Cast : Kim Myungsoo (L infinite), Member Infinite, Lee YeJi (OC), Lee JiAe (OC)
Straight, Hurt, Romantic
The cast belong to them self, but i own this story. there's a bunch of typo XD and especialy, this fict i dedicated to my lovely unnie as a very late bday gift T.T mianhae unniee.. and sorry for the kinda fail poster xixixi
“Kita
putus~” Lee YeJi mengucapkan dua kata
tersebut dengan nada tenang, bahkan tak sedikitpun melirik ke arah orang yang
ia ajak bicara di sampingnya.
L yang
sedang menyeruput jus jeruknya cuma melirik ringan ke arah YeJi. Tak peduli.
Lalu kembali menyantap Kimbab yang di bawakan YeJi di lokasi syutingnya sebagai
makan malam.
“Apa kau
marah lagi, uh?” tanya L di sela kunyahannya. Kali ini ia menatap YeJi
sungguh-sungguh. Gadis di sampingnya tersebut sedang sibuk mengisi kembali
gelas L yang hampir kosong.
YeJi
menggelengkan kepala.
L
memanyunkan bibirnya sembari menggerutu tak jelas. YeJi terkekeh.
“Auch! Ah wae?!”
L mengelus-elus kepalanya yang menjadi sasaran jitak tangan YeJi. L memberi
tatapan sebal ke arah YeJi yang cuma nyengir santai.
“Tak usah
mengeluh. Ini jitakan terakhirku sebagai pacarmu. Dan ini juga Kimbab terakhir
yang aku buat dan aku antar ke lokasi syuting untuk mu” YeJi berdiri dari
duduknya, lantas mengibas-ngibaskan debu di rok ruffles selutut warna pink yang
ia kenakan.
“Neo waeire?
Jinjja~ putus? Jeongmal? Serius YeJi-ah? ” L mencari kejujuran di mata YeJi, YeJi
menatapnya sejenak tanpa ekspresi.
“Aku tak
pernah lebih serius dari ini..” jawab YeJi pelan.
“keundae,
wae?” desak L. Tiba-tiba saja ia kehilangan selera terhadap makanan di
depannya. Di perhatikannya YeJi yang sedang bersiap-siap pergi tersebut dengan
tajam.
YeJi berdiri
dari tempat duduknya, menarik nafas panjang lalu memberi tatapan hangat serta
senyuman manis pada L. Hati L berdebar-debar, YeJi tak pernah terlihat tak
cantik di matanya. Tapi hari ini, saat ini, L seolah kehilangan akal sehat. YeJi
sangat mempesona.
“April foolish sudah lama terlewat YeJi-ah
jika hendak memberiku kejutan bodoh.” L masih saja menatap YeJi
lekat-lekat. YeJi menutup matanya, lalu mendongakkan wajahnya ke arah langit
yang gelap, rambutnya terurai di permainkan angin ke belakang kepala. Masih
terulas senyum manis. L sedikit mengerutuki diri, tidak membawa kameranya
kemanapun ia pergi. Pemandangan yang di depannya ini lebih dari sempurna. YeJi
kenapa sih, cantik banget hari ini?
Masih dengan
mata tertutup dan bibir tersenyum, YeJi menjawab pertanyaan L.
“Karena, aku
sudah terlalu bosan seperti ini..” YeJi membuka mata, tatapan pertamanya
mencari mata L. Tetap tersenyum. L lupa cara bernafas untuk sejenak. Dia bahkan
tak mendengar jawaban YeJi barusan.
“Mwo?” L
mengerutkan kening, segera setelah ia menemukan kembali kesadarannya segala
imajinasi keindahan dari siluet YeJi yang dilatari oleh lampu dari set syuting
di depannya langsung buyar.
YeJi tak
menjawab, tapi langsung beranjak meninggalkan L yang masih penasaran. L memburu
Ye Ji, lalu menahan tangan kiri YeJi dalam genggamannya.
“YeJi-ah,
Lee YeJi..”suara L lebih terdengar sebagai permohonan daripada desakan. YeJi
menoleh sekilas, lalu melepaskan cekalan L di pergelangan tangan kirinya dengan
lembut.
YeJi berlalu
begitu saja. Meninggalkan malam untuk L di belakang.
***
“Hhaaah~”
L mendesah
sambil melepaskan sepatunya. Tampak raut kelelahan di wajahnya. Mereka baru
saja selesai latihan untuk perform nanti malam di Mnet. Member infinite yang
lain masing-masing sibuk ngobrol dan memberi koreksi mengenai gerakan satu
dengan yang lainnya.
L melangkah
ke sudut ruangan tempat dimana tasnya berada sembari menjinjing sneakers.
Bahunya tampak lunglai. Dia mengambil handphone miliknya dan segera membaca notification
di layarnya. 20 missed calls dan 1 message.
Dari kekasihnya.
- Kkeut, urineun yongseum kkeut. Thanks for everything-
Dia
menengadahkan lehernya lalu mengacak rambutnya yang basah oleh keringat dengan
frustasi. Break-up, lagi? Duh.
Tak pernah
hubungannya dengan seorang wanita bertahan lebih dari satu bulan. Ini adalah
yang ke enam, jadi sudah enam bulan semenjak dia dan YeJi putus. L tak terlalu
perduli lagi dengan imagenya.
“Ya, neo
waeire?” Sungyeol menghampiri L dan ikut duduk di sebelahnya. Dia menyodorkan
sebotol air yang langsung di terima L.
“Kkeutnasseo~”
sahut L, di bibirnya tersungging senyum enteng seolah itu sudah hal yang biasa.
Dia menenggak botol yang di sodorkan Sungyeol dengan ringan. Sungyeol menatap L
heran.
“Mwo? Jiggeum?
Jinjja?” tanya Sungyeol penasaran.
L nyengir
lalu mengangguk. Di tunjukkannya message yang ia terima ke arah Sungyeol.
“Whoaaa~
daebak. Neo jinjja.. sekarang kau menjadi playboy, real playboy~” Sungyeol
menanggapi, diacungkannya kedua jempol tangan ke arah L. L meliriknya sembari memasang senyum sampingnya,
sedikit sarkatis.
“Apa kau
sedang memujiku, Sungyeol-ah?” L meregangkan kakinya. Lalu tangannya
mempermainkan strap handphone bentuk karikatur chibi L-deathnote tanpa ia
sadari, pikirannya sedang sibuk hendak memutuskan untuk mengencani siapa lagi
setelah ini.
“Uhm, bisa
dibilang begitu haha.. ” jawab Sungyeol, L ikut tertawa bersamanya. Dia tau
Sungyeol sedang meledeknya.
“Kenapa kau
tidak mencoba balikan dengan YeJi saja?” Sungyeol masih terlihat penasaran. L
tak menanggapi. Kali ini tangannya mengguling-gulingkan botol minum yang
tinggal tersisa setengah airnya tersebut di lantai.
“Apa kau
gengsi? Cih.. jujur saja lah, kau masih mengharapkan dia kan?” ledek Sungyeol,
setengah mendesak.
L menarik
nafas dalam sebelum menjawab, “Bukannya aku tak pernah mencoba, tapi dia yang
tak mau kembali padaku. Seberapa keraspun aku meminta, dia tak pernah bersedia
untuk menjalin hubungan denganku lagi.” L menghindari mata Sungyeol yang
tertuju padanya penuh heran.
“Keurae? Apa
kau tau alasannya kenapa dia begitu? Apa kau sudah mencari tau semuanya?”
Sungyeol masih mendesak.
L mengangkat
bahunya pasrah, dia menggelengkan
kepalanya sebelum menjawab “Molla~ aku hanya berusaha menghormati
keputusannya.. jika dia ingin aku tak tau, maka mungkin memang lebih baik aku
tak pernah tau alasan sebenarnya.”
Sungyeol
baru saja hendak membuka mulutnya lagi untuk mengajukan pertanyaan ketika pintu
ruang latihan terbuka, dan YeJi menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“Inpiniteu
yeorobeun..!!!” serunya dengan nada gembira.
L mendengus,
“Panjang umur sekali dia..” ujarnya. Tapi Sungyeol tau, raut wajah L berubah
lebih ceria saat melihat YeJi, diam-diam Sungyeol menggeleng-gelengkan
kepalanya dengan geli.
Sungjong segera memburu YeJi dan memeluknya
erat, “Noonaaa~!!”
“Apa kau
membawa makanan? Kami baru saja selesai latihan~” Sungjong bertanya, dia dan
Dongwoo segera mengambil beberapa tas kertas yang sedang di jinjing YeJi,
kelihatannya berat.
YeJi tertawa
lebar.
“Sungjong-ah,
hari ini noona bertemu baaaaanyak sekali fansmu. Mereka menitipkan semua ini
untukmu.” Jelas YeJi sambil membuka tas-tas tersebut.
