegang, kembali berteriak frustasi.

“HENTIKAN!! Aku tak tau lagi bagaimana bisa membuatmu mengerti keadaanku.!!” L membentak keras. Dia menutup matanya sebentar serta menghela nafas sekali sebelum melanjutkan dengan suara yang lebih tenang.

“Baiklah jika itu yang kau mau. Aku akan mencari gadis lain, banyak di luar sana gadis yang mengidolakanku dan aku yakin aku tak akan dikecewakan.” L melangkah mendekati Dira yang perlahan mulai mengisak sambil bersandar ke dinding di dekat pintu masuk.

“Dan kau, carilah kekasih yang tak pernah dekat dengan wanita lain selain dirimu. Berbahagialah.” L menghentikan langkahnya,dia mencondongkan tubuhnya ke arah Dira yang masih membeku sembari menangis. Hidungnya dan hidung Dira hampir berdekatan. Gadis itu masih memancarkan amarah dalam matanya walaupun dia menangis. L mengulurkan tangannya hendak mengelus puncak kepala Dira, tapi gadis tersebut malah bergerak spontan menjauh dan menghindari tangan L.

L tersenyum pahit. “Kau bahkan tak mau lagi ku sentuh~ keurae (baiklah-informal). Jaga dirimu baik-baik, hiduplah dengan gembira tanpa harus memikirkanku. Annyeong~”pamitnya terdengar pedih. Dira memalingkan muka.

L berjalan menuju pintu sambil menjinjing mantel dan memasukkan kakinya kembali ke sepatu dengan asal-asalan.  L tak pernah menoleh ke arah Dira lagi.

Tubuh Dira merosot ke lantai. L selalu egois. Dia memeluk lutut dan menyurukkan kepalanya, menangis. Ini hari yang berat.

“KIM MYUNGSOO, NAEGA SHILTA (AKU BENCI PADAMU)!! JINJJAA SHIREO (BENAR-BENAR BENCI)!!” Dira berteriak selepas kepergian L sambil melempar semua benda yang ada di dekatnya ke arah pintu. 
*penj. Kim Myungsoo adalah nama asli dari L*

***

Siera bersiap-siap hendak berangkat bekerja ketika handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk. Saat dilihat ke arah layar, nomor penelepon disembunyikan. Siera  mendecakkan lidahnya jengkel. Dia benci panggilan tanpa nomor seperti ini. Disambarnya tas selempang yang ada di meja makan serta boks makan siang dengan sedikit mengomel.

“Siapa sih penemu teknologi menyembunyikan nomor seperti ini? inovasi yang sia-sia sama sekali. Dasar tak berguna. Kalau tak ingin identitasnya diketahui, jangan telepon. Apa mereka pikir kita bakalan bilang ‘waw’ kalo ada seseorang yang menghubungi dengan nomor tersembunyi seperti ini? bangga banyak penggemar? Idih.”

Seorang nenek yang kebetulan hendak masuk lift bareng, jadi menoleh dengan heran. Siera mengomel sendirian tanpa memperdulikan sekitarnya, tapi ketika melihat ekspresi nenek tersebut Siera segera membungkukkan badannya sekali dan merasa malu.

Siera melirik pergelangan tangannya, masih jam setengah 6 pagi dan ini terlalu pagi untuk berangkat bekerja, bahkan matahari belum muncul. Tapi Siera ini bekerja di sebuah kafe, pattisier sekaligus barista. Pekerjaannya lebih sebagai barista,  terutama ketika jam-jam sibuk dari mulai makan siang hingga malam hari. Tapi karena keahliannya menghias sesuatu, maka cheff utama menyuruhnya menjadi assisten pattisier dalam menghias cake atau kue-kue kecil. Sebenarnya kemampuan memasak Siera sangat tak bisa diharapkan. Dia hanya menguasai teori tanpa bisa diprediksi hasil akhir dari apa yang ia masak. Kegagalan terbesarnya adalah saat membuat fla dan entah bagaimana ceritanya dia membuat fla tersebut berwarna ungu dan terasa tawar seperti telur mentah. Sampai sekarang kegagalan tersebut selalu jadi lelucon ketika mereka berada di dapur kafe. Tangan barista memang bukan jodohnya peralatan dapur. Siera mendengus geli mengingat kisahnya sendiri.

Saat keluar dari pintu gedung, Siera menghentikan langkahnya. Ada seseorang yang sedang melamun di dalam mobil sembari merokok. Sembari tersenyum Siera menghampiri mobil tersebut.

Tuk tuk tuk!

Siera mengetuk kaca pintu sisi penumpang, pria tersebut menoleh dan membuka kaca yang di ketuk Siera .

“Hai~” L nyengir.

Siera mendenguskan hidungnya dengan geli.

“Maaf tuan, tapi kau mengotori udara pagiku yang berharga dengan merokok di sini~” celetuk Siera , berlagak menegur. Tapi bibir Siera mengulaskan senyum.

“Arasseo, arasseo(Aku mengerti). Ku matikan sekarang~” gerutu L, “Sudah mau berangkat? Mau ku antar, o?” tawar L sembari membukakan pintu di sisi penumpang.

Siera masih berdiri, salah satu tangannya terlipat dan satunya mengelus-elus hidungnya sendiri.

“Apa yang kau lakukan disini sepagi ini?”

“Apa lagi? Tentu saja menunggumu berangkat bekerja?” sahut L ringan. Dia mengedipkan sebelah matanya pada Siera .

Siera belagak hendak muntah sembari memalingkan wajahnya.

“Kau mau ikut atau tidak? Aku harus kembali ke lokasi syuting jam 7 nanti, kalau bisa aku mau menumpang mandi di kafe tempatmu bekerja, boleh?” L keluar dari mobilnya, mendekati Siera .

“Yah! Apa kau gila? Pakai penyamaranmu! Aku tak ingin mati di tangan fansmu yang mengamuk karena melihat kau dekat denganku~” Siera sedikit panik ketika L semakin mendekat.

L terkekeh, “Fansku hanya akan marah jika aku dekat-dekat dengan wanita yang lebih cantik dari mereka, jadi kau tenang saja..”

Siera mendenguskan hidung, dia menggerutu sendiri. “Aku selalu kalah jika menyangkut topik cantik dan tidak cantik, hngh~”

L tergelak. Di cubitnya hidung Siera pelan.

“Jadiii~ apa yang terjadi dengan apartemen mewahmu? Mereka kehabisan sumber mata air? Atau kehabisan gas untuk memasak air panas buatmu?” tanya Siera sarkatis

L tertawa geli sebentar mendengar pertanyaan Siera tersebut.

“Kau belum terlalu beruntung kali ini dengan semua tebakanmu~” jawab L santai, dia bersandar ke mobil sambil mengamati Siera dengan penuh minat.

Siera balas menatap L, menantang. “Mungkin lain kali~” sudut bibirnya berkedut membentuk senyuman.

“Mungkin~” L menatap Siera dengan seluruh kemampuannya membuat hati wanita meleleh.

Siera ikutan menyandarkan separuh bahunya ke mobil, balik menatap L dengan menggoda.

