Rabu, 25 April 2012

[FanFiction] If You're Not The one






Cast : Kim Myungsoo (L infinite), Member Infinite, Lee YeJi (OC), Lee JiAe (OC)
Straight, Hurt, Romantic
The cast belong to them self, but i own this story. there's a bunch of typo XD and especialy, this fict i dedicated to my lovely unnie as a very late bday gift T.T mianhae unniee.. and sorry for the kinda fail poster xixixi



“Kita putus~”  Lee YeJi mengucapkan dua kata tersebut dengan nada tenang, bahkan tak sedikitpun melirik ke arah orang yang ia ajak bicara di sampingnya. 

L yang sedang menyeruput jus jeruknya cuma melirik ringan ke arah YeJi. Tak peduli. Lalu kembali menyantap Kimbab yang di bawakan YeJi di lokasi syutingnya sebagai makan malam.

“Apa kau marah lagi, uh?” tanya L di sela kunyahannya. Kali ini ia menatap YeJi sungguh-sungguh. Gadis di sampingnya tersebut sedang sibuk mengisi kembali gelas L yang hampir kosong.

YeJi menggelengkan kepala.

L memanyunkan bibirnya sembari menggerutu tak jelas. YeJi terkekeh.

“Auch! Ah wae?!” L mengelus-elus kepalanya yang menjadi sasaran jitak tangan YeJi. L memberi tatapan sebal ke arah YeJi yang cuma nyengir santai.

“Tak usah mengeluh. Ini jitakan terakhirku sebagai pacarmu. Dan ini juga Kimbab terakhir yang aku buat dan aku antar ke lokasi syuting untuk mu” YeJi berdiri dari duduknya, lantas mengibas-ngibaskan debu di rok ruffles selutut warna pink yang ia kenakan.

“Neo waeire? Jinjja~ putus? Jeongmal? Serius YeJi-ah? ” L mencari kejujuran di mata YeJi, YeJi menatapnya sejenak tanpa ekspresi.

“Aku tak pernah lebih serius dari ini..” jawab YeJi pelan.

“keundae, wae?” desak L. Tiba-tiba saja ia kehilangan selera terhadap makanan di depannya. Di perhatikannya YeJi yang sedang bersiap-siap pergi tersebut dengan tajam.

YeJi berdiri dari tempat duduknya, menarik nafas panjang lalu memberi tatapan hangat serta senyuman manis pada L. Hati L berdebar-debar, YeJi tak pernah terlihat tak cantik di matanya. Tapi hari ini, saat ini, L seolah kehilangan akal sehat. YeJi sangat mempesona.

“April  foolish sudah lama terlewat  YeJi-ah  jika hendak memberiku kejutan bodoh.” L masih saja menatap YeJi lekat-lekat. YeJi menutup matanya, lalu mendongakkan wajahnya ke arah langit yang gelap, rambutnya terurai di permainkan angin ke belakang kepala. Masih terulas senyum manis. L sedikit mengerutuki diri, tidak membawa kameranya kemanapun ia pergi. Pemandangan yang di depannya ini lebih dari sempurna. YeJi kenapa sih, cantik banget hari ini?

Masih dengan mata tertutup dan bibir tersenyum, YeJi menjawab pertanyaan L.
“Karena, aku sudah terlalu bosan seperti ini..” YeJi membuka mata, tatapan pertamanya mencari mata L. Tetap tersenyum. L lupa cara bernafas untuk sejenak. Dia bahkan tak mendengar jawaban YeJi barusan.

“Mwo?” L mengerutkan kening, segera setelah ia menemukan kembali kesadarannya segala imajinasi keindahan dari siluet YeJi yang dilatari oleh lampu dari set syuting di depannya langsung buyar.

YeJi tak menjawab, tapi langsung beranjak meninggalkan L yang masih penasaran. L memburu Ye Ji, lalu menahan tangan kiri YeJi dalam genggamannya.

“YeJi-ah, Lee YeJi..”suara L lebih terdengar sebagai permohonan daripada desakan. YeJi menoleh sekilas, lalu melepaskan cekalan L di pergelangan tangan kirinya dengan lembut.

YeJi berlalu begitu saja. Meninggalkan malam untuk L di belakang.


***

“Hhaaah~”

L mendesah sambil melepaskan sepatunya. Tampak raut kelelahan di wajahnya. Mereka baru saja selesai latihan untuk perform nanti malam di Mnet. Member infinite yang lain masing-masing sibuk ngobrol dan memberi koreksi mengenai gerakan satu dengan yang lainnya.

L melangkah ke sudut ruangan tempat dimana tasnya berada sembari menjinjing sneakers. Bahunya tampak lunglai. Dia mengambil handphone miliknya dan segera membaca notification di layarnya.  20 missed calls dan 1 message. Dari kekasihnya.

- Kkeut,  urineun yongseum kkeut. Thanks for everything-

Dia menengadahkan lehernya lalu mengacak rambutnya yang basah oleh keringat dengan frustasi. Break-up, lagi? Duh.

Tak pernah hubungannya dengan seorang wanita bertahan lebih dari satu bulan. Ini adalah yang ke enam, jadi sudah enam bulan semenjak dia dan YeJi putus. L tak terlalu perduli lagi dengan imagenya. 

“Ya, neo waeire?” Sungyeol menghampiri L dan ikut duduk di sebelahnya. Dia menyodorkan sebotol air yang langsung di terima L.

“Kkeutnasseo~” sahut L, di bibirnya tersungging senyum enteng seolah itu sudah hal yang biasa. Dia menenggak botol yang di sodorkan Sungyeol dengan ringan. Sungyeol menatap L heran.

“Mwo? Jiggeum? Jinjja?” tanya Sungyeol penasaran.

L nyengir lalu mengangguk. Di tunjukkannya message yang ia terima ke arah Sungyeol.

“Whoaaa~ daebak. Neo jinjja.. sekarang kau menjadi playboy, real playboy~” Sungyeol menanggapi, diacungkannya kedua jempol tangan ke arah L.  L meliriknya sembari memasang senyum sampingnya, sedikit sarkatis.

“Apa kau sedang memujiku, Sungyeol-ah?” L meregangkan kakinya. Lalu tangannya mempermainkan strap handphone bentuk karikatur chibi L-deathnote tanpa ia sadari, pikirannya sedang sibuk hendak memutuskan untuk mengencani siapa lagi setelah ini.

“Uhm, bisa dibilang begitu haha.. ” jawab Sungyeol, L ikut tertawa bersamanya. Dia tau Sungyeol sedang meledeknya.

“Kenapa kau tidak mencoba balikan dengan YeJi saja?” Sungyeol masih terlihat penasaran. L tak menanggapi. Kali ini tangannya mengguling-gulingkan botol minum yang tinggal tersisa setengah airnya tersebut di lantai. 

“Apa kau gengsi? Cih.. jujur saja lah, kau masih mengharapkan dia kan?” ledek Sungyeol, setengah mendesak.

L menarik nafas dalam sebelum menjawab, “Bukannya aku tak pernah mencoba, tapi dia yang tak mau kembali padaku. Seberapa keraspun aku meminta, dia tak pernah bersedia untuk menjalin hubungan denganku lagi.” L menghindari mata Sungyeol yang tertuju padanya penuh heran.

“Keurae? Apa kau tau alasannya kenapa dia begitu? Apa kau sudah mencari tau semuanya?” Sungyeol masih mendesak.

L mengangkat bahunya pasrah,  dia menggelengkan kepalanya sebelum menjawab “Molla~ aku hanya berusaha menghormati keputusannya.. jika dia ingin aku tak tau, maka mungkin memang lebih baik aku tak pernah tau alasan sebenarnya.”

Sungyeol baru saja hendak membuka mulutnya lagi untuk mengajukan pertanyaan ketika pintu ruang latihan terbuka, dan YeJi menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

“Inpiniteu yeorobeun..!!!” serunya dengan nada gembira.

L mendengus, “Panjang umur sekali dia..” ujarnya. Tapi Sungyeol tau, raut wajah L berubah lebih ceria saat melihat YeJi, diam-diam Sungyeol menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geli.

 Sungjong segera memburu YeJi dan memeluknya erat, “Noonaaa~!!”

“Apa kau membawa makanan? Kami baru saja selesai latihan~” Sungjong bertanya, dia dan Dongwoo segera mengambil beberapa tas kertas yang sedang di jinjing YeJi, kelihatannya berat.

YeJi tertawa lebar.
“Sungjong-ah, hari ini noona bertemu baaaaanyak sekali fansmu. Mereka menitipkan semua ini untukmu.” Jelas YeJi sambil membuka tas-tas tersebut.