Tiba-tiba gerakan
YeJi yang sedang memberikan tas-tas kertas tersebut berhenti, keningnya sedikit
berkerut, dia memisahkan satu tas dari semua yang ia berikan pada Sungjong.
“Igo andwae,
Sungjong-ah..” kata YeJi, dia menyimpan tas tersebut dalam pelukannya.
“Eh,
naegeo-aniya? ” tanya Sungjong.
“Yah, ini
semua sudah milikmu dan kau masih kurang?” Dongwoo menanggapi, “Igo Naegeo,
YeJi-ah?” lanjutnya bertanya sambil menunjuk tas kertas yang di peluk oleh
YeJi.
YeJi tak
menanggapinya, dia sibuk membagi-bagi barang yang ada di dalam tas tersebut.
Mulutnya tak henti-henti menggumam, “Ini untuk Sunggyu-oppa, ini milik
Dongwoo-oppa, milik Woohyunie, ini milik Hoya, dan ini untuk Sungyeolie”
Sungyeol
menoleh ke kanan dan kiri, ada yang kurang. “YeJi-ah, kau tidak bawa buat L?
Tak ada titipan hadiah untuk L?” tanya Sungyeol.
YeJi
mengeluarkan sebuah bungkusan styreofoam dari dari tas yang lain sebelum
menjawab pertanyaan Sungyeol.
“Tadi
beberapa fans L yang ku temui di cafe mentraktirku cheesecake yang eeeenaaaak
sekali, lalu kami ngobrol dan dia melihat strap handphone milik ku yang mirip
dengan punya L. Mereka bertanya di mana aku membelinya, lalu ku bilang aku beli
replikanya sewaktu aku ke jepang hihihi. Akhirnya aku menjual strap handphoneku
kepada salah satu dari mereka dan uangnya aku belikan ddeokbeoki ini.. ja, ini
buatmu” YeJi menjelaskan dengan panjang lebar, lalu mengulurkan kotak styreofoam
tadi ke arah L yang hanya diam semenjak kedatangannya.
YeJi masih
menyodorkan kotak tersebut ke arah L dengan polos, member infinite yang lain
mematung, ekspresi L sama sekali tak terbaca. Diam-diam Sungyeol dan Hoya
mendecakkan lidah gemas, tak yakin jika L tak akan mengamuk.
L memandang
YeJi tajam, “Ya, Lee YeJi! Kalau kau sudah tak mau memakai barang itu, lebih
baik kau buang saja~ harusnya kau bilang dari dulu jika tak mau menyimpan
Couple dari strap handphone miliku~ aissh~” L sedikit membentak YeJi, lalu
mengacak rambutnya dengan frustasi. Dia berdiri dari tempatnya lalu beranjak
meninggalkan ruang latihan.
Tangan YeJi
masih teracung sambil memegang kotak styreofoam, dia menoleh ke arah member
Infinite yang lain untuk meminta penjelasan. “Kenapa dia marah?”
“YeJi-ah,
bukankah strap L-deathnote itu barang pemberian L ketika dia masih jadi namja
chingu-mu? Kenapa kau bilang replika?” Sungyeol bertanya sambil meraih dan
membuka kotak styreofoam tersebut dari tangan YeJi.
YeJi sedikit
berpikir, “Karena jika aku bilang itu strap couple dengan milik L, mereka pasti
tak ada yang mau percaya..” jawabnya, dia
lalu ikut melahap ddeokbeokki tersebut bareng Sungyeol dan Dongwoo.
“Maksud kami
bukan itu, YeJi-ah. Sampai sekarang L masih menyimpan dan memakai benda
tersebut, tapi kenapa kau malah menjual strap yang milikmu kepada para fans?
Tentu saja L marah, dia pikir segitu tak inginnya kah kau bersama L lagi hingga
memberikan sepotong benda dari kenangan kalian kepada fans?” Sunggyu
menjelaskan dengan sabar. Woohyun yang di sampingnya mengangguk-angguk setuju.
“Sunggyu-hyung
benar noona, kenapa kau tak menyimpan saja benda itu sendiri?” Sungjong ikut
menimpali.
YeJi
tersenyum, “Bukankah kami sudah putus? Benda couple pun sudah tak ada artinya
lagi bukan?” elak YeJi.
“Tapi
ngomong-ngomong, kenapa kau mudah sekali mendekati fans kami?” Hoya bertanya
disela kunyahannya. Member yang lain mengangguk setuju. YeJi tak pernah
menjelasakan pada mereka bagaimana ia bisa dipercaya para fans Infinite untuk
menitipkan hadiah pada semua member.
YeJi
terkekeh, “Mereka mengenalku sebagai adik dari manajer-oppa, aku tak pernah
bilang begitu tapi mereka yang menyimpulkan sendiri setelah melihat background
wallpaper di CY milikku. Aku memang memasang fotoku dengan manajer-oppa saat
kalian berkunjung ke rumahku dulu itu sebagai profilnya. Lalu, yah..
begitulah.. dan mereka tambah percaya ketika aku upload foto-foto kalian dengan
hadiah yang dititipkan padaku disana, aku bilang oppa-ku yang memotretnya dan
menyuruhku meng-upload sebagai ungkapan rasa terimakasih kalian pada para fans
hihihi” Dia mengambil sebotol air dari tangan Sungjong lalu menenggaknya.
Semua member
infinite tertawa mendengar semua yang diceritakan YeJi.
“Oiya,
ngomong-ngomong kembali tentang couple, tadi L baru saja putus dengan
pacarnya.. ” Sungyeol menyuap sepotong ddeokbeokki, “..lagi.” lanjutnya, dia
mengunyah sembari nyengir lebar. Member lain menoleh dengan tiba-tiba ke arah
Sungyeol, terkejut.
“Jinjja?”
sahut mereka berbarengan.
“Uhuk..
uhukk..” YeJi tersedak.
***
“Kyaaa..!!
Kyaa..!! dia mengedip ke arah sini, SooYeong-ah!! Kau lihat? Kau lihat?”
YeJi makin
heboh berteriak dan mengacung-acungkan paper cardnya ke atas kepala. Im
SooYeong, yang berdiri di sebelah YeJi juga melakukan hal yang sama.
“O, lihat,
aku lihat dia~ kyaaaa~!!! L-oppaaa,
saranghaeeeeyooo~!!!”
“Inphiniteu-saranghaeyoo~!!
Kim MyungSoo saranghaeyooo~!!!”
Sementara di
panggung, L kembali mengedarkan pandangannya setelah selesai perform. Dia
menemukan YeJi bersama beberapa gadis lain memegang paper cards bertuliskan
namanya sambil berteriak, L tersenyum dan melambaikan tangan.
Sudut tempat
YeJi berada kembali heboh, Sungyeol menyadari hal itu dan ikut melambaikan
tangan. Dia merangkul L saat akan kembali ke back-stage, dan kebetulan L juga
membalas pelukannya. Beberapa sudut yang lain ikut heboh.
“Kyaaa~!!”
“Kyaaaaa~
MyungYeol...!!!”
YeJi
terkekeh, dia melirik jam tangan spongebob di tangannya lalu menepuk pundak
SooYeong yang masih berteriak-teriak.
“SooYeong-ah,
aku pergi dulu , o?”
SooYeong
menoleh, “Eh, chankaman~ Eonni eodiga? Bukankah setelah ini mereka akan muncul
lagi untuk pengumuman pemenang?” dia bertanya pada YeJi yang terlihat sedang
sibuk memberesi balon dan Paper card yang tadi dibawanya.
“Ah,
geunyang~ aku ada jadwal lain. Aku ada jadwal mengajar di salah satu yayasan
Panti Asuhan” sahut YeJi.
“O, nde~ aku
kadang lupa kalau Eonni ini adalah aktivis sosial hehe~” SooYeong duduk kembali
sambil nyengir pada YeJi.
***
L menghempaskan
punggungnya di sofa. Lee JiAe yang sedang asik dengan buku di tangannya
memberengut sebal, tas punggung L mengenai kepalanya.
“JiAe-ya
ambilkan oppa minum~ haaahh~ hampir mati rasanya..” keluh L, di pukul-pukulnya
bahu kirinya dengan ringan. Pegal sekali setelah perform tadi.
“Ah, shireo~
oppa bisa ambil sendiri..” sahut JiAe, dia kembali meneruskan membaca setelah
menendang tas L ke tepi sofa.
“Myungsoo-ya,
wasseo?” nyonya Lee keluar dari dapur setelah mendengar suara L tadi. Di
tangannya sudah ada segelas air minum. L menerima gelas tersebut dan meminumnya
dalam sekali teguk sebelum menjawab.
“Ye,
ommoni.. capek sekali rasanya.” L bergelayut manja pada nyonya Lee yang adalah
ibu dari Yeji dan JiAe tersebut.