“Coba kita lihat..” Siera mendekatkan wajahnya pada L, matanya berkilat sinis “Beberapa bulan tidak bertemu denganmu selain di layar televisi, ternyata kau masih playboy kurang ajar yang dulu, L”

“Aku berusaha untuk tetap begitu” L tersenyum lebar melihat keberanian gadis di depannya itu yang balas menggodanya. “Aku tak ingin mengecewakanmu” 

Siera terkekeh, dia masuk ke dalam mobil dengan L yang membukakan pintu untuknya. Setelah menutup pintu dengan sempurna, L kembali ke tempatnya di sisi pengemudi.

“Cepatlah, aku hanya punya waktu 1 jam setengah sebelum para pembeli yang kelaparan menyerbu kafe~” ujar Siera dengan nada angkuh sambil memasang seatbelt.

“Apa kau masih berusaha menantangku, agasshi (nona muda)?” L menyipitkan matanya sambil menyeringai.

“Hanya kalau kau menjawab tantanganku, tuan ganteng” desis Siera dengan tatapan tak kalah sinis.

L tak menanggapi lagi, tapi tangannya langsung memainkan gigi mobil dan kakinya menginjak gas.
 “As my pleasure~ agasshi~”

*** 

“Apa yang kau bawa dalam box makan siangmu?” L menimang kota makanan milik Siera yang ia bawakan saat keluar dari mobil.

Siera menatap kotak itu sebentar, lalu menatap L.

“Aku membuat seafood kimchi kimbab (nasi gulung yg dipotong-potong, semacam sushi, tapi isinya berupa potongan telur dadar, lobak, kimchi dan aneka pilihan daging biasanya)~ kau mau?” 

“Kau mengatakan apa yang aku harapkan~” L nyengir lebar, dengan sigap tangannya membuka kotak tersebut, sedikit ragu tapi akhirnya menyuap sepotong kimbab ke dalam mulutnya.

“Umm~” L mengacungkan jempolnya ke arah Siera . “Enak~” pujinya tulus.

“Kau patut bersyukur, tidak mati keracunan karena hasil masakanku~ kau dan Kyuhyun selalu menyebut masakanku sebagai racun serangga” Siera mendengus, tangannya menyodorkan secangkir kopi hangat untuk L yang diterima dengan ekspresi penuh terima kasih.

“Makanan yang kau masak itu selalu cantik dan menggoda selera makan, absolutely perfect. Tapi yang menjadi misteri adalah rasanya tak seperti yang diprediksikan. Kau hanya bisa memasak enak jika itu untuk dirimu sendiri. Apa kau punya dendam padaku? Atau pada orang-orang yang memakan masakanmu, huh?”

Siera memutarkan kedua bola matanya mendengar alasan L, tangannya masih sibuk mengatur berbagai barang yang ada di balik meja pesanan.

“Kau bisa tanyakan itu pada tanganku nanti~” sahut Siera singkat. L menyeringai, dia tak pernah gagal dalam membuat Siera jengkel.

Seorang laki-laki muda masuk kedalam ruangan tersebut dari pintu dapur sembari menjinjing seember air dan tongkat pel, terselip sebuah kain lap dan cairan pembersih kaca dalam kantong depan celemek yang dia pakai.

“Oh, Siera -ya (akhiran –ya –ah –nie pada saat memanggil nama seseorang menegaskan rasa akrab).. kau bisa memulai pekerjaanmu di dapur sekarang, biar aku yang membereskannya nanti. Cheff Kim sudah memulai membuat berbagai macam kue dari sejam yang lalu~” ujarnya ke Siera 

Siera mendongakkan kepala, lalu melirik ke arah luar. Pandangannya bingung, dia melirik ke arah laki-laki muda tersebut dan arah luar dengan berulang-ulang bergantian. Pintu masuk kafe tersebut serta seluruh dinding yang mengelilinginya terbuat dari kaca sehingga suasana luar kafe terlihat jelas. L menatap gerak-gerik Siera tersebut sembari tetap santai mengunyah kimbabnya.

“Tapi dia belum lewat, Oppa (panggilan wanita kepada pria yang lebih tua).. ” Siera berkata dengan ragu. Dia berjalan mendekat ke arah rekan kerjanya tadi,  Park Dongwan.

“Nuga(siapa-informal)? Cho Kyuhyun? Bocah sombong itu?” Dongwan membelalakkan matanya, usaha yang sia-sia sebenarnya karena mata sipitnya tak akan berubah lebih lebar sedikitpun.

“Yah!! (ungkapan hardikan, atau bentakan.. semacam hei! kalau disini) Kau~..” Siera menatap Dongwan dengan raut wajah mengutuk. L terkikik di sela suapannya.

Siera menoleh pada L, tangannya memberikan isyarat kutukan pula, jari tengah dan telunjuk yang menunjuk ke arah matanya sendiri lalu ditujukan ke L. Aku mengawasimu, begitulah kira-kira artinya.

Tiba-tiba Dongwan mengedikkan dagunya ke arah pintu masuk, seorang pria muda dengan postur tinggi kurus memakai coat warna beige yang panjangnya hingga lutut, membawa tas punggung dan terselip kacamata di hidungnya sedang melambai. Mata Siera mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Dongwan tadi, raut wajahnya langsung melembut. Dia meraih satu cup yang berisi caramel tea latte lalu bergegas menghampirinya, Cho Kyuhyun, mahasiswa tingkat akhir yang juga adalah pacarnya.

L mengawasi kedua orang tersebut dari balik cangkir kopinya. Ekspresinya dingin. Dia menghabiskan sisa kimbab yang ada di hadapannya, menunggu. Terlihat Kyuhyun memeluk Siera dengan hangat sembari menerima cup yang di ulurkan oleh Siera .

Siera masuk tak lama kemudian, lalu meraih lap dan cairan pembersih yang di tinggalkan oleh dongwan. Ia mulai membersihkan meja marmer yang menjadi tempat kasir dengan bibir tak berhenti tersenyum.

“Sebegitu bahagianya kah kau mendapat pelukannya ?” tanya L sambil mengawasi Siera. “Apa kau selalu tersenyum bodoh seperti ini setelah bertemu dengannya?”

 “Habiskan kimbab dan kopimu, kau bilang kau harus ke lokasi syuting jam 7~” gumam Siera tanpa menjawab pertanyaan L.

“Kyuhyun tak cocok buatmu~ kalian tak pantas..”

Celetukan L tersebut memancing perhatian dari Siera. Sekarang Siera menghentikan gerakannya membersihkan meja dan menatap L.

“Tak usah menatapku begitu. Aku tau aku ini ganteng~ i know.. ” L bergaya membuang tatapannya ke luar dinding yang terbuat dari kaca di sampingnya, menyeruput kopinya dengan santai.

“Auch~!” L mengelus-elus keningnya dengan ekspresi kesakitan. Siera baru saja melemparkan sebuah pulpen ke arahnya dan tepat mengenai keningnya.

Saat L menoleh ke arah Siera, gadis itu kembali sibuk membersihkan meja dan membelakangi dirinya.

“Kau tau, Kyuhyun itu harusnya berpasangan dengan Dira..”

Sejenak, gerakan tangan Siera terhenti. 

“Wae? (kenapa?)” Siera menanggapinya pelan. Tangannya kembali terlihat sibuk mengelap meja marmer tersebut. Bahkan makin keras mengelapnya.

“Bukan apa-apa..” sahut L, dia menyembunyikan tatapan pahit ke jalanan di luar dinding kaca sampingnya.