Tiba-tiba gerakan YeJi yang sedang memberikan tas-tas kertas tersebut berhenti, keningnya sedikit berkerut, dia memisahkan satu tas dari semua yang ia berikan pada Sungjong.

“Igo andwae, Sungjong-ah..” kata YeJi, dia menyimpan tas tersebut dalam pelukannya.

“Eh, naegeo-aniya? ” tanya Sungjong.

“Yah, ini semua sudah milikmu dan kau masih kurang?” Dongwoo menanggapi, “Igo Naegeo, YeJi-ah?” lanjutnya bertanya sambil menunjuk tas kertas yang di peluk oleh YeJi.

YeJi tak menanggapinya, dia sibuk membagi-bagi barang yang ada di dalam tas tersebut. Mulutnya tak henti-henti menggumam, “Ini untuk Sunggyu-oppa, ini milik Dongwoo-oppa, milik Woohyunie, ini milik Hoya, dan ini untuk Sungyeolie”

Sungyeol menoleh ke kanan dan kiri, ada yang kurang. “YeJi-ah, kau tidak bawa buat L? Tak ada titipan hadiah untuk L?” tanya Sungyeol.

YeJi mengeluarkan sebuah bungkusan styreofoam dari dari tas yang lain sebelum menjawab pertanyaan Sungyeol.

“Tadi beberapa fans L yang ku temui di cafe mentraktirku cheesecake yang eeeenaaaak sekali, lalu kami ngobrol dan dia melihat strap handphone milik ku yang mirip dengan punya L. Mereka bertanya di mana aku membelinya, lalu ku bilang aku beli replikanya sewaktu aku ke jepang hihihi. Akhirnya aku menjual strap handphoneku kepada salah satu dari mereka dan uangnya aku belikan ddeokbeoki ini.. ja, ini buatmu” YeJi menjelaskan dengan panjang lebar, lalu mengulurkan kotak styreofoam tadi ke arah L yang hanya diam semenjak kedatangannya.

YeJi masih menyodorkan kotak tersebut ke arah L dengan polos, member infinite yang lain mematung, ekspresi L sama sekali tak terbaca. Diam-diam Sungyeol dan Hoya mendecakkan lidah gemas, tak yakin jika L tak akan mengamuk.

L memandang YeJi tajam, “Ya, Lee YeJi! Kalau kau sudah tak mau memakai barang itu, lebih baik kau buang saja~ harusnya kau bilang dari dulu jika tak mau menyimpan Couple dari strap handphone miliku~ aissh~” L sedikit membentak YeJi, lalu mengacak rambutnya dengan frustasi. Dia berdiri dari tempatnya lalu beranjak meninggalkan ruang latihan.

Tangan YeJi masih teracung sambil memegang kotak styreofoam, dia menoleh ke arah member Infinite yang lain untuk meminta penjelasan. “Kenapa dia marah?”

“YeJi-ah, bukankah strap L-deathnote itu barang pemberian L ketika dia masih jadi namja chingu-mu? Kenapa kau bilang replika?” Sungyeol bertanya sambil meraih dan membuka kotak styreofoam tersebut dari tangan YeJi.

YeJi sedikit berpikir, “Karena jika aku bilang itu strap couple dengan milik L, mereka pasti tak ada yang mau percaya..” jawabnya, dia  lalu ikut melahap ddeokbeokki tersebut bareng Sungyeol dan Dongwoo.

“Maksud kami bukan itu, YeJi-ah. Sampai sekarang L masih menyimpan dan memakai benda tersebut, tapi kenapa kau malah menjual strap yang milikmu kepada para fans? Tentu saja L marah, dia pikir segitu tak inginnya kah kau bersama L lagi hingga memberikan sepotong benda dari kenangan kalian kepada fans?” Sunggyu menjelaskan dengan sabar. Woohyun yang di sampingnya mengangguk-angguk setuju.

“Sunggyu-hyung benar noona, kenapa kau tak menyimpan saja benda itu sendiri?” Sungjong ikut menimpali.

YeJi tersenyum, “Bukankah kami sudah putus? Benda couple pun sudah tak ada artinya lagi bukan?” elak YeJi. 

“Tapi ngomong-ngomong, kenapa kau mudah sekali mendekati fans kami?” Hoya bertanya disela kunyahannya. Member yang lain mengangguk setuju. YeJi tak pernah menjelasakan pada mereka bagaimana ia bisa dipercaya para fans Infinite untuk menitipkan hadiah pada semua member.

YeJi terkekeh, “Mereka mengenalku sebagai adik dari manajer-oppa, aku tak pernah bilang begitu tapi mereka yang menyimpulkan sendiri setelah melihat background wallpaper di CY milikku. Aku memang memasang fotoku dengan manajer-oppa saat kalian berkunjung ke rumahku dulu itu sebagai profilnya. Lalu, yah.. begitulah.. dan mereka tambah percaya ketika aku upload foto-foto kalian dengan hadiah yang dititipkan padaku disana, aku bilang oppa-ku yang memotretnya dan menyuruhku meng-upload sebagai ungkapan rasa terimakasih kalian pada para fans hihihi” Dia mengambil sebotol air dari tangan Sungjong lalu menenggaknya.

Semua member infinite tertawa mendengar semua yang diceritakan YeJi.
“Oiya, ngomong-ngomong kembali tentang couple, tadi L baru saja putus dengan pacarnya.. ” Sungyeol menyuap sepotong ddeokbeokki, “..lagi.” lanjutnya, dia mengunyah sembari nyengir lebar. Member lain menoleh dengan tiba-tiba ke arah Sungyeol, terkejut.

“Jinjja?” sahut mereka berbarengan.

“Uhuk.. uhukk..” YeJi tersedak.

   ***

“Kyaaa..!! Kyaa..!! dia mengedip ke arah sini, SooYeong-ah!! Kau lihat? Kau lihat?”

YeJi makin heboh berteriak dan mengacung-acungkan paper cardnya ke atas kepala. Im SooYeong, yang berdiri di sebelah YeJi juga melakukan hal yang sama.

“O, lihat, aku lihat dia~ kyaaaa~!!! L-oppaaa,  saranghaeeeeyooo~!!!”

“Inphiniteu-saranghaeyoo~!! Kim MyungSoo saranghaeyooo~!!!”

Sementara di panggung, L kembali mengedarkan pandangannya setelah selesai perform. Dia menemukan YeJi bersama beberapa gadis lain memegang paper cards bertuliskan namanya sambil berteriak, L tersenyum dan melambaikan tangan.

Sudut tempat YeJi berada kembali heboh, Sungyeol menyadari hal itu dan ikut melambaikan tangan. Dia merangkul L saat akan kembali ke back-stage, dan kebetulan L juga membalas pelukannya. Beberapa sudut yang lain ikut heboh.

“Kyaaa~!!”

“Kyaaaaa~ MyungYeol...!!!”

YeJi terkekeh, dia melirik jam tangan spongebob di tangannya lalu menepuk pundak SooYeong yang masih berteriak-teriak.

“SooYeong-ah, aku pergi dulu , o?”

SooYeong menoleh, “Eh, chankaman~ Eonni eodiga? Bukankah setelah ini mereka akan muncul lagi untuk pengumuman pemenang?” dia bertanya pada YeJi yang terlihat sedang sibuk memberesi balon dan Paper card yang tadi dibawanya.

“Ah, geunyang~ aku ada jadwal lain. Aku ada jadwal mengajar di salah satu yayasan Panti Asuhan” sahut YeJi.

“O, nde~ aku kadang lupa kalau Eonni ini adalah aktivis sosial hehe~” SooYeong duduk kembali sambil nyengir pada YeJi.

***

L menghempaskan punggungnya di sofa. Lee JiAe yang sedang asik dengan buku di tangannya memberengut sebal, tas punggung L mengenai kepalanya. 

“JiAe-ya ambilkan oppa minum~ haaahh~ hampir mati rasanya..” keluh L, di pukul-pukulnya bahu kirinya dengan ringan. Pegal sekali setelah perform tadi.

“Ah, shireo~ oppa bisa ambil sendiri..” sahut JiAe, dia kembali meneruskan membaca setelah menendang tas L ke tepi sofa.

“Myungsoo-ya, wasseo?” nyonya Lee keluar dari dapur setelah mendengar suara L tadi. Di tangannya sudah ada segelas air minum. L menerima gelas tersebut dan meminumnya dalam sekali teguk sebelum menjawab.

“Ye, ommoni.. capek sekali rasanya.” L bergelayut manja pada nyonya Lee yang adalah ibu dari Yeji dan JiAe tersebut.