“Kau mandi
dulu, nanti setelah itu kau bisa makan.. kami semua sudah kecuali kau dan Yeji”
ujar nyonya Lee, di tepuk-tepuknya kepala L yang masih bersandar di lengannya
tersebut dengan penuh sayang.
“Apakah Yeji
belum sampai di rumah, ommoni?” tanya L heran, dia bangkit dari duduknya lalu melepas
mantel yang ia kenakan. Nyonya lee menggeleng, di ambilnya mantel L lalu
digantungkan di tempat penyimpanan di dekat pintu masuk.
“Harusnya
kami yang bertanya padamu, oppa. Bukankah eonni pergi untuk melihat
penampilanmu? ” tanya JiAe, dia memberi pandangan sedikit menuduh pada L.
“Eii, aku
selalu mengajaknya bareng jika kami bertemu, tapi dia yang menolak untuk ikut
van ku~ lebih baik kau yang mengingatkannya~”sahut L serius.
“Sudahlah
JiAe-ya, mungkin sebentar lagi eonni mu pulang, biarkan myungsoo-oppa istirahat
dulu..” ujar nyonya Lee menengahi.
“Lalu kau,
JiAe-ya. Sudah saatnya kau tidur kalau tak ingin telat berangkat sekolah besok
pagi..”tambah nyonya Lee dengan nada tegas, L menjulurkan lidah ke arah JiAe,
menggodanya.
JiAe
melemparkan bantal sofa ke arah L yang ditangkap dengan sigap oleh L sembari
tertawa, JiAe memanyunkan bibirnya sebal.
“Ah eomma,
shireo. Aku hendak menunggu eonni pulang, ada yang harus aku ceritakan
padanya.” Jawab JiAe memberi alasan. Dia sambil memelototkan mata ke arah L,
tangannya terkepal mengancam. L terkekeh.
Nyonya lee
tersenyum memaklumi, “arasseo~ ”
“Myungsoo-ya,
cepatlah mandi, nanti airnya sudah tidak panas lagi.” Nyonya Lee menepuk kepala
L yang masih sibuk menggoda JiAe, L mengangguk setuju lalu pergi mandi.
Tak berapa
lama, terdengar bunyi pintu di buka. JiAe segera berdiri dan menyambut
kedatangan kakaknya.
“Eonniiii~!!”
JiAe memeluk kakaknya seolah sudah lama tak bertemu, YeJi membalas pelukan
yeodongsaengnya dengan tak kalah erat. Nyonya Lee melongok dari ruang tengah,
tersenyum geli melihat tingkah kedua kakak adik tersebut.
“Tadi..”
“Tadi..”
Keduanya
sama-sama hendak berbicara bersamaan, lalu terkekeh keras.
“Eonni
dulu..” kata JiAe, di ambilnya tas ransel dan mantel dari tangan kakaknya. YeJi
nyengir, dan mengusap rambut JiAe sebelum bicara.
“Tadi eonni
berkenalan lagi dengan salah satu fans L, dia mentraktir eonni kopi.. ” ujar
YeJi dengan nada serius. JiAe memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
“Aaa,
jinjja? Siapa namanya kali ini, eonni?”
Mereka berdua
sudah duduk saling berhadapan di kedua ujung sofa.
“Eung~
namanya.. ”YeJi menggaruk rambutnya, nampak kesulitan mengingat. JiAe
menepuk-nepuk pundak YeJi dengan sabar, dia tersenyum menyemangati.
“Gwaenchana,
besok mungkin eonni bisa menanyakan lagi namanya.. ”ujar JiAe.
“Ah aniya,
aku yakin tadi aku sudah mengingat namanya dengan benar..”keluh YeJi, mukanya
sedikit keruh. Bagaimana bisa dia melupakan kejadian yang baru saja ia alami
tersebut?
Terdengar
langkah kaki..
“Tch~ pabo.
Berapa usiamu, kau sudah melupakan segala sesuatu. Jika kau sampai melupakanku,
aku benar-benar tak akan mengampunimu Lee YeJi” L menanggapi, dia mengusap-usap
rambutnya yang masih basah dengan handuk. JiAe memberi tatapan tajam ke L.
Sementara YeJi hanya nyengir polos.
“Oppa!
Sudahlah, tak penting siapa namanya. Kenapa kau ini selalu saja mengganggu
keasikan kami sih?” sungut JiAe sebal. YeJi menjulurkan lidah pada L, merasa di
bela.
“Naega wae?
Aku kan hanya memberi komentar~” sahut L membela diri. “Keundae~ sebegitu suka
kah kau padaku, eh? Sedemikian bahagianya kah kau melihatku mengedipkan mata hingga berteriak heboh
seperti itu?” L memberikan senyuman miring andalannya ke arah YeJi yang
sepertinya sedang merasa perlu meluruskan ujung-ujung bajunya. L tau pasti jika
saat ini yeJi sedang salah tingkah. Namun
tiba-tiba, YeJi mendongak dan memberi chic-glare ke pada L serta
tersenyum sinis.
“Itu hanya
akan terjadi di dalam mimpimu~ kau tau? Cih. Aku hanya bertingkah sesuai adab
yang berlaku di kalangan fangirl, arasseo? O, dan ingatlah, aku tak cuma
menjadi fan-mu. Bisa saja aku besok menjadi fan magnae Sungjong atau Hoya. Jadi
jangan gembira dulu seperti itu~” YeJi membalas telak, JiAe tergelak hingga
perutnya sakit sementara L menunjukkan raut sebal dan seolah mengancam hendak
memukul kepala YeJi.
“Yaissh~..
neo~..” L sedikit mengumpat, YeJi menanggapi dengan menjulurkan lidahnya ke
arah L.
“Keundae,
aku mendengar dari Sungyeolie jika kau baru saja putus dengan pacarmu yang
bulan ini, benar?” tanya YeJi, sedikit memancing.
L menemukan
kembali senyumnya, “Wae? Kau berminat untuk kembali padaku? Mengisi kekosongan
yeoja-chinguku untuk bulan ini?” jawab L, menantang. Dia melipat kedua
tangannya di depan dada dengan arogan dan senyum menyebalkan.
YeJi
mendengus, “Yah, Kim MyungSoo, sebegitu susahnya kah kau melupakan diriku hingga tak pernah awet menjalin hubungan
dengan yeoja lain?” YeJi berkata dengan sinis, sedikit meledek. Di sisi
lainnya, JiAe berusaha meredam tawanya dengan pura-pura menepis debu dari tas
kakaknya. Pecakapan yang seperti ini bukan saatnya untuk di tertawakan oleh
orang ketiga.
“Kalau aku
bilang iya, apakah akhirnya kau mau kembali kepadaku Lee YeJi?” tanpa diduga L
menjawab dengan sangat lembut, pun juga tatapannya ke arah YeJi.
YeJi
benar-benar salah tingkah sekarang, dia menggaruk-garuk belakang telinganya
dengan kikuk dan berulang kali menyentuh ujung rambutnya sendiri.
“Mian..” YeJi hanya menyahut singkat,
kepalanya masih tertunduk serba salah. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat
pusing. Sedikit nyeri di pelipisnya.
L
menghembuskan nafas berat, “Gwaenchana~ aku tak pernah memaksa kan?” ujar L.
JiAe merasa dia salah tempat berada di sana.
Suasana jadi
makin tidak enak, kikuk dan serba salah. Masing-masing terdiam dengan pikiran
yang berbeda-beda.
Lalu tatapan
L kembali terarah pada YeJi yang sedang sibuk mengeluarkan paper cards yang
tadi ia bawa ketika melihat perform L di Inkigayo. “Yah! Lee YeJi, igoba, lihat
ini.. kau menuliskan namaku salah disini..” L menunjuk pada sebuah paper card
yang berwarna pink.
“Ah, jinjja?
Ah.. mianhae, aku tak teliti tadi” jawab YeJi sedikit terkejut, di tatapnya
paper card yang di tunjuk L, memang ada kesalahan, tapi YeJi tak bisa melihat
dimana kesalahan itu. Pikirannya terasa berkabut, sepertinya dia terlalu lelah.
“Yah, Kim
MyungSoo, harusnya kau berterima kasih karena kakakku mau membuat benda-benda
seperti ini sekaligus melihat penampilanmu di manapun kau perform. Dasar
cerewet” JiAe berkacak pinggang sembari memarahi L.
L menoleh ke
arah JiAe dengan muka tak percaya, di lemparkannya handuk bekas mengeringkan
rambut tadi ke arah JiAe “Yah? Yah? Kau memanggilku yah? Sini kau.. sini!” L
mengejar JiAe yang berlari menghindarinya, hendak menjewer telinganya atau
mencubit pipinya.
“Ah, apo,
apo.. eomma, tolong aku!” jiAe berteriak meminta bantuan nyonya Lee.
“Ah diamlah
kalian berdua, kalian membuatku semakin pusing.” Keluh YeJi, dia berjalan
menuju kamarnya dengan perlahan sembari memegang keningnya.