“Hanya saja, kau tau kan.. campus-couple. Mereka akan memahami satu sama lainnya” lanjut L, dihembuskannya nafas berat seiring dengan keluarnya kalimat-kalimat tersebut.

“Kesamaan belum bisa dipastikan sebagai kesepahaman~” Siera menggumam pelan, dia pun menghindari menatap ke arah L.

“Kau dan aku sama, kita sangat cocok. Kita sering satu pandangan, kita selalu punya topik bahasan yang nyambung satu sama lainnya. Tidak kah terpikir olehmu untuk berpasangan denganku?”

Punggung Siera mengejang sebentar mendengar ucapan L tersebut, dia membalikkan badannnya dan memandang L tajam.

“Oh ayolah, Siera-ya.. kau dan aku. Kita sama-sama tidak bisa kuliah seperti mereka karena sibuk bekerja, kita akan menjadi pasangan pekerja. Kita bisa memahami keadaan masing-masing. Tak akan ada cemburu, pertengkaran dan hal-hal remeh macam anak muda yang terobsesi dengan romantisme macam mereka..” L melanjutkan dengan mimik serius. Siera masih tanpa ekspresi.

“Bagaimana? Putuskan saja Kyuhyun dan jadilah kekasihku~” bujuk L.

Mata Siera menyipit, dingin.

“Jangan pernah libatkan aku dan Kyuhyun dalam pertengkaranmu dan Dira” tukas Siera langsung. Dia sepertinya tau kemana arah pembicaraan ini dan darimana asalnya.

L terkekeh.

“Apakah aku begitu mudahnya untuk ditebak?”

“Haruskah aku berbohong kali ini?” jawab Siera sarkatis.

“Bicaralah dengan Dira, kami membutuhkan turun tanganmu~ aku .. aku tak tau lagi bagaimana cara untuk membuatnya mengerti” L menyerah dan mengakui persoalannya di depan Siera .

Siera membereskan cangkir kopi L dan kotak kimbabnya, setengah mengusir.

“Kau sudah telat~ pergilah mandi sekarang atau kau akan terbunuh oleh cinta para fansmu di dalam kafe ini~” Siera memerintahkan pada L sembari sedikit menarik tangannya untuk berdiri.

“Oh, cinta para fans selalu membuatku merasa lebih hidup dari sebelumnya~” L memasang senyum bodoh, sekedar untuk membuat Siera kembali jengkel. Susah membuat gadis ini memasang raut wajah normal layaknya gadis lain. Malu-malu, tersipu atau merajuk manja, gadis ini terlalu kering dalam berekspresi.

“Kalau begitu aku yang akan membuatmu merasakan kematian setelah menuntutmu membersihkan tempat ini. kekacauan tak mungkin dihindari jika kau bertemu dengan fans-fansmu yang berisik itu” Siera mengucapkan kutukan tersebut dengan amat manis, L sedikit bergidik mendengarnya.

Pada akhirnya L menuruti perintah Siera dengan ogah-ogahan, namun dia tetap melangkah ke bagian belakang kafe tempat para karyawan biasanya menghabiskan jam istirahat mereka. Dia memang perlu bergegas mandi.

Sebelum membuka pintu ke arah belakang, L membalikkan badannya dan menatap Siera yang kini sedang mengelap dinding kaca.

“Kenapa sih kau dan Dira saling melancarkan perang dingin? Bolehkah aku tau alasannya?”

Siera menolehkan lehernya sejenak mendengar pertanyaan L, tapi tak menjawab. Tangannya lantas kembali sibuk mengelap dinding kaca tersebut.

***
Dira menatap wajahnya di pantulan cermin dengan nanar, tangannya menyisir rambut panjangnya dengan sedikit malas. Siapa yang di dalam cermin itu? Lingkaran hitam terlihat jelas, wajah pucat dan sorot mata sayu, Dira tak pernah membiarkan semua itu terlihat darinya. Tapi kali ini, tak ada yang bisa dia lakukan untuk menyembunyikan semua itu dari wajahnya. Dan mungkin tak ada gunanya, lagipula siapa yang akan peduli?

Matanya melirik handphone yang tergeletak di meja rias depannya, disentuhnya perlahan layar gelap tersebut. Nothing. Tak ada satupun pesan atau notifikasi panggilan. 

Tak dapat dihentikan sebuah desahan pilu lolos dari pertahanannya. Apa kau benar-benar akan pergi L? Bisik Dira dalam hati.

Semalaman dia menangis karena marah, lalu setelah emosinya reda di baru bisa berpikir dengan jernih lagi. L benar, mungkin dia memang sudah keterlaluan. Tapi tak bisakah L mengerti dirinya sedikit saja? Oh ayolah, tentu saja setiap wanita tak ingin kekasihnya dekat-dekat dengan wanita lain kan? Apapun itu alasannya. 

Sekarang, dia merasa hampa. Apa gunanya dia marah-marah, mengamuk dan menangis semalaman? L bahkan semakin jauh sekarang. Babo (stupid), ukh. Dira merutuki dirinya sendiri.

Dira melewati kulkas dan meja makan begitu saja, tangannya menyambar tas lalu bergegas keluar dari flatnya yang mungil.

Kakinya sudah akan sampai di pintu lift yang akan membawanya ke lantai dasar gedung ketika pandangannya tertuju pada sebuah pintu di kejauhan. Dira memutuskan tak jadi memasuki lift tapi justru menyusuri koridor dan menghampiri flat dengan nomor yang memiliki selisih 5 pintu dari miliknya tersebut. 

Dira menatapnya dengan perasaan bergetar. Orang yang tinggal di dalamnya pasti sudah pergi semenjak tadi.

Dira merindukan orang tersebut lebih dari yang bisa dia ungkapkan, tapi juga membencinya hingga ke seluruh pembuluh darahnya. Kenapa orang-orang yang dia cintai tak pernah bisa mengerti dirinya? Dira mengeluh dalam hati.

Terdampar di negeri orang sebagai sesama pendatang seharusnya bisa membuat mereka saling menguatkan satu sama lainnya. Tapi kini yang terjadi bahkan Dira dan Siera mempunyai hubungan yang lebih asing daripada orang-orang asing yang ada di sekitar mereka. Entah sejak kapan mereka memutuskan untuk saling membenci, dulu mereka tak begini.

Dira menghela nafasnya dengan berat. Mejauh dari Siera sangat membuatnya kesepian. Tak ada tempat yang bisa Dira jadikan sebagai perlindungan paling nyaman selain perhatian dari Siera . Hingga saat dia sedang patah hati seperti ini dia merasa berkali-kali lipat lebih kesepian karena dia menanggungnya sendirian.

Tangan Dira kembali mengutak-atik ponsel di genggamannya, mendengar suara Siera selalu bisa membuatnya merasa tenang. Hanya saja, Dira tak punya keberanian sebesar itu untuk mengontak Siera memakai nomor aslinya. Gengsi? Mungkin. Yang dia ingat, Siera yang lebih dulu menjauh darinya hingga ia tak punya pilihan lain selain balas menjauh dan membenci gadis itu. Dira selalu menghubungi Siera dengan privat number, yang bisa dipastikan tak akan pernah diangkat oleh Siera . Siera benci jika harus menerima panggilan dengan nomor yang di sembunyikan, Dira tau betul akan hal itu.