“Kau mandi dulu, nanti setelah itu kau bisa makan.. kami semua sudah kecuali kau dan Yeji” ujar nyonya Lee, di tepuk-tepuknya kepala L yang masih bersandar di lengannya tersebut dengan penuh sayang.

“Apakah Yeji belum sampai di rumah, ommoni?” tanya L heran, dia bangkit dari duduknya lalu melepas mantel yang ia kenakan. Nyonya lee menggeleng, di ambilnya mantel L lalu digantungkan di tempat penyimpanan di dekat pintu masuk.

“Harusnya kami yang bertanya padamu, oppa. Bukankah eonni pergi untuk melihat penampilanmu? ” tanya JiAe, dia memberi pandangan sedikit menuduh pada L.

“Eii, aku selalu mengajaknya bareng jika kami bertemu, tapi dia yang menolak untuk ikut van ku~ lebih baik kau yang mengingatkannya~”sahut L serius.

“Sudahlah JiAe-ya, mungkin sebentar lagi eonni mu pulang, biarkan myungsoo-oppa istirahat dulu..” ujar nyonya Lee menengahi.

“Lalu kau, JiAe-ya. Sudah saatnya kau tidur kalau tak ingin telat berangkat sekolah besok pagi..”tambah nyonya Lee dengan nada tegas, L menjulurkan lidah ke arah JiAe, menggodanya.

JiAe melemparkan bantal sofa ke arah L yang ditangkap dengan sigap oleh L sembari tertawa, JiAe memanyunkan bibirnya sebal.

“Ah eomma, shireo. Aku hendak menunggu eonni pulang, ada yang harus aku ceritakan padanya.” Jawab JiAe memberi alasan. Dia sambil memelototkan mata ke arah L, tangannya terkepal mengancam. L terkekeh.

Nyonya lee tersenyum memaklumi, “arasseo~ ”
“Myungsoo-ya, cepatlah mandi, nanti airnya sudah tidak panas lagi.” Nyonya Lee menepuk kepala L yang masih sibuk menggoda JiAe, L mengangguk setuju lalu pergi mandi.

Tak berapa lama, terdengar bunyi pintu di buka. JiAe segera berdiri dan menyambut kedatangan kakaknya.

“Eonniiii~!!” JiAe memeluk kakaknya seolah sudah lama tak bertemu, YeJi membalas pelukan yeodongsaengnya dengan tak kalah erat. Nyonya Lee melongok dari ruang tengah, tersenyum geli melihat tingkah kedua kakak adik tersebut.

“Tadi..”

“Tadi..”

Keduanya sama-sama hendak berbicara bersamaan, lalu terkekeh keras.
“Eonni dulu..” kata JiAe, di ambilnya tas ransel dan mantel dari tangan kakaknya. YeJi nyengir, dan mengusap rambut JiAe sebelum bicara.

“Tadi eonni berkenalan lagi dengan salah satu fans L, dia mentraktir eonni kopi.. ” ujar YeJi dengan nada serius. JiAe memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

“Aaa, jinjja? Siapa namanya kali ini, eonni?” 

Mereka berdua sudah duduk saling berhadapan di kedua ujung sofa.
“Eung~ namanya.. ”YeJi menggaruk rambutnya, nampak kesulitan mengingat. JiAe menepuk-nepuk pundak YeJi dengan sabar, dia tersenyum menyemangati.

“Gwaenchana, besok mungkin eonni bisa menanyakan lagi namanya.. ”ujar JiAe.

“Ah aniya, aku yakin tadi aku sudah mengingat namanya dengan benar..”keluh YeJi, mukanya sedikit keruh. Bagaimana bisa dia melupakan kejadian yang baru saja ia alami tersebut?

Terdengar langkah kaki..
“Tch~ pabo. Berapa usiamu, kau sudah melupakan segala sesuatu. Jika kau sampai melupakanku, aku benar-benar tak akan mengampunimu Lee YeJi” L menanggapi, dia mengusap-usap rambutnya yang masih basah dengan handuk. JiAe memberi tatapan tajam ke L. Sementara YeJi hanya nyengir polos.

“Oppa! Sudahlah, tak penting siapa namanya. Kenapa kau ini selalu saja mengganggu keasikan kami sih?” sungut JiAe sebal. YeJi menjulurkan lidah pada L, merasa di bela.

“Naega wae? Aku kan hanya memberi komentar~” sahut L membela diri. “Keundae~ sebegitu suka kah kau padaku, eh? Sedemikian bahagianya kah kau melihatku  mengedipkan mata hingga berteriak heboh seperti itu?” L memberikan senyuman miring andalannya ke arah YeJi yang sepertinya sedang merasa perlu meluruskan ujung-ujung bajunya. L tau pasti jika saat ini yeJi sedang salah tingkah. Namun  tiba-tiba, YeJi mendongak dan memberi chic-glare ke pada L serta tersenyum sinis.

“Itu hanya akan terjadi di dalam mimpimu~ kau tau? Cih. Aku hanya bertingkah sesuai adab yang berlaku di kalangan fangirl, arasseo? O, dan ingatlah, aku tak cuma menjadi fan-mu. Bisa saja aku besok menjadi fan magnae Sungjong atau Hoya. Jadi jangan gembira dulu seperti itu~” YeJi membalas telak, JiAe tergelak hingga perutnya sakit sementara L menunjukkan raut sebal dan seolah mengancam hendak memukul kepala YeJi.

“Yaissh~.. neo~..” L sedikit mengumpat, YeJi menanggapi dengan menjulurkan lidahnya ke arah L.

“Keundae, aku mendengar dari Sungyeolie jika kau baru saja putus dengan pacarmu yang bulan ini, benar?” tanya YeJi, sedikit memancing.

L menemukan kembali senyumnya, “Wae? Kau berminat untuk kembali padaku? Mengisi kekosongan yeoja-chinguku untuk bulan ini?” jawab L, menantang. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dengan arogan dan senyum menyebalkan.

YeJi mendengus, “Yah, Kim MyungSoo, sebegitu susahnya kah kau melupakan diriku  hingga tak pernah awet menjalin hubungan dengan yeoja lain?” YeJi berkata dengan sinis, sedikit meledek. Di sisi lainnya, JiAe berusaha meredam tawanya dengan pura-pura menepis debu dari tas kakaknya. Pecakapan yang seperti ini bukan saatnya untuk di tertawakan oleh orang ketiga.

“Kalau aku bilang iya, apakah akhirnya kau mau kembali kepadaku Lee YeJi?” tanpa diduga L menjawab dengan sangat lembut, pun juga tatapannya ke arah YeJi.

YeJi benar-benar salah tingkah sekarang, dia menggaruk-garuk belakang telinganya dengan kikuk dan berulang kali menyentuh ujung rambutnya sendiri.

 “Mian..” YeJi hanya menyahut singkat, kepalanya masih tertunduk serba salah. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing. Sedikit nyeri di pelipisnya.

L menghembuskan nafas berat, “Gwaenchana~ aku tak pernah memaksa kan?” ujar L. JiAe merasa dia salah tempat berada di sana.

Suasana jadi makin tidak enak, kikuk dan serba salah. Masing-masing terdiam dengan pikiran yang berbeda-beda.

Lalu tatapan L kembali terarah pada YeJi yang sedang sibuk mengeluarkan paper cards yang tadi ia bawa ketika melihat perform L di Inkigayo. “Yah! Lee YeJi, igoba, lihat ini.. kau menuliskan namaku salah disini..” L menunjuk pada sebuah paper card yang berwarna pink.

“Ah, jinjja? Ah.. mianhae, aku tak teliti tadi” jawab YeJi sedikit terkejut, di tatapnya paper card yang di tunjuk L, memang ada kesalahan, tapi YeJi tak bisa melihat dimana kesalahan itu. Pikirannya terasa berkabut, sepertinya dia terlalu lelah.

“Yah, Kim MyungSoo, harusnya kau berterima kasih karena kakakku mau membuat benda-benda seperti ini sekaligus melihat penampilanmu di manapun kau perform. Dasar cerewet” JiAe berkacak pinggang sembari memarahi L.

L menoleh ke arah JiAe dengan muka tak percaya, di lemparkannya handuk bekas mengeringkan rambut tadi ke arah JiAe “Yah? Yah? Kau memanggilku yah? Sini kau.. sini!” L mengejar JiAe yang berlari menghindarinya, hendak menjewer telinganya atau mencubit pipinya.

“Ah, apo, apo.. eomma, tolong aku!” jiAe berteriak meminta bantuan nyonya Lee.