Baik L
maupun JiAe segera berhenti.
“Eonni,
gwaenchana?” JiAe menghampiri YeJi, bermaksud memapah kakaknya, namun terhenti
karena YeJi menghalau tangannya.
“Ah
dwaesseo~” YeJi meninggalkan JiAe yang mematung dengan ekspresi khawatir.
“Ini
gara-gara kau, oppa!” tiba-tiba saja JiAe membentak L yang masih terdiam.
“Kenapa
aku?” sahut L tak mau disalahkan. JiAe tak menjawab, hanya memandang kepergian
kakaknya dengan sedih.
“Sudahlah
JiAe-ya, kakakmu mungkin sedang lelah. Myungsoo-ya, kau cepatlah makan, kau
juga pasti lelah setelah perform tadi” nyonya Lee menghampiri L dan JiAe yang
amsih berdiri di dekat sofa.
“Aniya,
ommoni. Aku tadi pamit pada manajer-hyung hanya untuk menumpang mandi disini. Sebentar
lagi mungkin aku sudah dijemput lagi.” Jawab L.
“Kalau
begitu kau bawa makanan untuk di dorm ya?” nyonya Lee masih mendesak, L
mengangguk sambil tersenyum.
“Gomawoyo
ommoni~” ujar L.
“Eomma,
eonnineun eotteokkhae? Eotteokhaji?” JiAe hampir menangis, dia masih menatap
pintu kamar kakaknya dari tempatnya berdiri. L menoleh, dia tak mengerti apa
maksud ucapan JiAe tadi.
Nyonya Lee
menghela nafas berat, “Eonnimu akan baik-baik saja, JiAe-ya, kkokjeonghajima~”
L menoleh ke
arah JiAe dan Nyonya Lee berganti-ganti, dia merasa sesuatu sedang terjadi,
tapi dia tak bisa menebak apa itu.
***
YeJi memeluk
JiAe, yang sedang memasang pita seragam sekolahnya di depan cermin, dari
belakang.
“Aaaigoo~
uri dongsaeng, yeppeuda” puji YeJi kepada JiAe yang tersenyum lebar.
“Jinjja,
Eonni? Na eotthae? Yeppeo?” JiAe memutar-mutarkan badannya di depan cermin
setelah YeJi melepas pelukannya, dia mengamati segala sisi pantulan dirinya di
dalam cermin.
YeJi
tersenyum, “Yeppeo, yeppeo, yeppeo~” sahut yeJi dengan sungguh-sungguh. Senyum
JiAe semakin lebar. Tapi kemudian senyum JiAe tiba-tiba hilang saat melihat
wajah kakaknya~
“Eonni,
kenapa pipimu semakin tirus, eh?”tanya JiAe sambil meraba pipi kakaknya.
“Hehe~ Eonni
ingin cantik sepertimu, makanya sekarang eonni diet.” Sahut YeJi singkat, tapi
dia membalikkan badan dan menghindari tatapan JiAe.
“Khajja~
eonni berangkat bersamamu” YeJi berkata sambil mengulurkan tas punggung milik
JiAe.
JiAe
mengerutkan kening, hidungnya mengendus sesuatu.
“Eonni, apa
tadi eonni sedang memanggang sesuatu?” tanya JiAe curiga, aroma gosong tercium
semakin pekat.
YeJi menepuk
keningnya, lalu mengangguk “O, eonni bikin toast ham untukmu, untung kau
ingatkan, gomawoo~” YeJi sedang membalikkan badannya lagi untuk keluar dari
kamar saat dia terkejut oleh tingkah JiAe yang segera berderap menuju dapur.
Disana sudah
ada Nyonya Lee, sedang memegang sebuah benda berwarna hitam hangus yang tadinya
mungkin adalah roti isi ham, bersama suaminya yang membawa secangkir kopi. JiAe
memandang appa dan eomma-nya dengan tatapan campur aduk.
“Eomma~”
panggil YeJi yang sampai di dapur paling akhir. Tatapannya terlihat bingung. “Apakah Eomma yang membuatnya? Eii~ eomma
pasti melupakannya timer setnya~”
JiAe melirik
kakaknya dengan ekspresi sedih. Nyonya Lee juga bertukar pandang dengan
suaminya disertai desahan pilu.
“O, mian
eomma lupa tadi. Tak apa kan kalau kalian sarapan sereal saja, o?” buru-buru
nyonya Lee menjawab. Dia menyusut air mata yang sudah hampir tumpah dengan
ujung lengan bajunya saat YeJi tak melihat.
“Keundae,
kenapa aku tak mencium bau hangus ya dari tadi?” YeJi menggumam bingung sambil
menarik kursi untuk duduk.
Nyonya Lee
sudah tak tahan lagi, dia melangkah keluar dari dapur agar YeJi tak melihat dia
menangis.
***
YeJi dan
JiAe turun dari bus bersama sambil bergandengan tangan, mereka bercerita dengan
seru lalu menertawakan sesuatu.
“Ja, kita
sudah sampai di depan sekolahmu. Belajar yang rajin ya, dan salam untuk
teman-temanmu” YeJi mengusap puncak kepala JiAe penuh sayang. JiAe nyengir dan
mengangguk.
“O, eonni
setelah ini mau kemana? ”
YeJi
memegang dagunya dan berpikir, “Uhm, mungkin akan melihat L latihan, wae?”
JiAe
memainkan alisnya naik turun, “Eiii, eonni, kau masih mencintainya bukan?”
ledek JiAe.
YeJi
tertawa, “Haha~ tentu saja. Keundae, shush~ jangan bilang-bilang padanya ya?
Nanti dia besar kepala~” jawab YeJi sambil memelankan suara, dia meletakkan
telunjuk di depan bibirnya.
JiAe
mengangguk lalu menunjukkan isyarat mengunci mulut. Dia membalas lambaian
tangan kakaknya yang mulai menjauh. YeJi kembali menstop sebuah bus yang lewat
dan masuk ke dalamnya.
Sepeninggal
kakaknya, JiAe termenung.
“Eonni, hari
ini jangan tersesat lagi ya~” bisiknya pelan lalu berbalik menuju gerbang
sekolah.
Sementara
itu di dorm infinite, para member sibuk dengan aktivitas pagi mereka sebelum
latihan.
Woohyun dan
Hoya sedang memasak di dapur dan member yang lain merapikan dorm serta
bersih-bersih.
L
menghentikan tindakannya yang sedang menggoda Sungjong dengan kemoceng bersama
Sungyeol dan Sunggyu ketika didengarnya bunyi bel pintu.
“Biar aku
yang membukanya~” ujar L sambil berdiri lalu mengintip layar interkom.
“Nuguseyo?”
serunya. Tak ada jawaban balasan. “Nuguseyo?” ulangnya sekali lagi.
Di layar
interkom terlihat 5 jari yang melambai ke arah kamera. L tersenyum cerah,
cincin yang ada di jari manis itu amat ia kenali.
Dia segera
menempatkan diri di depan pintu dan menyuruh Sungjong membuka angka kuncinya.
Segera saja..
“Annyeo~
WUAAAAAA~ kkamjjagia. Yah, L! kau membuatku kaget!!!!” YeJi terkejut saat
membuka pintu, dia tak tau ada L tepat di depannya sambil tersenyum. Mukanya lantas
memerah dengan cepat. L terkekeh dan semua member menyorakinya.
“Noonaaa~”
Sepertinya cuma Sungjong yang selalu menyambutnya dengan ramah. Sungjong bahkan
selalu membawakan tas atau benda apapun yang ia bawa.
“Kalian
sedang apa?” tanya YeJi sambil melepas coat, L menerima coatnya dari belakang.
Yeji kembali salah tingkah.
“Kami sedang
beberes sebelum latihan, apa kau mau membantu?” jawab Sunggyu. Hoya dan Woohyun
melongokkan kepala dari arah dapur setelah mendengar ribut-ribut tadi.
“Annyeong,
YeJi-ah, wasseo?” sapa Woohyun.
“O,
mwohaneungeoya?” YeJi menghampiri mereka berdua.
“Kami
kebagian tugas memasak untuk sarapan, apa kau sudah sarapan? Mau bantu?” sahut
Hoya sekaligus menawarkan, nyengir. YeJi terkekeh, lalu segera mengambil apron
di laci dan memakainya.
“Aku bisa
bantu apa, kalau begitu?” tanya YeJi.
Belum sempat
Hoya maupun Woohyun menjawab, L dan Sungyeol memasuki dapur dengan segelas air.
L
menyodorkan gelas tadi ke arah YeJi.
“Ja, igo..
karena aku mantan pacar yang baik, aku akan tetap memperhatikanmu dengan tulus”
ujar L sembari tersenyum lebar, sedikit mencurigakan karena di belakangnya
Sungyeol menampakkan muka tegang.
Hoya dan
Woohyun mengerutkan kening, mereka mencium sesuatu yang tidak beres.