Kebencian yang timbul diantara mereka tak seperti yang orang pikirkan sebenarnya. Mereka hanya mencoba mengacuhkan satu dan lainnya. Mungkin ada alasannya, tapi Dira sendiri sebenarnya juga tak tau apa yang membuatnya harus menempatkan Siera di posisi ini dalam kehidupannya.

Sekarang Dira tak tau harus melakukan apa lagi. Selama ini nama yang selalu muncul saat dia merasa terancam dan defensif hanya Siera serta L, jika keduanya tak lagi bisa didekati seperti ini maka siapa lagi yang harus ia tuju? Haruskah ia pulang untuk sementara? Dia butuh didengar dan dibimbing. Teman-teman di kampus sama saja seperti dirinya, bahkan mereka tak pernah memikirkan hal lain selain club, pria dan bersenang-senang. Dira mendesah berat, dia melangkah keluar dari gedung dengan gontai. Perjalanan ke kampus hari ini tak akan semenarik biasa.

***

Dira membawa nampan makan siangnya ke meja di sisi pojokan di kantin dengan nelangsa. Sebenarnya dia sama sekali tak ada nafsu makan, tapi teman-temannya ribut menariknya hingga ke sini.

Penuh rasa enggan Dira mulai menyendok oatmeals dengan susu cair dari mangkuknya. Dia tak akan mampu menelan lebih dari ini, sementara teman-temannya dengan sibuk menggigit kimbab dan cheeseburger atau menyeruput ramyeon (mie ramen instan) sembari bergosip.

Dengan sengaja Dira memasang tampang sedih. Tentu saja dia benar-benar sedih saat ini. Berkali-kali berantem dengan L selama hubungan mereka, kali ini yang paling parah. L tak pernah tidak mengakhirinya dengan permohonan maaf, bahkan walau penyebab bertengkaran tersebut adalah merupakan kesalahan Dira sekalipun. Untuk yang kali ini L benar-benar mengacuhkannya. Dira merasa makin nelangsa. Dia sendirian di negeri orang. Tak ada yang bisa dia lakukan. 

Dia kembali menyendok oatmealsnya, tangannya gemetar. Tapi tak ada seorangpun yang bertanya. Seolah tak ada yang peduli. Mereka masih terlalu sibuk berbicara sendiri. Satu meja tapi tak ada yang memperhatikan, memangnya tak kelihatan? 

“Nde? (ungkapan rasa kaget, atau bingung, tapi secara harfiah artinya adalah iya?)” Dira mendongak dari mangkuknya, salah satu temannya sedang bertanya padanya dan Dira tidak mendengar apapun yang dia katakan tadi.

Hyunsa, Park Hyunsa, yang duduk tepat didepannya memutarkan bola matanya, “Aku tadi bertanya , apa kau mau ikut?” ulang Hyunsa dengan nada sedikit sebal.

Dira mengerjabkan matanya dengan bingung, “Eh? Ikut kemana?”

3 orang temannya yang berada dalam satu meja tersebut terlihat berwajah kesal. Dira masih menunjukkan ekspresi bingung, dia menatap temannya satu per satu. Park Hyunsa, Baek Eunhae, dan Han Jihyeon.

“Kami tadi merundingkan adanya pesta, Jason memberi kita undangan, dia merayakan ulang tahunnya di club XY malam ini. kau mau ikut tidak?” jelas Baek Eunhae dengan tak sabar.

Dira menggigit bibirnya, pedih. Hampir dia tersedak. Mereka tidak memperhatikan dirinya tetapi malah sibuk membicarakan adanya pesta. Ada rasa aneh yang menggelegak hingga ke tenggorokan, pahit. Tiba-tiba saja dia merindukan Siera .

Dira menggeleng perlahan. Dia tersenyum, “Aku sedang merasa tidak enak badan. Kalian saja yang pergi ya? Salam buat Jason” Jawab Dira, lidahnya kelu.


***

Dira berguling diatas kasurnya dengan gelisah. Jam masih menunjukkan pukul 9 malam waktu Korea selatan. Entah kenapa perutnya terasa lapar sekali, seharian memang hanya oatmeals tadi yang masuk ke lambungnya.

Tak tahan lapar, Dira memutuskan untuk bangun. Dia meraih mantel dan syal lalu bergegas meninggalkan flat sembari tak lupa membawa handphone dan dompet. Beberapa minimart biasanya menyediakan kotak makanan instan atau dia juga bisa beli sesuatu paket take away di restoran siap saji yang berjajar di sekitar gedung flatnya.

Sambil berjalan di udara malam yang sejuk menampar wajahnya, Dira teringat kebiasaannya dulu saat masih tinggal satu flat dengan Siera . Dia biasanya menghampiri Siera ke kafe tempat Siera bekerja sebagai barista dan mereka pulang bersama. di perjalanan pulang biasanya mereka mampir ke kedai ddeokbeokki di pinggir jalan setelah pemberhentian bus. Tak ada yang lebih indah dari makan sesuatu dalam satu wadah bersama sahabatmu sembari berbagi cerita dan bergandengan tangan di malam yang dingin , bukan? Ah, patah hati membuatnya selalu teringat hal-hal yang dramatis. Kadang Dira lupa kalau sebenarnya dirinya membenci Siera .

Dira mengucapkan salam ketika memasuki sebuah minimart terdekat, dan dia langsung sibuk dengan apa yang ia perlukan. Dia cukup pintar memasak sebenarnya, tapi itu saja tak cukup untuk mengenyahkan rasa malas yang menggelayutinya saat ini. Karena itu dia hanya membeli kotak makan instan, kimbab instan, dan 1 cup kopi hangat. Dira menghela nafasnya, tak ada yang bisa menyajikan kopi seenak racikan tangan Siera , kopi yang ada di tangannya ini justru semakin membuatnya merindukan Siera .

Saat hendak membayar di kasir, mata Dira terpaku pada ujung deretan rak-rak barang yang terpajang. Ada tumpukan apel segar disana, baik apel merah atau apel hijau. Saat membicarakan apel, tak dapat ditolak maka yang teringat pertama kali dalam benaknya adalah Siera . Siera selalu menumpuk apel di kulkas seolah takut kehabisan apel dalam satu harinya. Well, Siera tak bisa tidak makan apel dalam satu hari.


***

L membukakan pintu mobilnya untuk Siera , gadis tersebut tampak lelah setelah sebelumnya bekerja seharian. Dan ini sudah malam sekali walau belum terlalu larut. Mereka baru saja pulang dari tempat syuting L.

“Terima kasih karena sudah mengantarkan dinner yang enak buatku di lokasi syuting tadi. Kau benar-benar perhatian, Siera -ya” Ujar L

Siera berbalik ke arah L, memutarkan bola matanya dengan ekspresi oh-ya-ampun. “Cih, jangan mengucapkannya dengan nada yang seolah aku ini memujamu atau apa. Kau yang merengek dan memohon untuk di bawakan makanan serta mengancam akan segera mati kelaparan jika aku tak menurutinya. Aku bisa apa? Bahkan manajermu sudah hampir membunuhku karena aku terus menerus bersikeras akan menyuruh Dongwan-oppa untuk mengantarkannya ke sana” sahut Siera panjang lebar.