“Ah diamlah kalian berdua, kalian membuatku semakin pusing.” Keluh YeJi, dia berjalan menuju kamarnya dengan perlahan sembari memegang keningnya.

Baik L maupun JiAe segera berhenti.

“Eonni, gwaenchana?” JiAe menghampiri YeJi, bermaksud memapah kakaknya, namun terhenti karena YeJi menghalau tangannya.

“Ah dwaesseo~” YeJi meninggalkan JiAe yang mematung dengan ekspresi khawatir.

“Ini gara-gara kau, oppa!” tiba-tiba saja JiAe membentak L yang masih terdiam.

“Kenapa aku?” sahut L tak mau disalahkan. JiAe tak menjawab, hanya memandang kepergian kakaknya dengan sedih.

“Sudahlah JiAe-ya, kakakmu mungkin sedang lelah. Myungsoo-ya, kau cepatlah makan, kau juga pasti lelah setelah perform tadi” nyonya Lee menghampiri L dan JiAe yang amsih berdiri di dekat sofa.

“Aniya, ommoni. Aku tadi pamit pada manajer-hyung hanya untuk menumpang mandi disini. Sebentar lagi mungkin aku sudah dijemput lagi.” Jawab L.

“Kalau begitu kau bawa makanan untuk di dorm ya?” nyonya Lee masih mendesak, L mengangguk sambil tersenyum. 

“Gomawoyo ommoni~” ujar L.

“Eomma, eonnineun eotteokkhae? Eotteokhaji?” JiAe hampir menangis, dia masih menatap pintu kamar kakaknya dari tempatnya berdiri. L menoleh, dia tak mengerti apa maksud ucapan JiAe tadi.

Nyonya Lee menghela nafas berat, “Eonnimu akan baik-baik saja, JiAe-ya, kkokjeonghajima~”

L menoleh ke arah JiAe dan Nyonya Lee berganti-ganti, dia merasa sesuatu sedang terjadi, tapi dia tak bisa menebak apa itu.

***

YeJi memeluk JiAe, yang sedang memasang pita seragam sekolahnya di depan cermin, dari belakang.

“Aaaigoo~ uri dongsaeng, yeppeuda” puji YeJi kepada JiAe yang tersenyum lebar.

“Jinjja, Eonni? Na eotthae? Yeppeo?” JiAe memutar-mutarkan badannya di depan cermin setelah YeJi melepas pelukannya, dia mengamati segala sisi pantulan dirinya di dalam cermin.

YeJi tersenyum, “Yeppeo, yeppeo, yeppeo~” sahut yeJi dengan sungguh-sungguh. Senyum JiAe semakin lebar. Tapi kemudian senyum JiAe tiba-tiba hilang saat melihat wajah kakaknya~

“Eonni, kenapa pipimu semakin tirus, eh?”tanya JiAe sambil meraba pipi kakaknya.

“Hehe~ Eonni ingin cantik sepertimu, makanya sekarang eonni diet.” Sahut YeJi singkat, tapi dia membalikkan badan dan menghindari tatapan JiAe.

“Khajja~ eonni berangkat bersamamu” YeJi berkata sambil mengulurkan tas punggung milik JiAe.

JiAe mengerutkan kening, hidungnya mengendus sesuatu.
“Eonni, apa tadi eonni sedang memanggang sesuatu?” tanya JiAe curiga, aroma gosong tercium semakin pekat.

YeJi menepuk keningnya, lalu mengangguk “O, eonni bikin toast ham untukmu, untung kau ingatkan, gomawoo~” YeJi sedang membalikkan badannya lagi untuk keluar dari kamar saat dia terkejut oleh tingkah JiAe yang segera berderap menuju dapur.

Disana sudah ada Nyonya Lee, sedang memegang sebuah benda berwarna hitam hangus yang tadinya mungkin adalah roti isi ham, bersama suaminya yang membawa secangkir kopi. JiAe memandang appa dan eomma-nya dengan tatapan campur aduk.

“Eomma~” panggil YeJi yang sampai di dapur paling akhir. Tatapannya terlihat bingung.  “Apakah Eomma yang membuatnya? Eii~ eomma pasti melupakannya timer setnya~”

JiAe melirik kakaknya dengan ekspresi sedih. Nyonya Lee juga bertukar pandang dengan suaminya disertai desahan pilu.

“O, mian eomma lupa tadi. Tak apa kan kalau kalian sarapan sereal saja, o?” buru-buru nyonya Lee menjawab. Dia menyusut air mata yang sudah hampir tumpah dengan ujung lengan bajunya saat YeJi tak melihat.

“Keundae, kenapa aku tak mencium bau hangus ya dari tadi?” YeJi menggumam bingung sambil menarik kursi untuk duduk.

Nyonya Lee sudah tak tahan lagi, dia melangkah keluar dari dapur agar YeJi tak melihat dia menangis.

     ***

YeJi dan JiAe turun dari bus bersama sambil bergandengan tangan, mereka bercerita dengan seru lalu menertawakan sesuatu.

“Ja, kita sudah sampai di depan sekolahmu. Belajar yang rajin ya, dan salam untuk teman-temanmu” YeJi mengusap puncak kepala JiAe penuh sayang. JiAe nyengir dan mengangguk.

“O, eonni setelah ini mau kemana? ”

YeJi memegang dagunya dan berpikir, “Uhm, mungkin akan melihat L latihan, wae?”

JiAe memainkan alisnya naik turun, “Eiii, eonni, kau masih mencintainya bukan?” ledek JiAe.

YeJi tertawa, “Haha~ tentu saja. Keundae, shush~ jangan bilang-bilang padanya ya? Nanti dia besar kepala~” jawab YeJi sambil memelankan suara, dia meletakkan telunjuk di depan bibirnya.

JiAe mengangguk lalu menunjukkan isyarat mengunci mulut. Dia membalas lambaian tangan kakaknya yang mulai menjauh. YeJi kembali menstop sebuah bus yang lewat dan masuk ke dalamnya.

Sepeninggal kakaknya, JiAe termenung.
“Eonni, hari ini jangan tersesat lagi ya~” bisiknya pelan lalu berbalik menuju gerbang sekolah.

Sementara itu di dorm infinite, para member sibuk dengan aktivitas pagi mereka sebelum latihan.

Woohyun dan Hoya sedang memasak di dapur dan member yang lain merapikan dorm serta bersih-bersih.

L menghentikan tindakannya yang sedang menggoda Sungjong dengan kemoceng bersama Sungyeol dan Sunggyu ketika didengarnya bunyi bel pintu.

“Biar aku yang membukanya~” ujar L sambil berdiri lalu mengintip layar interkom.

“Nuguseyo?” serunya. Tak ada jawaban balasan. “Nuguseyo?” ulangnya sekali lagi.

Di layar interkom terlihat 5 jari yang melambai ke arah kamera. L tersenyum cerah, cincin yang ada di jari manis itu amat ia kenali.

Dia segera menempatkan diri di depan pintu dan menyuruh Sungjong membuka angka kuncinya. Segera saja..

“Annyeo~ WUAAAAAA~ kkamjjagia. Yah, L! kau membuatku kaget!!!!” YeJi terkejut saat membuka pintu, dia tak tau ada L tepat di depannya sambil tersenyum. Mukanya lantas memerah dengan cepat. L terkekeh dan semua member menyorakinya.

“Noonaaa~” Sepertinya cuma Sungjong yang selalu menyambutnya dengan ramah. Sungjong bahkan selalu membawakan tas atau benda apapun yang ia bawa.

“Kalian sedang apa?” tanya YeJi sambil melepas coat, L menerima coatnya dari belakang. Yeji kembali salah tingkah.

“Kami sedang beberes sebelum latihan, apa kau mau membantu?” jawab Sunggyu. Hoya dan Woohyun melongokkan kepala dari arah dapur setelah mendengar ribut-ribut tadi.

“Annyeong, YeJi-ah, wasseo?” sapa Woohyun.

“O, mwohaneungeoya?” YeJi menghampiri mereka berdua. 

“Kami kebagian tugas memasak untuk sarapan, apa kau sudah sarapan? Mau bantu?” sahut Hoya sekaligus menawarkan, nyengir. YeJi terkekeh, lalu segera mengambil apron di laci dan memakainya.

“Aku bisa bantu apa, kalau begitu?” tanya YeJi. 

Belum sempat Hoya maupun Woohyun menjawab, L dan Sungyeol memasuki dapur dengan segelas air.

L menyodorkan gelas tadi ke arah YeJi.
“Ja, igo.. karena aku mantan pacar yang baik, aku akan tetap memperhatikanmu dengan tulus” ujar L sembari tersenyum lebar, sedikit mencurigakan karena di belakangnya Sungyeol menampakkan muka tegang.