“Ireojima,
YeJi-ah. Sebaiknya jangan diterima, mungkin itu ide konyol Sungyeolie yang
lain” kata Hoya memperingatkan, tangannya tetap sibuk menumis.
Sungyeol
menampakkan muka tersinggung, “Ani, naega wae?”elak Sungyeol.
YeJi
menerima gelas tersebut santai, “Gomawo~” sahutnya dengan anggun. “Igo mwohae?”
tanya YeJi sambil memperhatikan isi gelas tersebut dengan rasa tertarik.
“Geunyang..
Jus, ini jus jeruk biasa. Kau tidak suka?” tanya L dengan muka sedikit
khawatir. YeJi nyengir lalu meminumnya hingga setengah. Mukanya sedikit
mengernyit, seolah berpikir. Tapi dia meminum seteguk lagi dan mengembalikan
gelasnya ke tangan L.
“Gomawo~
mashiketta” ujar YeJi.
L dan
Sungyeol melongo, tak percaya. Keduanya lalu bertukar pandang.
“Mashiseo?
Jinjja?” Sungyeol bertanya.
“O.. wae?”
jawab YeJi mantab.
“Ani,
geunyang..” suara Sungyeol hilang. Dia benar-benar tak percaya. L mencoba
meminum Jus yang sisa setengah tadi untuk membuktikannya..
Phuffff!!
“Uhuk..uhukk!”
baru saja cairan tersebut menyentuh lidahnya, L sudah menyemburkannya kembali
sambil terbatuk-batuk. Dia berlari menuju washtafel untuk berkumur diiringi
dengan tawa geli dari Woohyun dan Hoya.
“Puhahaha~
kau kena jebakanmu sendiri, enak kah?” ledek Woohyun.
“Sudah ku
bilang, isinya mencurigakan. Instingku memang selalu tajam” ungkap Hoya bangga.
Sungyeol terbengong
sendirian, dia berkali-kali melihat ke arah YeJi yang masih bertampang bingung
dan L yang hampir muntah di wastafel.
“Keundae,
maldeo andwae~ kau benar baik-baik saja, YeJi-ah?”tanya Sungyeol.
YeJi
mengangguk, “O, gwaenchana..”
L
menghampiri mereka kembali dengan wajah penuh air dan terlihat seolah habis
muntah hebat.
“Neo,
jinjja.. Apa kau sengaja, supaya aku masuk jebakan juga, hah?” bentak L ke pada
YeJi yang melongo.
“Apa
maksudmu, rasanya enak menurutku, apa kalian memasukkan sesuatu yang aneh?”
YeJi balik bertanya.
Sungyeol
menggaruk kepalanya sedikit kikuk, dia merasa bersalah sebenarnya.
“Itu ideku
sebenarnya, tapi L yang mengusulkan untuk menggodamu. Kami berdua memasukkan
cuka ke dalam jus tersebut. Keundae, kau benar-benar tak merasakannya?
Isanghae.. Jinjja.. tidak mencium baunya?”sahut Sungyeol dengan muka serius.
“O, eob-seo..”dengan
tatapan nanar, YeJi seperti sedang melamun saat menjawab pertanyaan Sungyeol
pelan. Perlahan wajahnya memucat. L memperhatikannya dengan seksama.
Lalu
tiba-tiba YeJi pamit pergi dan bergegas memberikan apron yang dia pakai tadi ke
Sungyeol.
“Aku harus
pergi, aku lupa kalau punya janji lain hari ini. khanda~” pamit YeJi buru-buru,
dia menyambar tas dan coatnya begitu saja.
“YeJi-ah,
Gwaenchana? Eodigaa?” L mengejarnya, tapi YeJi telah pergi tanpa menjawab
apapun.
Perasaan
khawatir menelusupi benak L. Ada yang sedang terjadi pada gadis itu, tapi L tak
mampu menemukan jawaban apapun. Dia mengacak rambutnya sendiri dengan sedikit
frustasi. Risau.
***
“Ceritakan
padaku apa yang terjadi pada kakakmu..” L menodong langsung pada JiAe.
Setelah
kepergian YeJi yang tiba-tiba, L memutuskan untuk mengorek keterangan dari JiAe
sehingga dia menunggu JiAe pulang sekolah. Ditunggunya JiAe di dekat halte
tempat JiAe biasa menunggu bis.
Mereka
pulang ke rumah JiAe naik taksi demi menghindari fans. Sepanjang perjalanan, L
berusaha bertanya mengenai keadaan YeJi tapi Ji Ae tak menjawab sepatah
katapun.
Kini
sesampainya di rumah, dia mencecar jiAe dengan banyak pertanyaan.
“Apa dia
sakit? Sudah berapa lama dia tak bisa merasai apapun yang masuk ke mulutnya
seperti ini, JiAe-ya??”
Dari semua
pertanyaan yang di ajukan oleh L, pertanyaan yang terakhirlah yang membuat JiAe
menoleh padanya.
“M-mwo? Apa
maksudmu eonni tak bisa merasai apapun?” Tanya JiAe, panik.
L kaget
dengan respon dari JiAe, “Ya, kau tau kan kalau Sungyeolie itu selalu punya
banyak ide jahil. Kebetulan tadi kami menggodanya dengan air cuka, tapi dia
meminumnya begitu saja tanpa ekspresi aneh apapun. Dia bahkan bilang kalau itu enak.”
Jelas L hati-hati.
Raut wajah
JiAe berubah, dari panik, kaget menjadi sedih. Tiba-tiba dia menangis keras. L
gugup menghadapinya.
“Ya, ya~
waegeurae, uh? Uljimaa~ jelaskan padaku dulu..” L memeluk JiAe sembari
menepuk-nepuk punggungnya.
JiAe masih menangis
keras sembari bergumam, “Eonnineun eottokhae? Eottokhae, oppa? Eottokhae?
Huhu..”
Mendengar
tangisan JiAe, nyonya Lee bergegas menemui L dan JiAe.
“JiAe-ya,
waegeurae? Gwaenchana? Kemarilah..”
JiAe segera
berlari ke pelukan eommanya, sementara L masih termangu tak tau harus berbuat
apa.
“Oppa
bilang, Eonni sudah tak bisa merasakan apapun, eomma.. eottokhae? Aku tak mau
kehilangan Eonni.. huhuhu” masih sambil menangis, JiAe mengadu pada eommanya.
Nyonya Lee
menatap L dengan wajah sedih. L masih menunggu penjelasan.
Sorenya L
merasa seperti robot. Dia berjalan menuju dorm infinite karena kakinya seolah
sudah hafal. Dia tak bisa memikirkan apapun. Semua penjelasan dari nyonya Lee
bergema di kepalanya.
YeJi mengidap kanker otak. Kami baru tau sekitar dua bulanan ini.
tapi sepertinya dia sudah lama mengetahuinya namun sengaja menyembunyikan dari
kami. Sampai sekarang kami tak pernah menunjukkan kalau kami tau. Kami
mensupportnya dengan mendukung apapun yang dia ingin lakukan. Kami juga
diam-diam berhubungan dengan dokter yang selalu Yeji datangi. Dokter bilang
YeJi sudah melakukan terapi lama sekali dan juga rajin minum obat. Kami, eomma,
appa dan JiAe merasa sangat bersalah karena kami tak tau dari awal. Tapi dokter
bilang, jika YeJi ingin menyembunyikannya maka biarlah seperti ini saja, karena
perubahan emosi dikhawatirkan akan mempercepat pertumbuhan sel kankernya.
Awal kami tau dari penemuan JiAe atas bungkus obat di kamar
milik YeJi. Karena penasaran JiAe
menyelidikinya. Dia juga menemukan bahwa tanda jika perkembangan sel kanker
semakin pesat adalah dengan pusing yang lama hilang, melemahnya indera
penciuman dan perasa serta mulai berkurangnya daya ingat.
Terbayang
lagi raut wajah nyonya Lee yang sarat airmata ketika menambahkan informasi
terakhir.
“Pagi tadi,
dia lupa kalau dia memanggang roti. Bahkan setelah hangus pun dia tak mencium
baunya sama sekali. Jika sekarang kau bilang dia tak bisa merasa cuka yang kau
berikan padanya, maka.. ”
Nyonya Lee
tidak meneruskan ucapannya , namun L juga tak mau memperjelas apa yang tak
terucap oleh nyonya Lee. Terlalu sakit jika harus dinyatakan.
L masih
berjalan dengan pikiran kosong. Setelah sampai di depan dorm, tangannya
gemetaran hendak menekan angka kunci. Namun berulang kali meleset. Akhirnya L
mengeluarkan handphonenya dan menekan speed-dial 1, Sungyeol.
“Ya, neo
eodiya?” terdengar suara Sungyeol menyapanya. L hanya terpaku.