L terkekeh, “Tapi kau melakukannya dengan sangat baik sesuai yang ku minta bukan? Dan nampaknya kau tak dendam lagi padaku, makanan tadi rasanya normal” L menjawab sanggahan Siera tadi sembari nyengir menyebalkan, “Apakah ini artinya aku sudah keluar dari daftar hitam catatan dendam-mu?” lanjut L, masih nyengir.

Siera mendengus.

“Jangan bermimpi, lain waktu kau minta diantarkan makanan lagi, ingatkan aku untuk merebus obat batuk sebagai sup makan malam untukmu” ujar Siera dengan nada mengancam.

Gelak tawa tak tertahan keluar dari mulut L, gadis ini manis sekali. L mendorong punggung Siera untuk segera memasuki gedung.

“Cepatlah kau masuk, ini sudah larut. Besok kau masih bisa bertemu denganku jika belum puas melihat wajah tampan ini”

Siera kembali memutarkan matanya, lalu pergi begitu saja dari hadapan L tanpa pamit. L mengawasi hingga punggung Siera hilang di dalam lift, lalu berbalik untuk masuk kembali kedalam mobilnya. 

Tapi pemandangan yang ia hadapi membuatnya terpaku. Dira berdiri tak jauh dari sana, memandanginya dengan tatapan tak percaya dan terluka. L balas menatap datar. Lalu ia tersenyum seolah tak terjadi apa-apa dan berjalan memasuki mobilnya tanpa sedikitpun menyapa Dira. Mobil milik L menderu pergi, meninggalkan Dira yang masih terpaku pada tempatnya.

***

Dira gemetar hingga seluruh tubuh, apa yang dia lihat tadi membuatnya semakin hancur. Dia menekan serangkaian nomor di handphonenya dengan serabutan, frustasi. Bunyi tunggu sekali sebelum si pemilik nomor yang ia tuju mengangkat panggilan darinya.

Tak terdengar suara apapun selain nafas yang teratur.

Dia memberanikan diri mengawali segalanya dalam gemetar kehancuran pertahanannya.

“Igo aniya~ (secara harfiah diartikan that isn’t it, bukan seperti ini, ini tidak benar etc.)” berulang ulang Dira mengucapkannya. Nadanya mengambang, hampa. Tak ada sahutan.

“Kau menyukai dia? Semenjak dulu kau menaruh hati padanya bukan? Kau pergi dariku karena mengejar dia?” nada suara Dira meninggi karena L tak juga mengucapkan sepatah katapun. Terdengar helaan nafas berat di seberang.

“Ini sudah malam, tidurlah” ucapan L terdengar sangat lelah.

Tapi Dira tidak menyerah.

“Kenapa kau selalu menghindar? Apa kau pikir aku akan cemburu jika kau dekat dengan dia? Kau salah. Aku ak akan cemburu. Kau salah. Kau sama sekali salah L” Dira mengucapkannya dengan penuh kutukan, siapapun bisa mendengar jika nada suaranya bergetar dan dia menangis.

Sejenak, L tak menjawab. Hanya Dira yang kembali bermonolog, setengah meyakinkan diri setengah bertanya dan setengah histeris.

“Aku tak akan cemburu. Apa kau pikir aku akan cemburu? Hentikan yang kau lakukan, karena aku tak akan camburu padanya. Yang kau lakukan sia-sia” 

L kembali menghela nafas yang terdengar sarat beban, “Terserah apa yang kau pikirkan” sahutnya dingin. Lalu koneksi telepon ditutup begitu saja.

Dira membelalakan matanya. Airmata masih menggenangi dan meluncur membuat dua sungai deras di kedua pipinya. Tapi ekspresinya bukan ekspresi sakit, melainkan terhina.

Jatuh terduduk di ruangan tengah flatnya, bungkusan belanjaannya milik Dira tadi masih tergeletak di samping kakinya. Perlahan dibukanya seplastik apel yang tadi ia beli, seplastik apel yang membuatnya merindukan Siera kini sama sekali tak berarti apa-apa. Dengan geram, Dira merobek plastik pembungkusnya dan melempar apel tersebut ke segala arah.

Dira menangis tanpa suara, rasa laparnya hilang entah kemana. Dia bangun dari tempatnya lalu berjalan menuju kamar tidur yang masih gelap. Dira memeluk lutut dan menggoyangkan badannya maju-mundur di sudut kamar dengan airmata membasahi pipi. L mendekati Siera setelah meninggalkan dirinya, semenjak dulu L selalu menyimpan rasa terhadap Siera. Bahkan mungkin sebelum dirinya kenal L, karena dulunya L adalah teman dekat Siera. 

Perasaan tersisih tersebut kembali muncul. Siera yang selalu mendapatkan perhatian dari orang. Siera yang punya lebih banyak teman-teman keren termasuk salah satunya L. Siera yang banyak disukai orang dan punya fans di kalangan pecinta kopi di kafe tempatnya bekerja. Semua perasaan tersebut berputar dengan kuat sehingga Dira makin kencang menggerakan tubuhnya maju mundur, sekedar berharap bahwa gerakan tersebut akan menghantikan turunnya air mata. 

Dira mengerayapi sekitarnya, mencari handphone. Setengah merangkak dia kembali ke tempatnya di ruang depan tadi. Dia merasa perlu untuk mendengar suara siapapun teman yang mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tak apa-apa. Dira telah menemukan handphonenya, dengan jemari bergetar dia tertegun sejenak. Berpikir. Tak ada yang bisa ditelepon. Tak ada siapapun yang peduli padanya. Tak ada.

 Kini Dira kembali beringsut, seolah di hendak membenturkan kepalanya ke apa saja. Tapi ia tau hal itu tak akan membuatnya lebih lega. Dira kembali ke kemar dan menghempaskan diri ke tempat tidur, memeluk bantal dengan putus asa. Seolah seluruh tubuhnya akan meledak karena Dira menangis  begitu nyaring. Terlalu nyaring untuk bisa dihentikan.

Lama sekali Dira menangis hingga ia kelelahan. Terlalu lelah untuk menyakiti diri sendiri, terlalu lelah untuk duduk tegak lagi. Dan Dira jatuh tertidur dengan sarat mimpi, penuh kecemasan dan gelisah.

***

Siera sedikit melemaskan lehernya yang kaku, beberapa hari ini pengunjung kafe membludak. Adanya racikan baru memicu kedatangan mereka. Produk iseng  sebenarnya, Dongwan-oppa tak sengaja menumpahkan jus strawberrynya kedalam secangkir americano milik Siera . Pertamanya rasanya aneh, tetapi setelah di pekatkan dengan campuran creamer, hasilnya enak. 

Setelah itu proyek memadu-padankan jus dan kopi pun di mulai, akhirnya tercipta racikan moccachino creamy strawberry, orange creamy chocochino, dan melon punch lime coffeemix. 

Baru saja dia hendak duduk meluruskan kaki di sofa, handphonenya menyala. Ada panggilan dari Kyuhyun.

“Yoboseyo?(hallo?)” sapa Siera sedikit ceria 

Suara Kyuhyun di seberang terdengar tertawa renyah.

“Apa kau sudah pulang?” tanya Kyuhyun.

“O, aku baru saja meluruskan kaki~ ahh.. lelahnya” jawab Siera .

“Kau sudah makan malam? Apa kau mau aku ke sana untuk memijit lehermu?”tawar Kyuhyun. Pria ini tidak pernah tidak bersikap manis.