Hoya dan Woohyun mengerutkan kening, mereka mencium sesuatu yang tidak beres.
“Ireojima, YeJi-ah. Sebaiknya jangan diterima, mungkin itu ide konyol Sungyeolie yang lain” kata Hoya memperingatkan, tangannya tetap sibuk menumis.

Sungyeol menampakkan muka tersinggung, “Ani, naega wae?”elak Sungyeol.

YeJi menerima gelas tersebut santai, “Gomawo~” sahutnya dengan anggun. “Igo mwohae?” tanya YeJi sambil memperhatikan isi gelas tersebut dengan rasa tertarik.

“Geunyang.. Jus, ini jus jeruk biasa. Kau tidak suka?” tanya L dengan muka sedikit khawatir. YeJi nyengir lalu meminumnya hingga setengah. Mukanya sedikit mengernyit, seolah berpikir. Tapi dia meminum seteguk lagi dan mengembalikan gelasnya ke tangan L.

“Gomawo~ mashiketta” ujar YeJi.

L dan Sungyeol melongo, tak percaya. Keduanya lalu bertukar pandang.

“Mashiseo? Jinjja?” Sungyeol bertanya.

“O.. wae?” jawab YeJi mantab.

“Ani, geunyang..” suara Sungyeol hilang. Dia benar-benar tak percaya. L mencoba meminum Jus yang sisa setengah tadi untuk membuktikannya..

Phuffff!!

“Uhuk..uhukk!” baru saja cairan tersebut menyentuh lidahnya, L sudah menyemburkannya kembali sambil terbatuk-batuk. Dia berlari menuju washtafel untuk berkumur diiringi dengan tawa geli dari Woohyun dan Hoya.

“Puhahaha~ kau kena jebakanmu sendiri, enak kah?” ledek Woohyun.

“Sudah ku bilang, isinya mencurigakan. Instingku memang selalu tajam” ungkap Hoya bangga.

Sungyeol terbengong sendirian, dia berkali-kali melihat ke arah YeJi yang masih bertampang bingung dan L yang hampir muntah di wastafel.

“Keundae, maldeo andwae~ kau benar baik-baik saja, YeJi-ah?”tanya Sungyeol.

YeJi mengangguk, “O, gwaenchana..”

L menghampiri mereka kembali dengan wajah penuh air dan terlihat seolah habis muntah hebat.

“Neo, jinjja.. Apa kau sengaja, supaya aku masuk jebakan juga, hah?” bentak L ke pada YeJi yang melongo.

“Apa maksudmu, rasanya enak menurutku, apa kalian memasukkan sesuatu yang aneh?” YeJi balik bertanya. 

Sungyeol menggaruk kepalanya sedikit kikuk, dia merasa bersalah sebenarnya.
“Itu ideku sebenarnya, tapi L yang mengusulkan untuk menggodamu. Kami berdua memasukkan cuka ke dalam jus tersebut. Keundae, kau benar-benar tak merasakannya? Isanghae.. Jinjja.. tidak mencium baunya?”sahut Sungyeol dengan muka serius.

“O, eob-seo..”dengan tatapan nanar, YeJi seperti sedang melamun saat menjawab pertanyaan Sungyeol pelan. Perlahan wajahnya memucat. L memperhatikannya dengan seksama.


Lalu tiba-tiba YeJi pamit pergi dan bergegas memberikan apron yang dia pakai tadi ke Sungyeol.

“Aku harus pergi, aku lupa kalau punya janji lain hari ini. khanda~” pamit YeJi buru-buru, dia menyambar tas dan coatnya begitu saja.

“YeJi-ah, Gwaenchana? Eodigaa?” L mengejarnya, tapi YeJi telah pergi tanpa menjawab apapun.

Perasaan khawatir menelusupi benak L. Ada yang sedang terjadi pada gadis itu, tapi L tak mampu menemukan jawaban apapun. Dia mengacak rambutnya sendiri dengan sedikit frustasi. Risau.

   ***

“Ceritakan padaku apa yang terjadi pada kakakmu..” L menodong langsung pada JiAe.

Setelah kepergian YeJi yang tiba-tiba, L memutuskan untuk mengorek keterangan dari JiAe sehingga dia menunggu JiAe pulang sekolah. Ditunggunya JiAe di dekat halte tempat JiAe biasa menunggu bis.

Mereka pulang ke rumah JiAe naik taksi demi menghindari fans. Sepanjang perjalanan, L berusaha bertanya mengenai keadaan YeJi tapi Ji Ae tak menjawab sepatah katapun.

Kini sesampainya di rumah, dia mencecar jiAe dengan banyak pertanyaan.
“Apa dia sakit? Sudah berapa lama dia tak bisa merasai apapun yang masuk ke mulutnya seperti ini, JiAe-ya??”

Dari semua pertanyaan yang di ajukan oleh L, pertanyaan yang terakhirlah yang membuat JiAe menoleh padanya.

“M-mwo? Apa maksudmu eonni tak bisa merasai apapun?” Tanya JiAe, panik.

L kaget dengan respon dari JiAe, “Ya, kau tau kan kalau Sungyeolie itu selalu punya banyak ide jahil. Kebetulan tadi kami menggodanya dengan air cuka, tapi dia meminumnya begitu saja tanpa ekspresi aneh apapun. Dia bahkan bilang kalau itu enak.” Jelas L hati-hati.

Raut wajah JiAe berubah, dari panik, kaget menjadi sedih. Tiba-tiba dia menangis keras. L gugup menghadapinya.

“Ya, ya~ waegeurae, uh? Uljimaa~ jelaskan padaku dulu..” L memeluk JiAe sembari menepuk-nepuk punggungnya.

JiAe masih menangis keras sembari bergumam, “Eonnineun eottokhae? Eottokhae, oppa? Eottokhae? Huhu..”

Mendengar tangisan JiAe, nyonya Lee bergegas menemui L dan JiAe.

“JiAe-ya, waegeurae? Gwaenchana? Kemarilah..”

JiAe segera berlari ke pelukan eommanya, sementara L masih termangu tak tau harus berbuat apa.

“Oppa bilang, Eonni sudah tak bisa merasakan apapun, eomma.. eottokhae? Aku tak mau kehilangan Eonni.. huhuhu” masih sambil menangis, JiAe mengadu pada eommanya.

Nyonya Lee menatap L dengan wajah sedih. L masih menunggu penjelasan.

Sorenya L merasa seperti robot. Dia berjalan menuju dorm infinite karena kakinya seolah sudah hafal. Dia tak bisa memikirkan apapun. Semua penjelasan dari nyonya Lee bergema di kepalanya.

YeJi mengidap kanker otak. Kami baru tau sekitar dua bulanan ini. tapi sepertinya dia sudah lama mengetahuinya namun sengaja menyembunyikan dari kami. Sampai sekarang kami tak pernah menunjukkan kalau kami tau. Kami mensupportnya dengan mendukung apapun yang dia ingin lakukan. Kami juga diam-diam berhubungan dengan dokter yang selalu Yeji datangi. Dokter bilang YeJi sudah melakukan terapi lama sekali dan juga rajin minum obat. Kami, eomma, appa dan JiAe merasa sangat bersalah karena kami tak tau dari awal. Tapi dokter bilang, jika YeJi ingin menyembunyikannya maka biarlah seperti ini saja, karena perubahan emosi dikhawatirkan akan mempercepat pertumbuhan sel kankernya.

Awal kami tau dari penemuan JiAe atas bungkus obat di kamar milik  YeJi. Karena penasaran JiAe menyelidikinya. Dia juga menemukan bahwa tanda jika perkembangan sel kanker semakin pesat adalah dengan pusing yang lama hilang, melemahnya indera penciuman dan perasa serta mulai berkurangnya daya ingat.

Terbayang lagi raut wajah nyonya Lee yang sarat airmata ketika menambahkan informasi terakhir.
“Pagi tadi, dia lupa kalau dia memanggang roti. Bahkan setelah hangus pun dia tak mencium baunya sama sekali. Jika sekarang kau bilang dia tak bisa merasa cuka yang kau berikan padanya, maka.. ”

Nyonya Lee tidak meneruskan ucapannya , namun L juga tak mau memperjelas apa yang tak terucap oleh nyonya Lee. Terlalu sakit jika harus dinyatakan.

L masih berjalan dengan pikiran kosong. Setelah sampai di depan dorm, tangannya gemetaran hendak menekan angka kunci. Namun berulang kali meleset. Akhirnya L mengeluarkan handphonenya dan menekan speed-dial 1, Sungyeol.