Dia merasa
ada yang hendak meledak tapi tidak bisa, rasanya sakit sekali. Pada akhirnya
dia hanya menyebut nama YeJi dalam teleponnya.
“Sungyeol-ah,
Lee YeJi.. dia.. dia..” L tak mampu berkata lagi. Akhirnya dia memutuskan
hubungan telepon, dan memilih mengirim pesan pada Sungyeol.
-Buka kan pintunya untukku, aku di luar~-
Segera
setelah melihat Sungyeol, L tak mampu lagi menahan emosinya. Dia menubruk
Sungyeol dan menumpahkan segalanya. Member lain yang melihat keadaan L ikut
panik.
***
Lee YeJi
menelusuri jalan pulang dengan gamang. Dia tak bisa merasakan apapun lagi. Dari
pada sedih dia lebih merasa hampa.
Apa dia harus memberitahu keluarganya? Ah
aniya. Semua sudah terlambat, yang akan ia dapat hanya perasaan nelangsa dan
mengasihani diri.
YeJi membuka
pintu depan dengan pelan, sudah sore. Mungkin JiAe sudah sampai di rumah.
Pikirnya sedikit gembira.
Saat sampai
di depan televisi, dia melihat JiAe menelungkup di sofa. YeJi mendekatinya
dengan hati-hati, sepertinya JiAe sedang tidur. yeJi memandangi JiAe dengan
penuh sayang, entah berapa lama lagi ia bisa menatap wajah dongsaengnya yang
cantik ini. Tiba-tiba tercetus sebuah ide jahil di pikiran YeJi.
“BOOOOOOH~
SARANGHAEEE~!!!” YeJi mengagetkan JiAe dnegna memelukanya erak-erat. JiAe
tergeragap tapi langsung tanggap dengan keadaan.
“AAAaaa~~
Eonniii!!” serunya manja.
“Hahaha.
Kenapa kau tidur disini?.. eh, wait. Kenapa matamu bengkak? Apa kau habis
menangis? Apa yang membuatmu menangis?” YeJi memperhatikan wajah JiAe dengan
serius.
JiAe
mengangguk, “O, biasa. PMS” sahutnya enteng.
“Kau mau
cokelat?” tawar YeJi. JiAe mengangguk setuju.
YeJi
mengulurkan sebatang cokelat dari tasnya, persediaan untuk anak-anak panti
asuhan sebenarnya. Tapi sepertinya hari ini dia tak bisa mengajar.
JiAe membuka
bungkusan cokelat tersebut dan mulai mematahkan bagian-bagiannya menjadi
kepingan kotak kecil, cara makan cokelat khas dia.
“Nih, buat
eonni satu.” JiAe mengulurkan sekeping untuk kakaknya dan memasukan sekeping ke
mulutnya sendiri. Uuummm~ mashiketta..
YeJi sedikit
ragu, namun digigitnya juga kepingan tadi. Dan perlahan mulai mengunyahnya.
Dipaksakannya wajahnya untuk tersenyum, cokelat ini sama sekali tak ada rasanya
di lidah. Berasa makan karet.
“Umm,
enaaak~” ujar YeJi.
JiAe menghentikan kunyahannya, mukanya kembali sendu seolah
hampir menangis. Di tepisnya setengah cokelat yang belum dimakan oleh kakaknya
tersebut, lantas segera memeluknya.
“Jangan
paksakan dirimu untuk berakting, jangan~ ”airmata mulai menetes kembali di
wajah JiAe. Rasa-rasanya belakangan dia sudah terlalu banyak menangis, tapi
ternyata dia masih harus banyak menangis lagi.
YeJi sedikit
kaku membalas pelukan JiAe, “Apa maksudmu JiAe-ya?”
JiAe
mengurai pelukannya lalu menatap kakaknya tajam.
“Apa yang di
katakan dokter? Apakah sudah tak ada harapan? Berapa persen kemungkinan
sembuh?” todong JiAe langsung.
Pertahanan
YeJi luruh, dia mencoba kuat karena yang dia tau tak ada yang mengetahui apa
yang ia rahasiakan. Mendengar JiAe menginterogasinya seperti ini tiba-tiba
membuatnya lemas. Dia tak bisa bertahan untuk pura-pura tangguh, sedikit lebih
lama lagi. Air matanya menetes sederas milik JiAe.
YeJi
merengkuh JiAe dalam pelukan erat.
“JiAe-ya,
himdeuro~ neomu neomu himdeuro..” bisiknya di sela tangisan. JiAe makin keras
menangis.
“A-a-pa tak
a-ad-da yang bi-sa di-laku-kan la-gi?” tanya JiAe terbata-bata.YeJi makin erat
memeluk adiknya.
“Lima bulan,
JiAe-ah. Lima bulan, jika aku bisa selamat menjalani operasi..”bisik YeJi
parau.
“Eonni..”
JiAe sesenggukan makin keras. Bersama dengan tangisan YeJi.
“JiAe-ya,
kenapa harus aku? Kenapa?” gumam YeJi berulang-ulang dengan pilu.
JiAe tak
mampu menjawabnya, dia memeluk kakaknya makin erat.
***
“Apa kau
pernah cemburu melihatku berganti-ganti yeoja chingu setelah putus denganmu?”
tanya L tiba-tiba.
Saat ini L
sedang berada di rumah YeJi. Dia mendapat libur 2 hari dari agenda syuting dan
perform. Sementara member lain pulang ke rumah masing-masing, L memilih untuk
menginap di rumah YeJi. Baginya ini adalah rumah ke-3 setelah dorm dan rumahnya
sendiri.
YeJi tak
menjawab. Dia hanya menoleh ke arah L yang sedang duduk di sampingnya dan
menatapnya dengan penuh perhatian.
“Ani,
eobseo..” sahut YeJi ringan.
“Apa kau
yakin?” nada suara L terdengar menggoda. YeJi mendengus meremehkan.
“Apa yang
harus dicemburui? Kita kan sudah tak ada hubungan, kenapa aku harus cemburu?”
ujar YeJi, dia masih anteng membaca. L terkekeh.
“Kalau
sewaktu kita masih pacaran?” desak L lagi.
YeJi
berpikir sejenak. Diletakannya buku yang sedang ia baca lantas memusatkan
konsentrasi pada L yang sedari tadi cerewet di sampingnya.
“Coba kita
lihat~ eung..” YeJi bergumam, masih sambil berpikir “Jika aku mendapatkan 1000
Won setiap kali aku merasa cemburu dengan yeoja-yeoja lain yang ada di
sekelilingmu, mungkin aku sudah kaya raya dari berbulan-bulan lalu..” lanjut
YeJi jujur sambil menatap L tepat di mata. L tersenyum senang.
“Benarkah?
Kenapa kau tak pernah bilang?” kembali L mendesak.
“Eis, kenapa
kau cerewet sekali hari ini Kim MyungSoo? Lagi pula kenapa kau suka sekali
membahas hal-hal yang lalu? Aku pusing.” Ujar YeJi sambil memegang keningnya.
“Kau pusing?
Apa aku perlu memijat pelipismu?” tanya L menawarkan, dia sedikit khawatir
dengan gadis di sampingnya ini.
“Aniya,
gwaenchana~ jika kau diam mungkin pusingnya akan hilang” sahut YeJi sambil
nyengir.
“Aaaah~ aku
bosan. Harusnya hari ini aku mengajar lagi di yayasan, tapi kau mengurungku di
dalam rumah seperti ini.. haaaahh~ apa yang harus aku lakukan?” YeJi
meregangkan tangannya, dia menatap sebal ke arah L yang hanya tersenyum.
Tiba-tiba
saja L merengkuh YeJi ke dalam pelukannya. YeJi bingung.
“Yah, neo
waegeurae?” tanya YeJi.
“Ani,
geunyang.. ingin memelukmu~” sahut L pelan. Tubuh gadis dalam pelukannya ini
terasa sangat rapuh.
“Khajima~”
cetus L.
“Eh?” YeJi
makin bingung dengan tingkah L.
“Aku tak tau
berapa lama lagi aku bisa melihat wajahmu. Selama masih bisa, aku hanya ingin
memelukmu seperti ini. Kau selalu saja pergi disaat aku ingin menemuimu. Dari
pada kau memberi perhatian kepada orang lain di luar sana, tidak kah kau lihat
aku di dekatmu?” tutur L dengan nada sedih.
YeJi
terbelalak, sebegitu mudah dibacanya kah dia? Kemarin JiAe dan sekarang L.
“Neo, ara?”
tiba-tiba YeJi merasa sedemikian kecil dalam pelukan L.
“Ara,
jeongmal aratanikka~” L mendesah frustasi. “kau bisa bayangkan rasanya, Tau
tapi pura-pura tak tau? peduli tapi selalu pura-pura tak peduli? Aku cuma ingin
kau tak merasa dikasihani lalu bermaksud meninggalkanku. Aku tak ingin kita
bertengkar lagi. Aku marah pada diriku sendiri karena aku tak tau sampai kapan
aku bisa memelukmu dengan hangat seperti ini?” suara L parau, hampir di ujung
tangis. YeJi hanya terdiam.