“Aniya, gwaenchana.. gwaenchana. (tidak usah, aku baik baik saja/tak apa-apa/it’s ok)” sahut Siera buru-buru. Siera berpikir mungkin Kyuhyun juga lelah dengan aktivitasnya tadi seharian, mana mungkin Siera tega menyuruhnya kemari selarut ini?

“Mungkin aku akan pesan pizza saja malam ini~ setelah itu aku akan tidur, dan bangun besok pagi dengan muka bengkak seperti babi*” celetuk Siera , Kyuhyun tergelak. (*tidur tepat setelah makan malam tanpa memberi kesempatan pada perut untuk mencernanya dengan baik dan bangun dengan wajah seperti babi adalah semacam lelucon di korea, tapi juga merupakan ungkapan*)

“Bahkan jika kau berubah menjadi babi pun, kau akan menjadi babi yang tercantik~” ujar Kyuhyun menanggapi lelucon Siera , dia masih tetap tertawa.

“Apa bagusnya cantik-cantik tapi babi..” keluh Siera , nadanya lucu sehingga Kyuhyun kembali tertawa. Orang-orang korea terkenal mudah tertarik dengan aegyo (cuteness) dan cara Siera mengungkapkan hal tersebut bisa dibilang sebagai aegyo juga.

“Bagusnya adalah, aku masih akan tetap menjadi kekasihmu apapun bentuknya nanti wajahmu” Kyuhyun menuntaskannya dalam nada yang cheesy, kalau di korea ungkapan cheesy seperti ini istilahnya ‘kalimat yang membuat jemari mengeriting geli (yang tak ada hubungannya dengan gelitikan)’

Siera meledak dalam tawa. “Baiklah tuan Cho, intinya kau mendukungku untuk menjelma menjadi babi, bukankah begitu?” ujarnya.

“Ahahaha~ mau ku pesankan pizzanya?” tawar Kyuhyun. Pesankan berarti di belikan oleh Kyuhyun.

“Yah! Kau benar-benar mendukungku menjadi babi, hah?” Siera berakting seolah marah.

“Katamu tadi kau ingin pizza, kalau kau memutuskan menjadi babi setelah makan malam itu pilihanmu. Yang penting kau tak melewatkan makan malam kali ini, chagi (darling)~” suara Kyuhyun yang bariton terdengar sangat dewasa dan menyenangkan untuk didengar berkali-kali. Melelehkan semua organ-organ dalam Siera , tsaaaaah~

“Hahhh~ apa aku sudah bilang kalau aku menyukai nada suaramu yang seperti ini, oh? Aku mencintaimu seratus kali lipat lebih dari kemarin” celetuk Siera tiba-tiba. Di seberang sana terdengar seperti Kyuhyun tersedak sesuatu.

“Kau membuatku kesulitan bernafas, kau tau? untung kau tak bisa melihat wajahku yang memerah tiba-tiba” kata Kyuhyun setelah ia berhasil menemukan kesadarannya kembali. Siera tertawa.

“Jadi, what flavour, eh?” lanjut Kyuhyun bertanya. Siera bengong sesaat.

“Apa?”

“Pizza-nya aegiya (baby), kau bilang mau pizza.. what flavour do you want, huh? Kau mau topping apa?” Kyuhyun mengulang pertanyaannya lebih jelas. Siera nyengir sambil menepuk jidat berponi miliknya.

“Emm~..”belum sempat Siera menjawab, terdengar bunyi gaduh di luar pintunya dan bel flatnya yang di pencet berkali-kali. Siera menyeret langkahnya ke arah interkom.

“Teman-teman Dira?” ujarnya tanpa sadar.

“Nde?” suara Kyuhyun di ujung telepon terdengar bingung.

“Ah aniya~.. chankaman, o? (ah, no probs.. hold on, oke?)” sahut Siera buru-buru dan mematikan telepon segitu saja.

Dia segera membuka pasword pintunya, dan ke tiga teman Dira tersebut langsung menyerbu masuk dan memberondongnya dengan berbagai kalimat.


***

Siera memeluk lututnya di salah satu bangku koridor Rumah Sakit dengan gelisah. Tubuhnya juga gemetar.
Mulutnya tak henti menggumamkan doa. Dira harus segera pulih. Tuhan, aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya terjadi sesuatu padanya. Bisik Siera .

Kejadian tadi berjalan sangat cepat.

Teman-teman Dira, yang selalu memanggilnya eonnie (kakak) karena mengira Siera lebih tua daripada Dira, dengan panik menjelaskan jika Dira sudah 2 hari tidak masuk kuliah, tidak mengangkat telepon dan membalas pesan. Saat mereka bertiga memencet bel dan berteriak di depan flat Dira, tak ada jawaban. Karena itulah mereka meminta tolong Siera yang dulu adalah teman satu flat Dira. Mungkin password rumah Dira belum di ganti jadi mereka bisa mendobrak masuk dan melihat apa yang terjadi.

Mendengar penjelasan mereka bertiga, tanpa berpikir panjang Siera segera melempar handphonenya ke sofa, dan berlari ke luar menuju flat milik Dira diikuti dengan tiga gadis tersebut. Tak ada yang ia pikirkan selain Dira. Lelah dan laparnya hilang. Ketika menemukan Dira terkapar lemah di kamar dengan seluruh tubuh dingin dan punggung tangan serta jemarinya membekas noda darah kering, Siera hampir kehilangan kendali dirinya. Dari berbagai pecahan benda kaca yang ada disana, mungkin Dira sengaja melukai dirinya sendiri dengan memukul cermin lalu pingsan. Entah sudah berapa lama dia tak sadarkan diri.

Seluruh teman-teman Dira berteriak dan menangis histeris, tetapi Siera menguatkan dirinya. Harus ada yang berpikir tenang dalam keadaan seperti ini. Setelah menanyakan siapa dari mereka bertiga yang membawa mobil, Siera segera membawa tubuh lemah Dira menuju rumah sakit.

Dan disinilah dia sekarang. Sudah kira-kira satu jam dia menunggu, dokter sedang menangani Dira. Belum ada kepastian mengenai apa yang telah terjadi. Teman-teman Dira telah lebih dulu pamit karena bagaimanapun juga mereka masih pelajar dan punya orang tua yang akan mengkhawatirkan mereka jika tidak pulang.

Siera menyembunyikan wajahnya dalam lutut. Jantungnya serasa diremas kuat-kuat. Bagaimanapun juga, Dira pernah jadi orang pertamanya. Dan akan tetap jadi prioritasnya. Perlahan isak tangis Siera mulai terdengar. Ketika teraba olehnya, kakinya sendiri, Siera mengangkat kepalanya dan melirik ke arah kakinya.

Tsk. Wanita bodoh mana yang tak sadar bahwa ia meninggalkan rumah dengan telanjang kaki. Hanya Dira yang bisa membuatnya bertingkah bodoh seperti ini. Dia menggosok-gosokkan kedua belah kakinya dengan canggung, sekarang setelah dia sadar dia mulai merasakan dingin. Sendirian di koridor rumah sakit, tanpa mantel, tanpa sepatu dan tanpa sepeser uang di kantong.

Tadi dia sudah meminjam handphone salah satu teman Dira untuk menelepon Kyuhyun. Harusnya dia sudah datang sekarang. Siera melongokkan lehernya ke kanan dan kiri, lorong ini lumayan sepi. Ini sudah terhitung pagi mungkin.