“Ya, neo eodiya?” terdengar suara Sungyeol menyapanya. L hanya terpaku. 

Dia merasa ada yang hendak meledak tapi tidak bisa, rasanya sakit sekali. Pada akhirnya dia hanya menyebut nama YeJi dalam teleponnya.

“Sungyeol-ah, Lee YeJi.. dia.. dia..” L tak mampu berkata lagi. Akhirnya dia memutuskan hubungan telepon, dan memilih mengirim pesan pada Sungyeol.

-Buka kan pintunya untukku, aku di luar~-

Segera setelah melihat Sungyeol, L tak mampu lagi menahan emosinya. Dia menubruk Sungyeol dan menumpahkan segalanya. Member lain yang melihat keadaan L ikut panik.

***

Lee YeJi menelusuri jalan pulang dengan gamang. Dia tak bisa merasakan apapun lagi. Dari pada sedih dia lebih merasa hampa.

 Apa dia harus memberitahu keluarganya? Ah aniya. Semua sudah terlambat, yang akan ia dapat hanya perasaan nelangsa dan mengasihani diri.

YeJi membuka pintu depan dengan pelan, sudah sore. Mungkin JiAe sudah sampai di rumah. Pikirnya sedikit gembira.

Saat sampai di depan televisi, dia melihat JiAe menelungkup di sofa. YeJi mendekatinya dengan hati-hati, sepertinya JiAe sedang tidur. yeJi memandangi JiAe dengan penuh sayang, entah berapa lama lagi ia bisa menatap wajah dongsaengnya yang cantik ini. Tiba-tiba tercetus sebuah ide jahil di pikiran YeJi.

“BOOOOOOH~ SARANGHAEEE~!!!” YeJi mengagetkan JiAe dnegna memelukanya erak-erat. JiAe tergeragap tapi langsung tanggap dengan keadaan.

“AAAaaa~~ Eonniii!!” serunya manja.

“Hahaha. Kenapa kau tidur disini?.. eh, wait. Kenapa matamu bengkak? Apa kau habis menangis? Apa yang membuatmu menangis?” YeJi memperhatikan wajah JiAe dengan serius.

JiAe mengangguk, “O, biasa. PMS” sahutnya enteng.

“Kau mau cokelat?” tawar YeJi. JiAe mengangguk setuju.

YeJi mengulurkan sebatang cokelat dari tasnya, persediaan untuk anak-anak panti asuhan sebenarnya. Tapi sepertinya hari ini dia tak bisa mengajar.

JiAe membuka bungkusan cokelat tersebut dan mulai mematahkan bagian-bagiannya menjadi kepingan kotak kecil, cara makan cokelat khas dia.

“Nih, buat eonni satu.” JiAe mengulurkan sekeping untuk kakaknya dan memasukan sekeping ke mulutnya sendiri. Uuummm~ mashiketta..

YeJi sedikit ragu, namun digigitnya juga kepingan tadi. Dan perlahan mulai mengunyahnya. Dipaksakannya wajahnya untuk tersenyum, cokelat ini sama sekali tak ada rasanya di lidah. Berasa makan karet.

“Umm, enaaak~” ujar YeJi. 

JiAe menghentikan kunyahannya, mukanya kembali sendu seolah hampir menangis. Di tepisnya setengah cokelat yang belum dimakan oleh kakaknya tersebut, lantas segera memeluknya.

“Jangan paksakan dirimu untuk berakting, jangan~ ”airmata mulai menetes kembali di wajah JiAe. Rasa-rasanya belakangan dia sudah terlalu banyak menangis, tapi ternyata dia masih harus banyak menangis lagi.

YeJi sedikit kaku membalas pelukan JiAe, “Apa maksudmu JiAe-ya?”

JiAe mengurai pelukannya lalu menatap kakaknya tajam.
“Apa yang di katakan dokter? Apakah sudah tak ada harapan? Berapa persen kemungkinan sembuh?” todong JiAe langsung.

Pertahanan YeJi luruh, dia mencoba kuat karena yang dia tau tak ada yang mengetahui apa yang ia rahasiakan. Mendengar JiAe menginterogasinya seperti ini tiba-tiba membuatnya lemas. Dia tak bisa bertahan untuk pura-pura tangguh, sedikit lebih lama lagi. Air matanya menetes sederas milik JiAe.

YeJi merengkuh JiAe dalam pelukan erat.
“JiAe-ya, himdeuro~ neomu neomu himdeuro..” bisiknya di sela tangisan. JiAe makin keras menangis.

“A-a-pa tak a-ad-da yang bi-sa di-laku-kan la-gi?” tanya JiAe terbata-bata.YeJi makin erat memeluk adiknya.

“Lima bulan, JiAe-ah. Lima bulan, jika aku bisa selamat menjalani operasi..”bisik YeJi parau.

“Eonni..” JiAe sesenggukan makin keras. Bersama dengan tangisan YeJi.

“JiAe-ya, kenapa harus aku? Kenapa?” gumam YeJi berulang-ulang dengan pilu.

JiAe tak mampu menjawabnya, dia memeluk kakaknya makin erat.

***

“Apa kau pernah cemburu melihatku berganti-ganti yeoja chingu setelah putus denganmu?” tanya L tiba-tiba.

Saat ini L sedang berada di rumah YeJi. Dia mendapat libur 2 hari dari agenda syuting dan perform. Sementara member lain pulang ke rumah masing-masing, L memilih untuk menginap di rumah YeJi. Baginya ini adalah rumah ke-3 setelah dorm dan rumahnya sendiri.

YeJi tak menjawab. Dia hanya menoleh ke arah L yang sedang duduk di sampingnya dan menatapnya dengan penuh perhatian.

“Ani, eobseo..” sahut YeJi ringan.

“Apa kau yakin?” nada suara L terdengar menggoda. YeJi mendengus meremehkan.

“Apa yang harus dicemburui? Kita kan sudah tak ada hubungan, kenapa aku harus cemburu?” ujar YeJi, dia masih anteng membaca. L terkekeh.

“Kalau sewaktu kita masih pacaran?” desak L lagi.

YeJi berpikir sejenak. Diletakannya buku yang sedang ia baca lantas memusatkan konsentrasi pada L yang sedari tadi cerewet di sampingnya.

“Coba kita lihat~ eung..” YeJi bergumam, masih sambil berpikir “Jika aku mendapatkan 1000 Won setiap kali aku merasa cemburu dengan yeoja-yeoja lain yang ada di sekelilingmu, mungkin aku sudah kaya raya dari berbulan-bulan lalu..” lanjut YeJi jujur sambil menatap L tepat di mata. L tersenyum senang.

“Benarkah? Kenapa kau tak pernah bilang?” kembali L mendesak.

“Eis, kenapa kau cerewet sekali hari ini Kim MyungSoo? Lagi pula kenapa kau suka sekali membahas hal-hal yang lalu? Aku pusing.” Ujar YeJi sambil memegang keningnya.

“Kau pusing? Apa aku perlu memijat pelipismu?” tanya L menawarkan, dia sedikit khawatir dengan gadis di sampingnya ini.

“Aniya, gwaenchana~ jika kau diam mungkin pusingnya akan hilang” sahut YeJi sambil nyengir.

“Aaaah~ aku bosan. Harusnya hari ini aku mengajar lagi di yayasan, tapi kau mengurungku di dalam rumah seperti ini.. haaaahh~ apa yang harus aku lakukan?” YeJi meregangkan tangannya, dia menatap sebal ke arah L yang hanya tersenyum.

Tiba-tiba saja L merengkuh YeJi ke dalam pelukannya. YeJi bingung.
“Yah, neo waegeurae?” tanya YeJi.

“Ani, geunyang.. ingin memelukmu~” sahut L pelan. Tubuh gadis dalam pelukannya ini terasa sangat rapuh.

“Khajima~” cetus L.

“Eh?” YeJi makin bingung dengan tingkah L.

“Aku tak tau berapa lama lagi aku bisa melihat wajahmu. Selama masih bisa, aku hanya ingin memelukmu seperti ini. Kau selalu saja pergi disaat aku ingin menemuimu. Dari pada kau memberi perhatian kepada orang lain di luar sana, tidak kah kau lihat aku di dekatmu?” tutur L dengan nada sedih.

YeJi terbelalak, sebegitu mudah dibacanya kah dia? Kemarin JiAe dan sekarang L.

“Neo, ara?” tiba-tiba YeJi merasa sedemikian kecil dalam pelukan L.