“Kapan kau
harus operasi? Apakah itu membuatmu bisa bertahan?” tanya L, di lepasnya
pelukannya untuk melihat wajah YeJi yang semakin pucat dan tirus. Duh.
“Seharusnya
kau tak perlu seperti ini, L” jawab YeJi pelan. “Kalau kau terus pura-pura tak
peduli itu akan semakin baik, jika semua orang melemah karena aku begini
darimana aku bisa kuat menghadapi penyakitku?” nada suara YeJi meninggi,
terdengar kepasrahan dan juga sedikit frustasi.
“Kau benar,
aku benci dikasihani. Jangan pernah mengasihaniku. Aku cuma sakit, bukannya
idiot” lanjut YeJi, dia sedikit menjauh dari L.
Suasana
terasa kaku. L memeluk YeJi yang memunggunginya dari belakang.
“Mianhae..”
“Aniya, ini
kesalahanku sendiri. Gwaenchana.. aku yang terlalu sensitif” sahut YeJi mencoba
mencairkan suasana kembali.
“Kemarilah,
ini akan membuatmu lebih baik~” L mengulurkan sebuah earphone ke telinganya.
YeJi menurut dan mulai mendengarkan lagu tersebut. Favourite Girl by Justin
Bieber.
I
always knew you were the best
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
YeJi tertawa mendengar lirik pertamanya. Dia melirik L
dengan tatapan menuduh. L mengangkat sebelah alisnya, heran.
“Apa kau sedang mencoba merayuku?” cetus YeJi. L tergelak
mendengar komentar tersebut.
“Tentu saja, bukankah aku pernah bilang jika aku berniat membuatmu
mengisi kekosongan yeojaku bulan ini, bukan?” sahut L menggoda, senyumnya masih
terulas lebar.
YeJi hanya menanggapinya dengan tawa, dia ikut bersenandung
menyanyikan reffrain lagu tersebut.
You're
who I'm thinkin' of
Girl, you ain't my runner up
And no matter what
You're always number one
My prize possession, one and only
Adore you girl, I want you
The one I can't live without
That's you, that's you
You're my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you
Girl, you ain't my runner up
And no matter what
You're always number one
My prize possession, one and only
Adore you girl, I want you
The one I can't live without
That's you, that's you
You're my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you
“Hhaaahh~ Justin membuatku lebih baik, setidaknya aku merasa
cuma aku prize possessionnya disini..” gumam YeJi.
“Mwo? Kenapa Justin? Lagu ini isi hatiku untukmu,
ungkapanku. Kenapa ada Justin diantara kita? ” bantah L tak terima.
YeJi tersenyum, “Lagu ini Justin yang menyanyikannya di
telingaku, bukan kau sendiri. Jadi pada akhirnya tidak salah bukan jika aku
bilang Justin yang membuatku lebih
baik?” Jelas YeJi. L tak membantah lagi. Sepi sejenak.
“Mau kah kau ngedate denganku?” pinta L tiba-tiba. YeJi
terkejut, dia menatap L.
“Sekarang?” tanya YeJi memastikan.
L mengangguk, “O, aku akan mengganti semua rasa cemburu dan
semua waktu-waktu kita dahulu yang amat terbatas, bagaimana?”jelas L serius.
YeJi sejenak berpikir, “Baiklah.. lagi pula aku hampir bosan
seharian di rumah saja.”
L tersenyum, gembira. “Tapi kau tau kan, aku belum dapat
lisensi ijin mengemudi. Jadi, kau yang menyetir ya? Dengan mobilmu..” L
mengatakannya sembari nyengir manis,
YeJi memutarkan kedua bola matanya.
“Oke..”
***
“SKATING?” YeJi histeris di tempat, ternyata L mengajaknya
menuju sebuah hotel yang memiliki arena ice skating. Katanya tempat itu sudah
sering di jadikan sebagai lokasi syuting drama-drama romantis.
“Dari semua hal-hal manis yang bisa kau lakukan, kau mengajakku
skating, L?” YeJi masih histeris, dia benar-benar shock.
L menggamit tangannya dan menuntun YeJi untuk masuk.
“Ssssst. Tak perlu heboh begitu, aku akan mengajarimu. Ini
sangat mudah. Kalau kau tak bisa , kau hanya perlu menyandar dan menggenggam tanganku.
Aku yang akan memimpin”ujar L menenangkan.
“Aku sudah menyewa seluruh tempat ini, jadi ada banyak waktu
untuk mempelajarinya” lanjut L sambil tersenyum, masih berusaha menenangkan
YeJi.
Akhirnya YeJi menyerah, dia bersedia menapaki galur-galur es
tersebut dengan bimbingan L. Semakin lama dia semakin menikmatinya, ternyata
ini menyenangkan.
“Whoaaa~!!” YeJi berteriak gembira, tangannya menggenggam
erat tangan L yang memimpin di depan. “YAH! Jangan cepat-cepat.. eh eh eh,
wait, wait.. kenapa kau lepaskan~”YeJi merajuk ketika L menggodanya dengan
pura-pura melepaskan tangannya. L terkekeh.
Tiba-tiba L berhenti, raut mukanya serius. Dia masih
memegang kedua tangan YeJi.
“Lee YeJi, mau kah kau menjadi istriku?”
YeJi menganga, dia tak bisa berkata. Lebih ke kaget dari
pada speechlessnya. raut mukanya berubah. Di lepaskannya pegangan tangan L
kemudian terseok-seok dia menepi sendiri. Ini sudah tidak lucu lagi. Hanya
karena penyakitnya lantas semua orang menjadi manis padanya. Ini sedikit
menyebalkan.
YeJi semakin mendekati tepi arena dan L sama sekali tak
mengejarnya, dia hampir meraih besi yang menajdi pagar arena skating tersebut
saat didengarnya musik mengalun dan suara L.
If
you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If
you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If
you are not mine then why does your heart return my call
If
you are not mine would I have the strength to stand at all
YeJi berbalik dan mendapati L pas di tengah arena, menyanyi
dengan di terangi lampu sorot. YeJi tak bisa menahan senyum lebarnya, terkejut
tapi juga senang, kapan L menyiapkan semua ini?
I'll
never know what the future brings
But
I know you're here with me now
We’ll
make it through
And
I hope you are the one I share my life with
YeJi kembali mendekati tengah arena, menikmati alunan suara
L yang di tujukan hanya padanya. Lirik itu..
Tiba-tiba saja kembali terngiang kata-kata dokternya
beberapa hari yang lalu.
Kamu harus tau kapan tubuhmu lelah,
karena kamu tak bisa mengontrol semuanya, keadaanmu bisa dikatakan memburuk
YeJi-ah. Indera penciuman dan perasamu semakin menumpul, bahkan kemampuan
mengingatmu sudah tergolong parah.
Bicaralah pada keluargamu, ini
sudah tak bisa di atasi dengan terapi dan obat. Terapi hanya memperlambat
tumbuhnya sel kanker sementara obat sebagai penahan sakit. Kamu tak bisa
terus-terusan bergantung dengan obat, YeJi-ah.
Tapi
dokter, aku merasa masih mampu untuk menahannya. Lagi pula masih banyak sekali
hal-hal baik yang belum sempat aku lakukan untuk orang-orang. Selama aku masih
punya waktu maka aku akan berusaha.
Tapi
kira-kira berapa lama lagi dokter?
Tuhan yang menentukan semuanya,
kami tak bisa mengatakan tepatnya~
Menurut
hasil dari cek laboratorium?
5 bulan lagi..
YeJi makin mendekati L, dalam jarak 2 meter dia berhenti dan
berusaha menyeimbangkan dirinya serta menikmati mini konser yang di berikan L
untuknya. Airmatanya mulai mengalir, terharu sekaligus senang.
I
don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand
If
I’m not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is
there any way that I can stay in your arms?
Cuma 5 bulan
L, bisik hati YeJi. Airmatanya semakin deras. Inilah alasannya kenapa dia
memilih memutuskan L berbulan-buklan yang lalu. Dia tau akan seperti ini
akhirnya. Tapi kenapa justru L yang seolah tak bisa melepaskannya?
If
I don’t need you then why am I crying on my bed?
If
I don’t need you then why does your name resound in my head?
If
you’re not for me then why does this distance maim my life?
If
you’re not for me then why do I dream of you as my wife?
I
don’t know why you’re so far away
But
I know that this much is true
We’ll
make it through
And
I hope you are the one I share my life with
And
I wish that you could be the one I die with
And
I pray in you’re the one I build my home with
I
hope I love you all my life
L meraih
tangan YeJi dan menggenggamnya, menyelipkan jemarinya dalam jari-jari YeJi. Dia
tersenyum lembut. YeJi ikut tersenyum, tapi tangisnya terlanjur sampai ke rasa
frustasi . Bagai mana aku bisa membuatmu mengerti, L? Berulang kali YeJi
berteriak dalam hati. Suara L terlalu sayang jika harus di kacaukan dengan
teriakan.