Kembali, Siera menekuk wajahnya dalam lutut. Berapa lama lagi kah ia harus menunggu? 

Salah seorang suster menghampirinya.

“Annyeong haseyo~ anda keluarga pasien?” 

Siera tergeragap, dia serta merta berdiri dari posisinya tadi dan membalas salam suster tersebut dengan gugup. 

“Nde, annyeong haseyo.. saya temannya suster. Bagaimana keadaan teman saya suster? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah sadar? Dia tidak mengalami keadaan yang kritis kan suster?” Siera memberondong suster cantik berwajah lembut tersebut dengan banyak pertanyaan.

Suster tersebut tersenyum sebelum menjawab, “Dokter sudah berusaha~ dan..” dia memenggal penjelasannya.

Deg! Jantung Siera terjun bebas ke dasar perut rasanya. 

“Sekarang pasien sudah bisa dikatakan normal, dia sedang tertidur. Untuk lebih jelasnya mari ikut saya ke ruangan dokter” lanjutnya dengan senyum yang lebih cerah lagi. Suster tersebut memimpin Siera untuk mengikutinya ke salah satu ruangan.

Lutut Siera lemas. Sesaat tadi dia pikir hal buruk terjadi, tanpa bisa di tahan airmatanya mengucur deras. Terseok dia mengikuti langkah suster tersebut, lantai marmer koridor Rumah Sakit terasa amat dingin di bawah kakinya.

“Siera -ya~!!”

Seseorang memangilnya, Siera membalikkan badan dan menemukan tatapan khawatir Kyuhyun serta L,  langsung Siera merasa seluruh kekuatan di kakinya hilang. Dia jatuh terduduk di tempatnya sambil menangis keras.

Kyuhyun dan L yang baru saja datang langsung menghampirinya.

“Siera -ya apa yang terjadi? Kenapa kau menangis? Dira baik-baik saja bukan?” L dengan penyamaran lengkap, memegang kedua tangan Siera sembari bertanya. Sementara Kyuhyun meraih kepala Siera kedalam pelukannya.

Siera hanya mampu menangis dan menangis. Suster tadi memberi isyarat salah satu dari L dan Kyuhyun untuk mengikutinya. Kyuhyun memberi kode pada L untuk pergi, sementara dia memeluk Siera makin dalam sambil berlutut.

“Ssst, ulljima (jangan menangis). Tak apa, aku disini sekarang. Semua akan baik-baik saja.” Bisik Kyuhyun pelan sambil mencium puncak kepala Siera yang masih menangis.

L masih bergeming, dia beradu tatap dengan Siera yang melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun.

Dengan lembut Siera meletakkan tangannya kepundak Kyuhyun yang masih berjongkok di sisinya.

“Kau pergilah, akan banyak pertanyaan muncul jika L yang kesana~” tegas Siera pelan, masih bercampur tangis. “Nan gwaenchana~ (im fine)” Siera meyakinkan Kyuhyun.

L sekilas memberi tatapan memohon ke arah Kyuhyun lalu mengambil alih Siera dari tangannya. Dibantunya Siera berdiri dan menopangnya pada satu bahu.

Kyuhyun menghela nafas sekali lalu melepaskan Siera kepada L, dia kemudian berbalik menjauh. Mengikuti suster yang lebih dulu berjalan tadi.


***

Hati L merasa teriris melihat keadaan Siera yang kacau. Yang terbaring sakit Dira, yang membuatnya panik saat Kyuhyun menjemput dengan tiba-tiba di lokasi syutingnya tadi adalah Dira. Tapi setelah sampai di sini dan melihat Siera , L merasa keadaan Siera pun tak lebih baik dari Dira.

Dengan bertelanjang kaki, masih memakai baju yang dia pake bekerja di kafe semalam, tanpa mantel, tanpa dompet dan tanpa handphone, muka sembab yang terlihat amat lelah dan poni kusut, Siera terlihat sangat mengenaskan.

L tergerak untuk melepas mantel dan syalnya lalu di pakaikan ke Siera , namun Siera menolak.

“Semua ini lebih berguna jika kau yang memakainya.” Ujar Siera lemah.

L mengelak dan memaksa, “Aku tak peduli jika ada yang mengenaliku disini, sekarang kau yang lebih penting”.

“Jangan pikirkan dirimu, tapi pikirkan orang-orang yang bekerja denganmu dan bergantung pada eksistensi kariermu sebagai artis. Kau memerlukan penyamaran ini” Tegas Siera . 

Seketika L merengkuh Siera ke dalam pelukan yang sama sekali tak ditolak oleh gadis tersebut. Dalam keadaan seperti inipun Siera selalu bisa berpikir logis dan memikirkan kepentingan orang lain. L memasukkan seluruh perasaan sayang dan terimakasih sebesar yang ia bisa dalam pelukannya pada Siera , dan sepertinya Siera menerima semua perasaan tersebut. Siera menyurukkan kepalanya ke leher L dan meringkuk di sana dengan nyaman.

“Kau bilang kau membenci Dira. Tapi disini tak kulihat sedikitpun rasa benci dalam setiap tindakanmu yang menyangkut dia” pelan L mengungkapkan apa yang membuatnya penasaran.

Siera mendongakkan wajahnya dan menatap L dengan sorot menantang. 

“Wanita punya caranya sendiri untuk mencintai dengan penuh kebencian” jawab Siera, ekspresinya kaku dengan sedikit senyuman sinis. L membalas tatapan Siera yang masih ada dalam pelukannya tanpa berkedip.

Suara langkah kaki menyadarkan mereka berdua, Kyuhyun berjalan menuju tempat L dan Siera duduk. Siera melepaskan diri dari pelukan L dan menatap Kyuhyun penuh tanda tanya.

Sejenak tadi rahang Kyuhyun mengeras melihat kedekatan L dan Siera , tapi langsung dibuangnya aneka pikiran buruk yang sempat dia punya.

“Dira baik-baik saja kata dokter, dia sempat kehilangan banyak darah tapi sudah bisa ditangani. Sekarang dia sedang beristirahat karena dokter menyuntiknya dengan obat. Aku juga sudah melunasi seluruh pembayaran administrasinya, aku cantumkan bahwa dia adalah mahasiswa yang home stay dalam keluargaku. Aku harus pulang sekarang, mengabarkan pada ayahku jika aku memakai nomor rekening kartunya untuk membayar biaya rumah sakit Dira. Rumah Sakit ini tak mau menerima student card milikku” jelas Kyuhyun. Siera  segera menghambur ke pelukan Kyuhyun dengan tak henti-hentinya berucap terima kasih.

“Aku akan mengganti biayanya, berikan padaku nomor rekening ayahmu dan aku akan menyuruh manajer-hyung untuk mentrasfernya padamu.” Kata L. Kyuhyun mengangguk singkat.

“Aku akan mengantarkan Siera  pulang, kau bagaimana?” tanya Kyuhyun pada L.

“Kalian berdua pulanglah, aku akan menunggu salah seorang cordi-noona datang. Aku tadi sudah menitipkan pesan pada manajer-hyung, aku ingin dia menjaga Dira, dia adalah salah satu dari orang-orang yang mengetahui hubunganku dengan Dira.” Jawab L sambil tersenyum, matanya terlihat sangat lelah.