“Ara, jeongmal aratanikka~” L mendesah frustasi. “kau bisa bayangkan rasanya, Tau tapi pura-pura tak tau? peduli tapi selalu pura-pura tak peduli? Aku cuma ingin kau tak merasa dikasihani lalu bermaksud meninggalkanku. Aku tak ingin kita bertengkar lagi. Aku marah pada diriku sendiri karena aku tak tau sampai kapan aku bisa memelukmu dengan hangat seperti ini?” suara L parau, hampir di ujung tangis. YeJi hanya terdiam.

“Kapan kau harus operasi? Apakah itu membuatmu bisa bertahan?” tanya L, di lepasnya pelukannya untuk melihat wajah YeJi yang semakin pucat dan tirus. Duh.

“Seharusnya kau tak perlu seperti ini, L” jawab YeJi pelan. “Kalau kau terus pura-pura tak peduli itu akan semakin baik, jika semua orang melemah karena aku begini darimana aku bisa kuat menghadapi penyakitku?” nada suara YeJi meninggi, terdengar kepasrahan dan juga sedikit frustasi.

“Kau benar, aku benci dikasihani. Jangan pernah mengasihaniku. Aku cuma sakit, bukannya idiot” lanjut YeJi, dia sedikit menjauh dari L.

Suasana terasa kaku. L memeluk YeJi yang memunggunginya dari belakang.
“Mianhae..”

“Aniya, ini kesalahanku sendiri. Gwaenchana.. aku yang terlalu sensitif” sahut YeJi mencoba mencairkan suasana kembali.

“Kemarilah, ini akan membuatmu lebih baik~” L mengulurkan sebuah earphone ke telinganya. YeJi menurut dan mulai mendengarkan lagu tersebut. Favourite Girl by Justin Bieber.

I always knew you were the best
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show

YeJi tertawa mendengar lirik pertamanya. Dia melirik L dengan tatapan menuduh. L mengangkat sebelah alisnya, heran.
“Apa kau sedang mencoba merayuku?” cetus YeJi. L tergelak mendengar komentar tersebut.

“Tentu saja, bukankah aku pernah bilang jika aku berniat membuatmu mengisi kekosongan yeojaku bulan ini, bukan?” sahut L menggoda, senyumnya masih terulas lebar.

YeJi hanya menanggapinya dengan tawa, dia ikut bersenandung menyanyikan reffrain lagu tersebut.

You're who I'm thinkin' of
Girl, you ain't my runner up
And no matter what
You're always number one

My prize possession, one and only
Adore you girl, I want you
The one I can't live without
That's you, that's you

You're my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you

“Hhaaahh~ Justin membuatku lebih baik, setidaknya aku merasa cuma aku prize possessionnya disini..” gumam YeJi.

“Mwo? Kenapa Justin? Lagu ini isi hatiku untukmu, ungkapanku. Kenapa ada Justin diantara kita? ” bantah L tak terima.

YeJi tersenyum, “Lagu ini Justin yang menyanyikannya di telingaku, bukan kau sendiri. Jadi pada akhirnya tidak salah bukan jika aku bilang  Justin yang membuatku lebih baik?” Jelas YeJi. L tak membantah lagi. Sepi sejenak.

“Mau kah kau ngedate denganku?” pinta L tiba-tiba. YeJi terkejut, dia menatap L.

“Sekarang?” tanya YeJi memastikan.

L mengangguk, “O, aku akan mengganti semua rasa cemburu dan semua waktu-waktu kita dahulu yang amat terbatas, bagaimana?”jelas L serius.

YeJi sejenak berpikir, “Baiklah.. lagi pula aku hampir bosan seharian di rumah saja.”

L tersenyum, gembira. “Tapi kau tau kan, aku belum dapat lisensi ijin mengemudi. Jadi, kau yang menyetir ya? Dengan mobilmu..” L mengatakannya  sembari nyengir manis, YeJi memutarkan kedua bola matanya.

“Oke..”

***

“SKATING?” YeJi histeris di tempat, ternyata L mengajaknya menuju sebuah hotel yang memiliki arena ice skating. Katanya tempat itu sudah sering di jadikan sebagai lokasi syuting drama-drama romantis.

“Dari semua hal-hal manis yang bisa kau lakukan, kau mengajakku skating, L?” YeJi masih histeris, dia benar-benar shock.

L menggamit tangannya dan menuntun YeJi untuk masuk.
“Ssssst. Tak perlu heboh begitu, aku akan mengajarimu. Ini sangat mudah. Kalau kau tak bisa , kau hanya perlu menyandar dan menggenggam tanganku. Aku yang akan memimpin”ujar L menenangkan.

“Aku sudah menyewa seluruh tempat ini, jadi ada banyak waktu untuk mempelajarinya” lanjut L sambil tersenyum, masih berusaha menenangkan YeJi.

Akhirnya YeJi menyerah, dia bersedia menapaki galur-galur es tersebut dengan bimbingan L. Semakin lama dia semakin menikmatinya, ternyata ini menyenangkan.

“Whoaaa~!!” YeJi berteriak gembira, tangannya menggenggam erat tangan L yang memimpin di depan. “YAH! Jangan cepat-cepat.. eh eh eh, wait, wait.. kenapa kau lepaskan~”YeJi merajuk ketika L menggodanya dengan pura-pura melepaskan tangannya. L terkekeh.

Tiba-tiba L berhenti, raut mukanya serius. Dia masih memegang kedua tangan YeJi.

“Lee YeJi, mau kah kau menjadi istriku?”

YeJi menganga, dia tak bisa berkata. Lebih ke kaget dari pada speechlessnya. raut mukanya berubah. Di lepaskannya pegangan tangan L kemudian terseok-seok dia menepi sendiri. Ini sudah tidak lucu lagi. Hanya karena penyakitnya lantas semua orang menjadi manis padanya. Ini sedikit menyebalkan.

YeJi semakin mendekati tepi arena dan L sama sekali tak mengejarnya, dia hampir meraih besi yang menajdi pagar arena skating tersebut saat didengarnya musik mengalun dan suara L.

If you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all
YeJi berbalik dan mendapati L pas di tengah arena, menyanyi dengan di terangi lampu sorot. YeJi tak bisa menahan senyum lebarnya, terkejut tapi juga senang, kapan L menyiapkan semua ini?
I'll never know what the future brings
But I know you're here with me now
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with
YeJi kembali mendekati tengah arena, menikmati alunan suara L yang di tujukan hanya padanya. Lirik itu..
Tiba-tiba saja kembali terngiang kata-kata dokternya beberapa hari yang lalu.
Kamu harus tau kapan tubuhmu lelah, karena kamu tak bisa mengontrol semuanya, keadaanmu bisa dikatakan memburuk YeJi-ah. Indera penciuman dan perasamu semakin menumpul, bahkan kemampuan mengingatmu sudah tergolong parah.
Bicaralah pada keluargamu, ini sudah tak bisa di atasi dengan terapi dan obat. Terapi hanya memperlambat tumbuhnya sel kanker sementara obat sebagai penahan sakit. Kamu tak bisa terus-terusan bergantung dengan obat, YeJi-ah.
Tapi dokter, aku merasa masih mampu untuk menahannya. Lagi pula masih banyak sekali hal-hal baik yang belum sempat aku lakukan untuk orang-orang. Selama aku masih punya waktu maka aku akan berusaha.
Tapi kira-kira berapa lama lagi dokter?
Tuhan yang menentukan semuanya, kami tak bisa mengatakan tepatnya~
Menurut hasil dari cek laboratorium?
5 bulan lagi..
YeJi makin mendekati L, dalam jarak 2 meter dia berhenti dan berusaha menyeimbangkan dirinya serta menikmati mini konser yang di berikan L untuknya. Airmatanya mulai mengalir, terharu sekaligus senang.
I don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand
If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?

Cuma 5 bulan L, bisik hati YeJi. Airmatanya semakin deras. Inilah alasannya kenapa dia memilih memutuskan L berbulan-buklan yang lalu. Dia tau akan seperti ini akhirnya. Tapi kenapa justru L yang seolah tak bisa melepaskannya?
If I don’t need you then why am I crying on my bed?
If I don’t need you then why does your name resound in my head?
If you’re not for me then why does this distance maim my life?
If you’re not for me then why do I dream of you as my wife?