‘Cause
I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away
And
I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
‘Cause
I love you, whether it’s wrong or right
And
though I can’t be with you tonight
You
know my heart is by your side
Tangan L menggenggam jemari YeJi semakin erat. Sesaat
setelah verse terakhir selesai, keduanya sama-sama terdiam. Menata nafas dan
perasaan masing-masing.
“Narang gyeorheonhae Jeullae?” L
kembali mengulangi kalimatnya, kali ini dia berlutut dengan satu kaki dan
menyodorkan sebuah kotak yang dibuka ke arah YeJi. Cincin.
YeJi menatap mata L sendu, setengah hatinya ingin menerima
lamaran itu tapi setengah hatinya menolak keras.
“Kau melamarku setelah kita putus?” tanya YeJi, dia menangis
sekaligus tertawa.
L mengangguk, tersenyum.
YeJi menerima uluran tangan L dan menariknya hingga berdiri.
“Apa kau siap dengan segala resiko untuk menikahiku,
termasuk karirmu?” tanya YeJi, setengah mengetes niat L.
L mengangguk kembali, lebih mantab. “Anything~” sahutnya.
“Apa kau serius?” YeJi masih mencoba mencari celah.
“Aku tak pernah lebih serius dari ini~” L membalik kalimat
YeJi yang di katakan sewaktu mereka putus 6 bulan lalu.
Akhirnya YeJi tersenyum, “Thanks, L. Jeongmal Gomawo~ But..
sorry, i can’t~” sahut YeJi penuh kesedihan.
L terkejut, kakinya sedikit limbung. Genggaman tangannya
pada jemari YeJi terlepas.
“Boleh kah aku tau alasannya?”
“Haruskah aku menjawab pertanyaan yang jawabannya kau tau
dengan pasti, L?” nada suara YeJi sedikit meninggi.
“But this is stupid, you know? Penyakit ini tak menjawab
apapun dari hubungan yang akan kita jalani, YeJi-ah. Jebal, berpikirlah
rasional” tukas L. Dia menatap yeJi dengan tajam.
“And the most stupid thing that you’d tried to deny is im
gonna die, L.. remember?” Yeji mengungkapkannya pelan, dan penuh rasa hampa.
Airmatanya kembali mengalir.
“Hentikan apapun rencanamu, L. Im fine by my self~” tutur
YeJi, kepalanya tertunduk.
L tak tahan lagi, dipeluknya gadis di depannya itu dengan
erat. Didongakkan kepalanya agar airmatanya tak ikut jatuh.
“Kenapa harus dirimu? Kenapa harus kita?” bisik L,
dipeluknya Yeji dengan pundak bergetar menahan tangis.
YeJi tak bisa menjawab, kedua lengannya terulur dan membalas
pelukan L masih sambil menangis.
Dia merasa sangat menyedihkan. Paling menyedihkan.
***
L melakukan koreografi seperti robot, seperti beberapa saat
lalu. Dia bergerak hanya karena seluruh sendi tubuhnya sudah hafal dengan
musik. Pikirannya tidak di tempat ini.
Hari ini Lee YeJi akan menjalani operasi besar, kemungkinan
selamat menurut dokter 30:70 tapi YeJi memutuskan itu layak untuk di coba.
Sekuat tenaga L mencoba agar airmatanya tidak jatuh.
Setidaknya bukan di sini. Bukan saat ini.
bbiggeut
bbiggeut gojang nan nae maeum ira
idaero
bonaelsun eobseo, eojjeo jago, oh oh
heundeul
heundeul witaero wo boyeo do nan
neoreul
jabadul su bakke eobseo, eojjeo jago, oh oh
sarang
handa (geureol kkeoya neon)
an
handa (anil kkeoya neon)
handa
neoman bonda
yeogi
isseo deo deo, butak halkke
deo
deo, jalhae julgge
deo
deo, ajigeun mot bonae nikka
nan
nan, sara yahae nan nan, beotyeo ya hae
nan
nan, eonjengan meomchul tenikka
Sembari melakukan gerakan, diam-diam L berdoa. Seperti lirik
lagu Paradise yang sedang ia perform saat ini. I will do it, I’m only gonna
look at you, Please stay here, I’m asking you a favor, I’ll treat you better, I
can’t let you go yet.
“Uljimaa..!!”
“Oppa uljima..!!”
Beberapa fans meneriakkan kata ‘jangan menangis’, L
mengerjabkan matanya, masih berkonsentrasi dengan lagu dia melirik kesekitarnya,
ternyata Dongwoo dan Sungyeol telah luruh dalam tangis. Hati L terasa seperti
di remas tangan tak kasat mata. Para member pun memikirkan hal yang sama
dengannya. Paradise yang mereka tampilkan kali ini sekaligus sebagai do’a.
Tuhan, biarkan dia tetap disini bersamaku.
Penampilan Paradise kali ini terasa lebih lama dari
biasanya. L ingin cepat-cepat mengakhiri semua lalu bergegas ke rumah sakit,
menunggu keajaiban dari semua do’anya.
Saat di akhir perform, Leader Sunggyu memberikan sedikit
ucapan. Dia menarik L ke sampingnya ketika bicara.
“Inspiruteu-Yoreubeun.. khusus untuk hari ini, kami meminta
maaf atas penampilan yang tidak memuaskan ini. Hari ini salah satu sepupu L,
sedang menjalani operasi untuk pengangkatan sel kanker di otaknya. Oleh karena
itu kami semua memohin doa untuk kesembuhan dongsaeng kami tersebut. Maaf atak
kekurangan dan kesalahan yang telah kami lakukan, dan Jeongmal khamsahamnida.
YeJi-yah, Himneseyo~!! Saranghamnida~!” bahkan Sunggyu pun tak mampu menahan
airmatanya.
Semua member yang lain ikut meneteskan airmata. L berusaha
menggigit bibirnya. Dia tersenyum dan melambai kepada fans yang berulang kali
berteriak, ‘jangan menangis’. L membungkuk ke segenap penjuru, sekaligus untuk
menyembunyikan airmatanya.
Saat perjalanan pulang, semua member terdiam. Bahkan
manajer-hyung yang biasanya suka bercanda pun tak bersuara sepatah kata pun.
Hoya yang duduk di samping L menggenggam tangan L keras dan menepuk pundaknya.
L menoleh, tapi Hoya menghindari tatapan L. Saat itulah L tau ada yang sedang
Hoya rasakan.
“Hyung..” belum sempat L mengucapkan seluruh kalimatnya,
handphonenya berbunyi. JiAe. Perut L serasa tertonjok sesuatu.
Dengan gemetar dia menyentuh tanda menerima panggilan di
layar.
“JiAe-yah..”
“Dia pergi, oppa. Dia pergi. Dia jahat padaku oppa, dia
berjanji akan tetap menjagaku. Tapi dia pergi, oppa..”JiAe terdengar sesenggukan
di seberang sana. L tak mampu berkata apa-apa lagi, handphonenya melorot dari
genggaman. Pandangannya kabur, dan pikirannya kosong.
Hoya yang di sampingnya mengambil alih handpone yang belum
di tutup oleh L tadi dan berbicara dengan JiAe, tapi L tak mampu mendengar
apapun lagi. Bait terakhir Paradise bergema di telinganya.
jogeum
manneol deo deo, jaba dulkke
deo
deo, bara bolkke
deo
deo, shimjangi shigeul ttae kkaji
nan
nan, sara yahae
nan
nan, neo eobshi do
nan
nan, jigeumeun niga pilyo hae
“Hyung.. bisakah kita
berhenti sebentar?”suara L seperti terdengar jauh. Manajer memberhentikan mobil
di tepi jalan, L bergegas keluar dari van. Member yang lain berusaha menahan
tapi manajer memberi mereka isyarat untuk membiarkan saja.
“YeJi-ah~.. Lee YeJi.. Jebal~!!” teriak L dengan pilu.
Di luar van, L berjongkok dan menangis keras. Memanggil
manggil nama YeJi dan menghantamkan tinjunya ke tanah. Sakit. Semakin keras L
menangis, semakin sakit rasanya nyeri yang menumpuk di dada sebelah kirinya.
Member yang lain menyusul turun. Dongwoo dan Sungyeol menubruk L dalam
rengkuhan, ikut menangis bersama. Manajer mereka pun diam-diam menyusut air
yang mengalir di sudut matanya. Selamat jalan YeJi-ah. Berbahagialah di
kehidupan yang baru.
I’m gonna hold you in a little longer, I’m gonna look at you
a little more
Until my heart cools off a little more
I must live even without you, but right now, I need you.