“Aku bisa menungguinya disini~ kalian tak usah khawatir.” Celetuk Siera tiba-tiba. Dia melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun dan menatap L.

L menggeleng, “Justru kau yang harus di khawatirkan. Lihat keadaanmu sekarang. Nanti kau bisa  ikutan tumbang juga jika menjaga Dira disini. lagi pula aku tidak yakin nanti seperti apa Dira saat terbangun dan melihatmu di ruangannya.” Tolak L.

Siera  meneguk ludah dengan bimbang, dia menatap Kyuhyun yang juga memancarkan penolakan yang sama dengan L.

“Arasseo..” gumam Siera menyetujui, kepalanya tertunduk lesu. Seketika L dan Kyuhyun sama-sama mengulurkan tangan hendak mengusap kepala Siera . Keduanya memandang satu sama lain dengan canggung sembari kembali menarik tangan masing-masing sementara Siera masih menunduk dan tak tau apa yang terjadi.

Kyuhyun yang pertama kali bergerak, dia melepas mantelnya dan mengerudungkan ke bahu Siera .

“Kuantar kau pulang~” tegasnya. Lengan Kyuhyun melingkari bahu Siera dengan protektif. L memandangnya dengan aneh.

Siera  menyetujuinya, lalu melambaikan tangan pada L untuk pamit. Mata Siera  melebar saat melihat Kyuhyun berjongkok membelakanginya.

“Naiklah, aku akan menggendongmu~” perintah Kyuhyun. Siera menolak tapi setelah dipaksa akhirnya dia mau naik ke punggung Kyuhyun dan melingkarkan tangannya ke leher pria tersebut. Toh juga dia sedang bertelanjang kaki sekarang. 

L masih tetap diam dan menatap kedua orang tersebut melangkah hingga hilang di belokan koridor. Berkali-kali L menghembuskan nafas keras, perasaannya aneh.

***

Menangis di tengah hujan itu bohong. Ditengah tetes hujan yang dingin, airmatamu akan berteriak. Tak seharusnya ada yang tersembunyi. Tapi jika menyembunyikan separuh hati yang lain, apa itu kesalahan? Kesadaran selalu datang belakangan dan membuat semuanya makin rumit. Apa memang semua pria punya dua hati untuk di tempati wanita-wanita yang berbeda? Dan kenapa dua wanita yang saling membenci bisa tetap berbagi hati?



Minggu, 27 Mei 2012

Finally ;A;

bisa diselamatkaaaannnn akun ini *throws cocholate candy*


sincerely
Little SnaiL

Babo me :3

Sabtu, 26 Mei 2012

[lyrics] marry ur daughter-Brian McKnight

Sir, I'm a bit nervous
About being here today
Still not real sure what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time.
See in this box is a ring for your oldest.
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
Cause very soon I'm hoping that I...

Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
When she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter
[ Lyrics from: http://www.lyricsty.com/brian-mcknight-marry-your-daughter-lyrics.html ]
She's been here every step
Since the day that we met
(I'm scared to death to think of what would happen if she ever left)
So don't you ever worry about me ever treating her bad
I've got most of my vows done so far
(So bring on the better or worse)
And 'til death do us part
There's no doubt in my mind
It's time
I'm ready to start
I swear to you with all of my heart...

I'm gonna marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter

The first time I saw her
I swear I knew that I'd say I do

I'm gonna marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter




sweet propose song :3 *melt into cheese smashed potatoes* love it <3

you. yes, you. i hate you!

why are you keep chasing after me? T___T im not the-past-me, i don't have any relation with him anymoreeeee. and im glad with that. please.


this pull and push was driving me crazeeeeeehh >< stop it!!


if you don't want to be friend with me, thats ok. just go. don't even thinking to come back to me ever again. i hate it.


don't be so selfish. i wanna living peace with my own. you're so mean and this is enough, girl. you have no idea how much i hurt because of ur act, iam sick of it! fudge.

[TEASER] another vanilla of me~

"..tak ada yang bertanya, seolah tak peduli. memangnya tak kelihatan?"




"..Jika kau tak percaya padaku, itu masalahmu sendiri. kau hanya terjebak pada masa lalu. jika saja kau mau berjalan, kau tak akan terkejut.. semua sudah meninggalkanmu!"

untukmu yang tak pernah pergi

kau menjelma cerita. dini hari sunyi ini menjadi tempatnya.

mengungkapkan keseluruhan dirimu kembali terasa sebegini menyenangkan. aku tak pernah tau jika dengan begini saja aku bisa sedemikian bahagia. kau itu ajaib.

kumiliki sendirian saja, semua hari-hari yang ku habiskan untuk menganyam keseharianmu. kau tak perlu tau. mencintaimu dalam diam itu lebih indah dari apapun.

serupa rambu, kau memimpinku dari jauh. serupa mercu, kau memberiku peringatan yang dekat.

kau tau apa yang kurasa, dan tak ada yang berubah. jika kau masih mau peduli, aku disini saja.

kita tau seperti apa, tapi kita belum tau hendak seperti apa. jangan tertawakan harapku jika kubilang aku menginginkanmu ada di depan sujud cintaku untukNya. aku mungkin bisa sendiri, tapi denganmu aku merasa lebih baik.


awalnya hanya rahasia. memberimu nama khusus terdengar sangat posessif.

tapi jika memang ini adanya, harus kubilang apa?


aku bersyukur, kau sangat tau apa yang aku tau tentang rasaku. dan kau tidak memilih pergi. setidaknya hingga saat ini.


terimakasih telah menjadi yang terbaik. kita selalu punya doa-doa baik.

kau tak pernah benar-benar pergi dari sini, B.

Minggu, 20 Mei 2012

maaf mengumpat.

setia kawan seperti heechul yang tak peduli kariernya saat dia ada di garda depan membela yunho dari anti-fans, tapi sensitif dan introvert seperti kyuhyun. keduanya sama berlidah tajam. yeah, aku gabungan dari keduanya.

oh, shoot. rasanya berkali-kali lebih sakit. apa kau tau? aku. peduli. padamu.

terima kasih

terima kasih telah membuat segalanya semakin buruk. ternyata kau tak seperti yang kupikir. terlalu tinggi jika kuharap yang terjalin selama ini membuatmu bisa memahami aku dengan sepenuh usahamu seperti aku yg lebih menyayangimu bahkan dari adikku sendiri.

aku menyesal sungguh. dan kau mambuat aku semakin memburuk.  suatu saat jika aku kehilangan rasa untuk mempercayai dan bersandar pada seseorang, maka kupastikan kau akan jadi satu-satunya orang yang membuatku begitu.

segitu susahkah untuk menyadari bahwa kau hidup tak bisa menginginkan semua kau miliki? tak bisa kah kau melihat siapa saja yang telah memberimu kepercayaan dan dukungan?

baik. hiduplah dengan caramu sendiri. hiduplah sendiri. terima kasih menjadi orang yang kupikir paling dekat denganku sejauh ini.

Rabu, 02 Mei 2012

on rainy days


Now
I erased all of you
I emptied out all of you
But when the rain falls again
All the memories of you I hid with effort
It all comes back, it must be looking for you

aku suka hujan. tapi jika hujan membawa lagi kenangan tentangmu maka aku berusaha untuk tak sebegini menyukainya lagi.