I don’t know why you’re so far away
But I know that this much is true
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with
And I wish that you could be the one I die with
And I pray in you’re the one I build my home with
I hope I love you all my life

L meraih tangan YeJi dan menggenggamnya, menyelipkan jemarinya dalam jari-jari YeJi. Dia tersenyum lembut. YeJi ikut tersenyum, tapi tangisnya terlanjur sampai ke rasa frustasi . Bagai mana aku bisa membuatmu mengerti, L? Berulang kali YeJi berteriak dalam hati. Suara L terlalu sayang jika harus di kacaukan dengan teriakan.
‘Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away
And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
‘Cause I love you, whether it’s wrong or right
And though I can’t be with you tonight
You know my heart is by your side
Tangan L menggenggam jemari YeJi semakin erat. Sesaat setelah verse terakhir selesai, keduanya sama-sama terdiam. Menata nafas dan perasaan masing-masing.
Narang gyeorheonhae Jeullae?” L kembali mengulangi kalimatnya, kali ini dia berlutut dengan satu kaki dan menyodorkan sebuah kotak yang dibuka ke arah YeJi. Cincin.
YeJi menatap mata L sendu, setengah hatinya ingin menerima lamaran itu tapi setengah hatinya menolak keras.
“Kau melamarku setelah kita putus?” tanya YeJi, dia menangis sekaligus tertawa.
L mengangguk, tersenyum.
YeJi menerima uluran tangan L dan menariknya hingga berdiri.
“Apa kau siap dengan segala resiko untuk menikahiku, termasuk karirmu?” tanya YeJi, setengah mengetes niat L.
L mengangguk kembali, lebih mantab. “Anything~” sahutnya.
“Apa kau serius?” YeJi masih mencoba mencari celah.
“Aku tak pernah lebih serius dari ini~” L membalik kalimat YeJi yang di katakan sewaktu mereka putus 6 bulan lalu.
Akhirnya YeJi tersenyum, “Thanks, L. Jeongmal Gomawo~ But.. sorry, i can’t~” sahut YeJi penuh kesedihan.
L terkejut, kakinya sedikit limbung. Genggaman tangannya pada jemari YeJi terlepas.
“Boleh kah aku tau alasannya?”
“Haruskah aku menjawab pertanyaan yang jawabannya kau tau dengan pasti, L?” nada suara YeJi sedikit meninggi.
“But this is stupid, you know? Penyakit ini tak menjawab apapun dari hubungan yang akan kita jalani, YeJi-ah. Jebal, berpikirlah rasional” tukas L. Dia menatap yeJi dengan tajam.
“And the most stupid thing that you’d tried to deny is im gonna die, L.. remember?” Yeji mengungkapkannya pelan, dan penuh rasa hampa. Airmatanya kembali mengalir.
“Hentikan apapun rencanamu, L. Im fine by my self~” tutur YeJi, kepalanya tertunduk.
L tak tahan lagi, dipeluknya gadis di depannya itu dengan erat. Didongakkan kepalanya agar airmatanya tak ikut jatuh.
“Kenapa harus dirimu? Kenapa harus kita?” bisik L, dipeluknya Yeji dengan pundak bergetar menahan tangis.
YeJi tak bisa menjawab, kedua lengannya terulur dan membalas pelukan L masih sambil menangis.
Dia merasa sangat menyedihkan. Paling menyedihkan.
 ***
L melakukan koreografi seperti robot, seperti beberapa saat lalu. Dia bergerak hanya karena seluruh sendi tubuhnya sudah hafal dengan musik. Pikirannya tidak di tempat ini.
Hari ini Lee YeJi akan menjalani operasi besar, kemungkinan selamat menurut dokter 30:70 tapi YeJi memutuskan itu layak untuk di coba.
Sekuat tenaga L mencoba agar airmatanya tidak jatuh. Setidaknya bukan di sini. Bukan saat ini.
bbiggeut bbiggeut gojang nan nae maeum ira
idaero bonaelsun eobseo, eojjeo jago, oh oh
heundeul heundeul witaero wo boyeo do nan
neoreul jabadul su bakke eobseo, eojjeo jago, oh oh
sarang handa (geureol kkeoya neon)
an handa (anil kkeoya neon)
handa neoman bonda
yeogi isseo deo deo, butak halkke
deo deo, jalhae julgge
deo deo, ajigeun mot bonae nikka
nan nan, sara yahae nan nan, beotyeo ya hae
nan nan, eonjengan meomchul tenikka
Sembari melakukan gerakan, diam-diam L berdoa. Seperti lirik lagu Paradise yang sedang ia perform saat ini. I will do it, I’m only gonna look at you, Please stay here, I’m asking you a favor, I’ll treat you better, I can’t let you go yet.
“Uljimaa..!!”
“Oppa uljima..!!”
Beberapa fans meneriakkan kata ‘jangan menangis’, L mengerjabkan matanya, masih berkonsentrasi dengan lagu dia melirik kesekitarnya, ternyata Dongwoo dan Sungyeol telah luruh dalam tangis. Hati L terasa seperti di remas tangan tak kasat mata. Para member pun memikirkan hal yang sama dengannya. Paradise yang mereka tampilkan kali ini sekaligus sebagai do’a. Tuhan, biarkan dia tetap disini bersamaku.
Penampilan Paradise kali ini terasa lebih lama dari biasanya. L ingin cepat-cepat mengakhiri semua lalu bergegas ke rumah sakit, menunggu keajaiban dari semua do’anya.
Saat di akhir perform, Leader Sunggyu memberikan sedikit ucapan. Dia menarik L ke sampingnya ketika bicara.
“Inspiruteu-Yoreubeun.. khusus untuk hari ini, kami meminta maaf atas penampilan yang tidak memuaskan ini. Hari ini salah satu sepupu L, sedang menjalani operasi untuk pengangkatan sel kanker di otaknya. Oleh karena itu kami semua memohin doa untuk kesembuhan dongsaeng kami tersebut. Maaf atak kekurangan dan kesalahan yang telah kami lakukan, dan Jeongmal khamsahamnida. YeJi-yah, Himneseyo~!! Saranghamnida~!” bahkan Sunggyu pun tak mampu menahan airmatanya.
Semua member yang lain ikut meneteskan airmata. L berusaha menggigit bibirnya. Dia tersenyum dan melambai kepada fans yang berulang kali berteriak, ‘jangan menangis’. L membungkuk ke segenap penjuru, sekaligus untuk menyembunyikan airmatanya.
Saat perjalanan pulang, semua member terdiam. Bahkan manajer-hyung yang biasanya suka bercanda pun tak bersuara sepatah kata pun. Hoya yang duduk di samping L menggenggam tangan L keras dan menepuk pundaknya. L menoleh, tapi Hoya menghindari tatapan L. Saat itulah L tau ada yang sedang Hoya rasakan.
“Hyung..” belum sempat L mengucapkan seluruh kalimatnya, handphonenya berbunyi. JiAe. Perut L serasa tertonjok sesuatu.
Dengan gemetar dia menyentuh tanda menerima panggilan di layar.
“JiAe-yah..”
“Dia pergi, oppa. Dia pergi. Dia jahat padaku oppa, dia berjanji akan tetap menjagaku. Tapi dia pergi, oppa..”JiAe terdengar sesenggukan di seberang sana. L tak mampu berkata apa-apa lagi, handphonenya melorot dari genggaman. Pandangannya kabur, dan pikirannya kosong.
Hoya yang di sampingnya mengambil alih handpone yang belum di tutup oleh L tadi dan berbicara dengan JiAe, tapi L tak mampu mendengar apapun lagi. Bait terakhir Paradise bergema di telinganya.
jogeum manneol deo deo, jaba dulkke
deo deo, bara bolkke
deo deo, shimjangi shigeul ttae kkaji
nan nan, sara yahae
nan nan, neo eobshi do
nan nan, jigeumeun niga pilyo hae

 “Hyung.. bisakah kita berhenti sebentar?”suara L seperti terdengar jauh. Manajer memberhentikan mobil di tepi jalan, L bergegas keluar dari van. Member yang lain berusaha menahan tapi manajer memberi mereka isyarat untuk membiarkan saja.
“YeJi-ah~.. Lee YeJi.. Jebal~!!” teriak L dengan pilu.
Di luar van, L berjongkok dan menangis keras. Memanggil manggil nama YeJi dan menghantamkan tinjunya ke tanah. Sakit. Semakin keras L menangis, semakin sakit rasanya nyeri yang menumpuk di dada sebelah kirinya. Member yang lain menyusul turun. Dongwoo dan Sungyeol menubruk L dalam rengkuhan, ikut menangis bersama. Manajer mereka pun diam-diam menyusut air yang mengalir di sudut matanya. Selamat jalan YeJi-ah. Berbahagialah di kehidupan yang baru.

I’m gonna hold you in a little longer, I’m gonna look at you a little more
Until my heart cools off a little more
I must live even without you, but right now, I need you.